5. Profesionalitas

1127 Words
Relline merenggangkan otot-otot jarinya yang terasa pegal karena beberapa kali harus memeriksa laporan di layar laptopnya, matanya pun sedikit terasa perih karena terlalu lama terkena cahaya dari layar laptop. Ia menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan matanya sejenak, rasa pening tiba-tiba melandanya membuat ia sedikit meringis. Sepertinya ia membutuhkan istrirahat sejenak, untuk itulah ia berjalan dengan gontai dan membuka pintu ruangan pribadi miliknya. Terdapat tempat tidur dan kamar mandi didalamnya, ruangan ini ada memang khusus Relline yang menyuruh untuk membangunnya. Relline membaringkan tubuhnya setelah melepas selatu hak tingginya, matanya terpejam dan dalam sekejap suara dengkuran halus pun memenuhi ruangan yang kedap suara ini. Relline tidur dengan nyenyaknya, mungkin karena efek kelelahan dan begitu terforsirnya tenaga karena memang bebrapa hari ini pekerjaan wanita itu begitu padat. Ia harus bisa menyelesaikan pembangunan proyek kerjasama bersama Ardi yaitu pembangunan sebuah mall yang berada di Bandung, Relline memang belum sempat pergi untuk memeriksa pembangunan proyek itu secara langsung namun ia sudah memantau dari sini sambil menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang menumpuk. Sudah hampir satu jam Relline tertidur namun tidak ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan bangun, hingga beberapa saat kemudian Relline menguap dan sesekali mengucek kedua matanya. Relline terduduk dengan kepala yang menyandar dikepala ranjang, wanita itu membuka matanya dengan lebar ketika melihat jam di pergelangan tangannya. "Oh my god, gue ketiduran satu jam setengah?!!" Pekik Relline dan segera beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. "Aduh mana pekerjaan gue masih banyak lagi." Dumel Relline sambil membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan. Setelah penampilannya dirasa sudah cukup rapi, Relline keluar dari ruangannya dan kembali ke meja kerjanya. Hingga sebuah bunyi ketukan pintu mengintrupsi pergerakan Relline yang ingin kembali melanjutkan pekerjaannya. 'Tok..tok..tok.' "Masuk!!" Tegas Relline dengan jari yang sibuk mengetik di keyboard laptopnya. Bayu memasuki ruangan Relline ketika mendengar suara Relline yang mengintrupsinya untuk masuk, nampaklah Relline dengan wajah seriusnya fokus dengan laptop dan beberapa berkas. Dengan perlahan Bayu mendekat, pria itu berdehem sejenak sebelum membuka suaranya. "Permisi Bu Relline, ini laporan keuangan perusahaan bulan lalu." Ucap Bayu. "Taruh saja disitu." Ucap Relline tanpa melihat kearah Bayu, wanita itu masih sibuk dengan pekerjaannya. Bayu pun menaruh laporan keuangan diatas meja kerja Relline, ia tidak merasa tersinggung dengan Relline yang tak memandangnya ketika berbicara. Ia sangat tau bahwa Relline menjunjung tinggi profesionalitas ditempat kerja, tidak menyambungkan urusan pribadi dan pekerjaan. Belum sempat Bayu menarik handle pintu terdengar suara Relline yang memanggilnya, Bayu kontan saja langsung membalikkan tubuhnya. "Bayu!!" "Iya Bu?" Bayu berjalan mendekati Relline. "Ini laporan keuangan bulan lalu? Kamu serius?!!" Tanya Relline dengan wajah datarnya sambil tangannnya menggoyangkan map berwarna biru berisi laporan keuangan yang Bayu buat. "I-iya Bu.." Ucap Bayu sedikit takut dengan wajah datar dan dingin yang Relline perlihatkan. Seumur-umur ia bekerja dikantor ini, baru hari ini ia kena marah oleh atasannya yang saat ini merupakan istrinya sendiri. "Kenapa laporan ini isinya sama persis dengan laporan bulan sebelumnya?! Isinya juga sama persis!! Saya masih ingat betul!!" Ucap Relline. "Yang bener Bu? C-coba saya lihat." Bayu mengambil alih map biru itu dan memeriksanya, benar saja isinya sama persis dengan laporan bulan sebelumnya. "A-anu Bu saya salah ambil laporan." Ucap Bayu sambil meringis. "Astaga Bayu kamu hampir buat saya jantungan!! Sekarang kamu ambil laporan yang benar, kamu taukan kalau laporan itu sangat penting untuk saya memeriksa apakah pendapatan kantor kita merosot atau malah bertambah!!" "I-iya Bu, s-saya ambil sekarang." Ucap Bayu dan meninggalkan ruangan Relline untuk mengambil laporan yang asli. "Kenapa kamu buru-buru Bayu?" Tanya Vira salah satu pegawai kantor yang kebetulan kubikelnya dekat dengan Bayu. "Ah ini aku salah ngambil laporan, aku pergi dulu ya?" Pamit Bayu yang diberi anggukan kepala dari Vira. Lantas Bayupun kembali menuju ruangan Relline sebelum atasannya itu marah besar kepadanya, sebenarnya apa yang Bayu pikirkan hingga ia harus salah membawa laporan. Jangan salahkan mapnya yang memang sama persis berwarna biru, salahkan saja Bayu yang tidak fokus dan akhirnya lupa memeriksa isi laporan itu sebelum diberikan kepada Bos besar. "Permisi Bu, ini laporannya." Ucap Bayu sambil menyerahkan laporan yang asli kepada Relline. Relline pun memeriksa laporan itu, Bayu tersenyum lega ketika mendapati anggukan kepala dari Relline yang artinya laporan itu sudah benar. Namun ketika Relline membuka suaranya, kontan saja Bayu merinding mendengarnya. "Kali ini kamu saya maafkan, tapi lain kali saya akan berikan SP 1." Ucap Relline. "I-iya Bu, k-kalau begitu saya pamit dulu." Relline sepertinya tak menanggapi ucapan Bayu, Bayu pun menghela nafas kemudian keluar dari ruangan. Ternyata Relline di kantor dan Relline di rumah itu sangat berbeda seratus delapan puluh derajat, kalau Relline di rumah ia akan bersikap manis dam agresif terhadapnya. Namun kalau di kantor, jangankan agresif melihatnya saja enggan. Perempuan itu seperti tidak ada hubungan sama sekali dengannya, jiwa profesionalitas Relline memang patut diacungi jempol membuat ia ketar-ketir sendiri menghadapi sikap Relline sebagai bos dan istrinya. "Malam Bu." Sapa Bayu ketika Relline keluar dari loby kantor dan menghampirinya, Relline mengernyitkan dahinya mendengar sapaan Bayu. "Gak usah formal gitu, ini bukan jam kerja. Ayo pulang." Ajak Relline sambil melingkarkan lengannya dilengan Bayu membuat pria itu sedikit gugup. "Maaf ya tadi aku marah-marah sama kamu." Ucap Relline setelah mereka memasuki mobil. "Gak apa-apa aku ngerti, kamu harus bersikap profesionalkan? Lagian itu juga kesalahan aku yang gak teliti wajar aja kamu marah." Ucap Bayu melirik sekilas Relline kemudian fokus ke depan memperhatikan jalanan yang cukup lengang. "Kamu emang suami yang pengertian." Ucap Relline sambil memeluk Bayu membuat pria itu sedikit risih. "E-ee aku lagi fokus nyetir ini." Ucap Bayu berharap Relline menjauhkan dirinya. Namun bukannya menjauh Relline malah semakin menjadi dengan memberikan banyak kecupan dibibir dan pipi Bayu membuat pria itu panas dingin dengan kelakuan Relline. "Kayaknya kalau kita main disini asyik ya?" Ucap Relline membuat Bayu menatap horor Relline. "Jangan aneh-aneh!!" Tanpa sadar Bayu menaikkan nada suaranya membuat Relline terkekeh melihat raut panik Bayu yang menggemaskan. "Aku cuma bercanda kok." Relline menjauhkan tubuhnya dari Bayu. "Tapi kalau emang kamu mau sih aku ayo aja." Ucap Relline yang pastinya tak digubris oleh Bayu, lebih baik tak menanggapi daripada perkataan Relline semakin menjadi. Bayu dan Relline turun dari mobil dengan berjalan bersisian menaiki anak tangga menuju kamar mereka, belum sempat Bayu memasuki kamar Relline menarik tangannya dan menutup pintu kamarnya. Wanita itu tersenyum menyeringai membuat Bayu sudah tau apa yang akan terjadi. "Apa yang-.." Relline menarik tengkuk Bayu, mengalungkan tangannya dileher pria itu kemudian mulai mencium bibir Bayu dengan lembut. Bayu membalas ciuman Relline dengan gaya kakunya, Relline membuka kancing kemeja Bayu. Tangan Relline menyusup masuk dicela kancing yang telah terbuka, Relline mengusap d**a Bayu dengan sensual membuat pria itu memejamkan matanya antara menikmati ciuman mereka dan perbuatan tangan Relline. Akhirnya mereka kembali merasakan kepuasan bersama dengan Bayu yang sedikit demi sedikit mulai memahami apa itu hubungan malam yang sering mereka jalani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD