"Sekali lagi aku tahu kamu mengusik panti asuhan itu! aku tidak akan segan-segan untuk menghabisimu !" Ancam Dru, pemuda dengan postur tinggi sambil terus memberikan bogem mentah pada lawannya yang sudah tidak berdaya, tapi terus saja menyumpah serapah.
"Achhhh ... ! kalau aku bebas, aku pastikan akan menghabisimu !" Teriak pria yang dihajar, tapi Dru tidak peduli.
Dru adalah salah satu anak buah Red Eagle, organisasi mafia yang sangat tertutup rapat pergerakannya.
Setelah puas menghajar dan mengucapkan ancamannya, Dru segera melangkah pergi, meninggalkan pria babak belur, yang ditengah kesakitannya, terus saja menyumpah serapah. Dru masih sempat mendengar suara pistol menyalak sebelum pintu markas di tutup. Sekedar menakuti tanpa membunuh.
Sosok tanpa senyum itu menaiki motor besarnya, menuju tempat favoritnya. Sebuah tanah kosong yang sepi, jauh dari pemukiman. Menatap bintang, merindukan keluarga aslinya yang entah dimana.
Tangannya terlihat masih mengeluarkan darah, akibat terkena sabetan pisau saat menangkap musuhnya tadi.
Dru menarik nafas dalam, dunia hitam yang digeluti sejak berusia empat belas tahun, membuatnya akrab dengan genangan darah.
Dru atau tepatnya Drupadi, dibesarkan di panti asuhan sejak masih bayi, tidak mengenal siapa orang tuanya. Saat berusia sembilan tahun, diangkat anak oleh pasangan suami istri yang terlihat baik, tapi malah memperlakukannya dengan sangat buruk. Menyuruhnya mengemis disertai ancaman dan juga pemukulan.
Saat Dru berusia tiga belas tahun. beberapa kali Ayah angkatnya mencoba melecehkannya. Hingga pada puncaknya, ia diselamatkan oleh pria yang merupakan pemimpin dari Red Eagle.
Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja, bos Red Eagle yang bernama Ryuu, tiba-tiba memecahkan kaca jendela kamar dan menolongnya.
Dru melihat sendiri bagaimana Ryuu Menghabisi Ayah angkatnya, didepan matanya, tanpa ampun. Kematian mengenaskan dengan leher terkena pisau yang cukup dalam. Sedangkan Ibu angkatnya juga bernasib sama, karena tidak mencegah perbuatan b***t yang akan dilakukan pasangannya.
Trauma dengan pelecehan, Dru mulai menyembunyikan identitas aslinya sebagai seorang perempuan. Wajah androgini yang dimilikinya, membuat ia terlihat maskulin. Apalagi saat ia memotong pendek rambutnya. Tidak ada yang menyangka, jika ia adalah seorang perempuan.
Dengan kepintarannya, is melacak keberadaan penolongnya, Ryuu, yang ternyata bernama asli Devan, seorang CEO perusahaan besar.
Dru memaksa Ryuu untuk mengajaknya ikut serta dalam organisasi rahasia, karena ia sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini.
Dru terlihat menghela nafas panjang mengingat kisah hidupnya.
Satu-satunya benda yang dimilikinya saat ini adalah, cincin dengan model dua tangan yang saling memeluk. Cincin itu juga memiliki simbol angka yang tidak ia pahami, tertulis di baliknya. Menurut kepala panti asuhan, itu adalah benda yang ditinggalkan bersama dirinya saat ia ditemukan di depan panti asuhan.
Dru menyembunyikan benda itu dengan baik, sehingga orang tua angkatnya yang b******k tidak mengetahuinya.
"Akhhhh ...!"
Ketenangan Dru terganggu saat mendengar teriakan kesakitan .Ia melihat sekelompok orang yang sepertinya sedang mengejar seseorang . Mereka terlihat bertarung dengan tidak imbang. Satu lawan enam.
Dru menyipitkan kedua netranya untuk melihat dengan jelas. Tampak sosok pemuda yang dikeroyok tidak imbang. Dru malas ikut campur yang akan menyebabkan ketegangan.
"s**t !"
Dru menyumpah serapah saat melihat si pemuda yang berlari ke arahnya dengan wajah babak belur, dan tunggu ... Lengannya robek dan banyak mengeluarkan darah. Suasana tenangnya benar-benar terganggu saat ini.
"Tolong aku,"pinta si pemuda pada Dru. Belum sempat Dru menjawab tiba-tiba dari arah datangnya si pemuda, enam orang yang mengejar si pemuda berlari juga ke arah mereka.
"Tolong aku," pinta si pemuda lagi pada Dru, yang segera mendengus kesal. Ia paling benci berurusan dengan perkelahian yang bukan bagian dari tugasnya.
"Bukan urusanku !" Ucap Dru hendak pergi.
"Aku akan membayarmu, berapapun yang kamu mau !" Si pemuda memberikan penawaran yang dibalas gelengan Dru.
"Tolonglah," pinta si pemuda dengan wajah putus asa.
"Hei ... minggir Lah ! kami tidak ada urusan denganmu !" ucap Laki-laki dengan tato di leher sambil maju dan mendorong Dru.
Karena dorongan dari si lelaki, hampir saja Dru jatuh dari atas motor. Untung dia sigap menjaga posisinya.
Dru yang kesal dan juga bercampur kasihan, pada akhirnya turun dari motor, dan menatap tajam ke arah si pemuda.
"Pergilah !" perintah Dru pada si pemuda. Tapi belum sempat si pemuda pergi, tiba-tiba enam orang penyerang segera maju bersamaan untuk menyerang.
Dru dengan sigap menarik si pemuda agar bersembunyi di belakang punggungnya, lalu menyapukan tendangan dan juga pukulan pada si penyerang.
Perkelahian yang tidak imbang karena mereka kalah jumlah. Tapi Dru bukan petarung kemarin sore. Empat orang berhasil dilumpuhkannya dengan pukulan yang telak. Setelah melumpuhkan seorang lagi,Dru mulai lengah. Salah seorang yang belum dilumpuhkan segera maju menyerangnya dengan cepat.
"Bret !" Suara pakaian sobek dengan darah yang mengucur. Lengannya terluka akibat sabetan pisau.
"Ayok cepat naik !" teriak si pemuda yang sudah menghidupkan mesin motor milik Dru. Dengan cepat Dru berlari setelah dengan sekuat tenaga menumbangkan lawan terakhir yang tadi menyerangnya.
Begitu Dru sudah duduk di boncengan, si pemuda segera melarikan motor dengan kencang, meninggalkan para penyerang yang terlihat marah setelah mangsanya lepas.
"Sial !" kalau boleh menembak, aku sudah menembak anak sialan itu !" Pria dengan tato di leher mengumpat. Tapi mereka hanya ditugaskan untuk membawa target dalam keadaan hidup, bukan membunuhnya.
Sementara itu si pemuda membawa motor hingga tiba di depan sebuah rumah dengan pagar kokoh.
Dru segera turun dari motor begitu berhenti.
"Terimakasih banyak, jika kamu tidak ada, mungkin aku sudah mati," ucap pemuda di depan Dru terdengar sangat tulus. Sedangkan Dru menanggapinya dengan dingin.
"Masuklah, aku akan mengobati lukamu," ucap si pemuda lagi yang dibalas gelengan Dru yang segera menaiki motornya kembali. Helm nya entah hilang dimana. Mungkin terjatuh di tempat tadi. Tapi dia sudah tidak peduli.
"Aku mohon, biarkan Dokter keluarga mengobati lukamu." Si pemuda masih kekeuh ingin Dru masuk. Tapi dengan cuek, Dru segera pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.
Si pemuda hanya menghela nafas panjang. Berterimakasih dan berjanji dalam hati akan membalas kebaikan pemuda yang sudah menolongnya.
Dia sendiri bingung saat sedang berpesta di club bersama beberapa temannya, tiba-tiba ia dibawa pergi oleh sekelompok orang yang tidak dikenalnya. Karena melawan dan berusaha kabur, berakhir dengan dirinya yang babak belur dihajar tanpa ampun. Dengan ilmu bela diri yang pas-pasan, sangat mudah bagi penculik membekuknya. Beruntung dirinya bertemu dengan pemuda tadi.
Ia lalu berjalan masuk ke dalam rumah, melewati pintu belakang. Pemuda itu juga segera menelepon Dokter Keluarga untuk datang mengobati lukanya. Beruntung kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, sehingga tidak ada yang akan menceramahinya.
"Kendra ! lagi dan lagi," ucap Dokter keluarga saat mengobatinya. Sedangkan pemuda yang dipanggil Kendra hanya tersenyum ringan.
Setelah mendapat perawatan dari Dokter, Kendra segera tidur. Sepertinya besok, ia harus menugaskan seseorang untuk menyelidiki dalang dibalik aksi penculikannya tadi. Sudah dua kali dalam satu bulan dirinya diserang demikian. Sedangkan Bodyguard yang biasa menjaganya, sedang terluka akibat perkelahian saat penculikan pertama.
Sepertinya Kendra perlu mencari Bodyguard baru yang lebih handal. Tapi siapa ?