Terimakasih !

1064 Words
Seorang gadis cantik berdiri di depan cermin, rambut panjangnya terurai dengan sedikit gelombang. Dandanan yang sempurna untuk wajahnya. Menggunakan pakaian mewah dan berkelas,tidak lupa high hells melengkapi kesempurnaan penampilannya. "Dru, panggil seorang pria yang mengenakan jas formal sambil tersenyum ke arahnya. Siapa yang menduga jika itu adalah Drupadi, bodyguard yang selama ini terlihat manly, menutupi sifat feminim yang dimilikinya. Wig yang digunakan mempertegas penampilan cantiknya. "Aku sudah siap," ucap Drupadi yang malam ini harus berdandan feminim, untuk menyelidiki sesorang yang diklaim berkhianat pada organisasi. "Jangan tersenyum mengejek begitu padaku Theo Jelek...!" Umpat Drupadi sambil meninju pelan lengan theo, rekan sesama bodyguard. Theo hanya tertawa pelan lalu mengangkat dua jempol. "Cantik banget nona Drupadi, tapi jalannya juga harus anggun ya." Setelah memuji, Theo kembali menggoda Drupadi yang kali ini melotot kesal. Drupadi berjalan anggun dengan high heelsnya. Tidak sia-sia belajar menggunakan sepatu menyebalkan ini selama satu bulan bersama Nadine. Tentu saja alasan yang dikemukakan pada Nadine adalah ingin tampil feminim. Nadine dengan senang hati mengajarinya. Nadine juga menyewa model prefesional kenalannya untuk membantu Drupadi. Masuk dalam suasana pesta dengan menggunakan Priority pass Card yang diberikan Devan. Dru tentu saja tidak datang sendiri, karena beberapa bodyguard dan sniper mengawasinya dari kejauhan. Ia menyapa tamu yang juga menyapanya. Mengambil segelas wine, lalu berjalan santai untuk berkeliling. Senyum manis dan juga gaya anggunnya sangat sedap di pandang. Sebenarnya ia risih ditatap demikian oleh beberapa pria yang disapanya. Saat suasana lengah, Dru dengan cepat naik ke lantai atas. Mengendap-endap menuju ruangan yang menjadi targetnya. Pintu tidak sepenuhnya terkunci, dengan cepat Dru masuk ke dalam setelah melepaskan High heelsnya. Tampak tiga orang pria di dalam ruangan, terkejut melihat kehadiran Dru. Masing-masing mengeluarkan pistol yang diarahkan padanya. Dru mengangkat tangan. "Hmmm ... Sialan, ternyata benar, ada pengkhianat di dalam organisasi!" Umpat Dru saat melihat dari ketiga orang itu, salah satu adalah rekannya. Sedangkan dua orang lagi adalah musuh mereka, yang selalu ingin menguasai wilayah yang berada di bawah pengawasan Red Eagle. "Hahaha ... siapa kamu gadis cantik ?kamu salah masuk kamar, tapi karena sudah datang, mari kita bermain," ucap salah seorang yang tidak dikenal oleh Dru dengan senyum mesum.Karena yang datang adalah gadis cantik, mereka segera meletakan pistol kembali. "Hmm ... Dru tersenyum samar, lalu menatap kepada pria plontos yang merupakan pengkhianat dalam organisasi mereka.Si pria memperhatikan Dru dengan tatapan menyelidik.Saat menyadari siapa yang ada di hadapannya, ia kembali mengarahkan pistolnya mengancam Dru yang terlihat tanpa senjata. "Hmm ... Sudah sadar ?" Tanya Dru dengan smirk. Begitu selesai Dru berucap, dua orang lagi juga ikut mengangkat senjatanya kembali. "Kamu akan mati hari ini, jadi apa yang mau dilaporkan," ucap Pria plontos, si pengkhianat yang dimaksud oleh Dru. "Kamu terlalu bodoh untuk bisa menembak kepalaku," balas Dru , lalu dengan gerak cepat melempar Shuriken miliknya, hingga ketiga orang tersebut terkapar dan menjerit kesakitan, dengan tangan terluka sebelum sempat menembak. Dru menggunakan sarung tangan,lalu mengambil pistol milik si plontos pengkhianat. Memberikan pistol itu kembali pada si plontos. "Kamu yang akhiri atau aku yang mengakhiri," ucap Dru dengan dingin pada pengkhianat di depannya. Gara-gara pengkhianatan si plontos ini juga, nyawa beberapa rekannya hampir saja hilang sia-sia. Dia membocorkan pergerakan Red Eagle pada salah satu musuh Ryuu, yang menginginkan wilayah untuk pengiriman senjata ilegal. Si plontos terlihat sangat ketakutan, ia sangat paham sekali maksud gadis di depannya. Gadis dengan aura dingin yang membuat siapapun enggan berada di dekatnya. "Aku akan membayarmu berapapapun, asal tolong lepaskan aku," mohon si plontos dengan penuh ketakutan. Walau sangat tidak mungkin menggoyahkan hati gadis di depannya. Hukuman pengkhianat adalah mati. Saat ini si plontos hanya bisa mengutuk dirinya yang mudah terpengaruh uang yang lebih banyak, padahal Ryuu sudah menjamin hidup mereka dengan begitu baik. Dru menatap tajam ke arah si plontos, karena tidak kunjung meledakan pistol ke kepalanya sendiri, Dru yang tidak sabar, segera mengarahkan tangan si plontos yang memegang pistol. Dorrr! Suara pistol menyalak, disusul si plontos yang ambruk bersimbah darah. "Ada apa ini ?" Teriak seorang pria yang baru masuk ke dalam ruangan. "Bunuh dia !" Ucap salah seorang pria yang terluka pada anak buahnya yang baru datang. Perkelahian tak bisa terelakan, Dru sedikit merobek gaun yang digunakan agar mudah bergerak.lalu menjadikan potongan gaun sebagai masker, menutupi mulut hingga hidungnya, Saat beberapa orang lagi datang, ia dengan cepat melancarkan pukulan pada si pria, dan menikam kaki si penyerang menggunakan kunai, lalu cepat kabur. Berlari dengan cepat untuk menghindari lawan mengenalinya. Saat berada di atas balkon, ia segera naik ke atas pembatas untuk melompat ke bawah. "Hei ... berhenti !" Teriak seseorang lalu cepat menarik badan Dru sebelum melompat. "Sial !" Umpat Dru kesal pada Pria yang pasti mengira dirinya akan bunuh diri. Sudah tidak ada waktu, karena para pengejar terlihat berlari ke balkon. Dru dengan cepat menarik si pemuda, lalu memeluknya dengan erat, serta menenggelamkan wajahnya pada cerukan leher si pemuda. "Tolong aku,bersandiwaralah sebagai kekasihku," bisik Dru pada si pemuda yang segera melepas jasnya, lalu memakaikan pada Dru, dan juga membalas memeluk Dru erat. Para pengejar hanya melihat sepasang kekasih yang sepertinya sedang dimabuk cinta. Mereka segera pergi, karena merasa yang dikejar telah pergi. Dru segera melepaskan pelukannya begitu merasa suasana aman. Jantungnya sedikit berdebar, baru sekali ini dirinya dipeluk demikian erat oleh seorang pemuda. "Terimakasih, ucap Dru pada si pemuda. Tapi kedua netra Dru segera membola mengetahui siapa yang sudah menolongnya. Pemuda itu adalah Kendra, pemuda yang pernah ditolongnya. Mereka impas sekarang. Tapi Kendra tentu saja tidak bisa mengenalinya yang masih memakai masker dari potongan gaunnya. "Terimakasih," ucap Dru lalu dengan cepat melompat ke atas pembatas untuk segera melompat dan kabur. Tapi lagi-lagi Kendra dengan cepat menangkap tangannya, hingga Dru bergelantungan sambil memegang tangan Kendra. "Jangan bunuh diri, ceritakan masalahmu,aku akan membantu," ucap Kendra terlihat khawatir pada gadis yang berusaha ditolongnya. Dru ingin sekali tertawa, tapi di tahannya. Di tatapnya manik mata Kendra. "Lepaskan aku, tidak akan terjadi apapun, aku tidak akan mati. Aku hanya sedang kabur. Percayalah padaku," ucap Dru meyakinkan Kendra yang menggeleng. Akhirnya Dru mengambil Kunai, sedikit melukai tangan Kendra yang refleks melepaskan pegangannya. Membuat tubuh Dru melesat ke bawah. "Maafkan aku," gumam Dru saat sudah mendarat di bawah sambil melihat ke atas. Kendra yang berdiri di atas balkon, memegang tangannya yang berdarah sambil melihat ke bawah, memastikan wanita yang ditolongnya baik-baik saja. Saat melihat wanita dengan gaun robek itu terlihat baik-baik saja dan berlari menembus malam, Kendra tersenyum senang. “Wanita misterius, aku ingin bertemu dengannya lagi,” gumam Kendra lalu melangkah pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD