EDWIN CYRUS atau orang biasa memanggilnya si “penabur benih”. Pria dengan tubuh tinggi tegap bak Dewa Yunani. Rahang tegas, tatapan mata tajam serta warna kulit putih kemerahan dan rambut sedikit ikal. Proporsi sempurna layaknya seorang bangsawan. Atau model papan atas yang sering kali berdiri di depan kamera tanpa pakaian sehelai pun.
Sayangnya, Edwin bukan model atau artis Hollywood, atau bahkan anggota kerajaan. Edwin hanya manusia biasa. Pria berusia 27 tahun yang selama beberapa tahun terakhir bekerja sebagai asisten pribadi seorang pengusaha ternama bernama Brooklyn Montano.
Sejak dihianati oleh kekasihnya, Edwin berubah menjadi pria yang sangat brutal. Ia meniduri semua wanita yang bertemu dengannya. Hanya beberapa wanita yang tidak ia tiduri. Tujuannya hanya satu. Membalas dendamnya pada kaum hawa.
Hingga suatu hari, di sebuah pusat hiburan malam, lagi-lagi Edwin bertemu dengan wanita yang siap tidur dengannya. Tubuh tinggi, kaki jenjang, bibir penuh, d**a berisi dan rambut pirang. Edwin menikmati malam singkat itu. Edwin tidak tahu siapa wanita itu, lagipula ia tidak peduli. Sepertinya wanita itu juga berpikir sama dengan dirinya. Mereka saling menikmati satu sama lain. Saling mencumbu hingga pagi menjelang.
Namun, hidup Edwin berubah drastic setelah mengetahui siapa wanita itu.
“Pincess…” panggil Edwin saat ia berada di sebuah gedung paling megah di Spanyol setelah menghabiskan satu malam penuh dengan wanita yang tak dikenalnya.
Wanita yang dipanggil Princess itu hanya melirik sekilas kemudian berjalan lagi, mengabaikan Edwin yang kini berdiri tegak sembari memindai seluruh bagian tubuhnya.
Senyum Edwin mengembang melihat hal itu. Edwin memindai seluruh ruangan, untungnya hanya ada mereka di ruangan itu. Sebagian besar tamu undangan belum hadir.
Dengan gerakan secepat cahaya, Edwin menyambar tubuh wanita itu dan membawanya ke pojokan, di mana tidak ada yang bisa melihat mereka.
“Beginikah kau memperlakukan pria yang semalam tidur denganmu, Princess?” Edwin menekan tubuh wanita itu hingga menatap tembok.
“Apa yang kaubicarakan!” wanita itu mendesis.
“Ssttt…” Edwin menyatukan bibirnya dengan bibir wanita itu. “Sekarang aku tahu, kau adalah putri tunggal raja Spanyol yang agung. Bagaimana reaksi media kalau mereka tahu semalam kita-“
“Apa yang kau inginkan?” potong wanita yang tak lain adalah putri raja Spanyol itu.
Edwin tersenyum miring. Bukannya menjawab pertanyaan sang wanita, ia justru meletakkan satu tangannya di paha wanita itu. Ia menyusuri kulit lembut di balik gaun tipis sang putri raja. Wanita itu hendak memberontak, tetapi Edwin lebih dulu menekankan tubuhnya ke tubuh wanita itu. Dan dengan sigap, ia menyingkap gaun hitam yang dipakai sang Putri dan menyelipkan tangannya di antara paha mulus itu. Edwin meraba kulit lembut sang putri dengan gerakan menggoda. Hingga jemarinya mencapai pangkal paha dan membelai lembut di sana.
“Yang kuinginkan adalah bercinta denganmu lagii, Princess.” Bisik Edwin serak.