Arshaka tetangga satu komplek Andin

1089 Words
"Rumahku tidak terlalu jauh dari sini, jika butuh bantuan telepon saja." Yanuar berada di dalam mobil setelah selesai membantu Andin memasukkan belanjaannya. Andin mengangguk, dia tersenyum tak lupa berterima kasih atas kebaikan hati Yanuar yang masih sempat membantunya di saat dia sangat sibuk. "Terima kasih ya Mas, hati-hati di jalan. Jangan lupa kasih kabar kalau udah sampai," ucap Andin. Yanuar mengangguk, dia membunyikan klakson lalu mengemudikan mobilnya semakin jauh dari sini. Mereka sama-sama singel, tidak heran jika banyak orang mengira Andin dan Yanuar memiliki hubungan romantis karena kedekatan mereka. Terlebih Andin tidak pernah dekat dengan lelaki lain, dia bersikap profesional tanpa mau bertemu mereka jika tanpa ada ikatan kerja di dalamnya. "Setelah menata semuanya, aku baru bisa istirahat." *** Pagi yang cerah, Andin sudah bangun dan membersihkan rumah. Dia terbiasa melakukan semua pekerjaan itu, Andin pikir akan lebih tenang meninggalkan rumah jika kondisinya bersih. "Makan apa hari ini?" Andin melihat bahan masakan yang ada di dalam kulkas, lalu dia mengambil ayam fillet dan mulai mengolahnya dengan bumbu simpel. Andin masih memiliki nasi sisa semalam yang berada dalam rice cooker dan masih bagus. Ponsel Andin berdering, Cahya kini sedang menelepon, Andin langsung mengangkatnya dan mendengarkan apa yang ibunya katakan. "Sore aku sudah di rumah Bu, Ada apa?" Andin mendengarkan ibunya, entah dia merasa jika ini hal yang merepotkan ketika ibunya meminta Andin mengantarkan makanan pada tetangganya. "Andin bukan orang baru Bu," ujar Andin. Cahya tetap memaksa agar Andin membagikan makanan pada tetangga terdekatnya. Dia hanya ingin tetangga tau bahwa ada orang yang tinggal di sana, setidaknya jika ada sesuatu yang terjadi tetangga akan tahu jika ada Andin disana. "Ya sudah, nanti Ibu sama Ayah kemari bantu Andin." Andin menutup teleponnya, dia lalu bergegas menyelesaikan makannya agar tidak terlambat bekerja. Andin ingin memulai hari ini dengan penuh kebahagiaan. "Waktu awal pindah aku juga tidak berkenalan dengan mereka, aku bahkan tidak tahu siapa tetanggaku. Baiklah, lebih baik aku mengikuti apa yang Ibu katakan." *** Nelson sedang demam, dia ingin bertemu Arshaka tetapi Keisha menolak. Hari ini dia sangat sibuk dan meminta pembantu rumah tangganya menjaga Arshaka di rumah saja. "Tapi Bu, apakah tidak sebaiknya di bawa ke dokter?" "Tidak, saya tidak punya waktu. Bawa saja pergi check up, ini uangnya. Saya pergi dulu." Nelson merasa sedih dengan ibunya yang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, setelah ibunya pergi dia langsung meminta bibi menelpon ayahnya. "Bibi, telpon Ayah saja." Bibi takut jika menelpon ayah Nelson, sejak perceraian mereka Nyonya nya tidak pernah senang jika Nelson bersama dengan Arshaka terlalu lama. "Tapi, Den." "Bibi, Nelson sakit sekali. Butuh Ayah." Bibi akhirnya menelpon ayah Nelson, dia tidak tega melihat Nelson yang sedang demam tinggi seperti ini. Bibi akhirnya mengikuti apa yang Nelson katakan. Lebih baik dia sembuh dari pada menunggu Keisha yang tidak peduli pada anaknya. Wanita itu terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. setengah jam kemudian Arshaka sampai rumah, dia langsung menuju kamar Nelson dan membawanya ke dokter. "Sudah berapa lama? kemarin dia baik-baik saja." "Semalam Nelson demam tinggi Pak, sampai saat ini." "Apakah ibunya tidak memeriksanya?" Bibi menggelengkan kepalanya, dia mengatakan jika Keisha memberikan uang agar bibi yang pergi memeriksakan Nelson karena saat itu Keisha sangat sibuk. "Ya Tuhan, wanita itu." Arshaka meminta bibi untuk menyiapkan barang seperlunya, dia hanya takut jika Nelson memerlukan rawat inap. setidaknya dia mengantisipasi dari pada harus bolak balik. "Bibi, biarkan Nelson menginap di rumah saya. Jika Keisha marah suruh saja menyusul, atau mau ke pengadilan mengadukan apa yang dia lakukan, termasuk menelantarkan anaknya." Bibi hanya diam, dia takut bersuara karena dia tidak ingin ikut campur dalam permasalahan keluarga mereka. Sudah cukup Nelson yang menjadi korban, dia tidak ingin hal itu semakin memperparah keadaan. "Ayah, Nelson ingin bersama Ayah." Arshaka kasihan melihat kondisi anaknya, dia tidak menyangka Keisha sebagai ibu kandung memperlakukan anaknya dengan tidak baik seperti itu, dia kini semakin geram pada mantan istrinya. "Iya sayang, nginep di tempat Ayah." *** Andin pulang ke rumah dengan lemah letih lesu, dia sudah tidak memiliki kekuatan untuk bangun dari tidurnya. Rasanya dia ingin tertidur tapi ayah dan ibunya akan segera datang. "Mas sebentar lagi sampai." Andin bergegas membersihkan dirinya agar mereka tidak menunggu lama hanya karena Andin yang kelelahan setelah bekerja. Padahal hanya ada beberapa rumah di komplek itu, tetapi mau tidak mau Andin harus mengikuti apa yang ibunya katakan. "Aku terlalu merepotkan Mas Yanuar." Tak lama kemudian kedua orang tua Andin datang beserta Yanuar. Lelaki itu sudah membantu Om Rusli menurunkan paket makanan dan buah yang akan di bagikan pada tetangga komplek. "Ibu, sudah?" tanya Andin. "Sudah, hanya ada 10 rumah di komplek ini. Sengaja saja tidak terlalu jauh," ujar Cahaya. "Biar Andin yang nganter aja sekaligus kenalan sama mereka," ucap Andin. "Biar Mas temenin." Andin mengangguk dia kembali masuk ke kamar untuk merias wajahnya tipis tipis, dia hanya tidak ingin terlalu buluk untuk kesan pertama bertetangga. "Jalan aja?" tanya Andin. "Ya, orang tidak jauh kok." Rusli mengatakan hal itu. Yanuar dan Andin akhirnya berjalan menuju rumah satu ke rumah lain dan kembali pulang ketika makanan yang di bawa sudah habis. "Tinggal satu aja Mas," ucap Andin senang. Andin membunyikan bel di rumah yang berada di depannya persis. Dia memang sengaja mengantarkan yang jauh terlebih dahulu. "Rumahnya unik, hanya rumah kalian berdua yang tidak memiliki model yang sama." Yanuar melihat bangunan itu dengan seksama, Andin melihat bangunan itu kembali dan mengiyakan apa yang Yanuar katakan. Untuk membangun design rumah yang berbeda seperti ini harus sesuai dengan persetujuan dari perumahan ini, prosesnya memang lama dan pada akhirnya setelah sekian lama mengurus dan di tinjau mereka bisa membangun rumah ini dan selesai selama setahun empat bulan. Andin sangat bahagia dengan rumah yang sesuai dengan apa yang dia inginkan. Dia merasa bahwa kerja kerasnya berbuah manis. "Ada orangnya nggak sih? Kok lama." "Ya udah pencet sekali lagi kalau nggak keluar ya udah kita balik aja," ucap Yanuar. Setelah menunggu dua menit akhirnya pintu terbuka. Andin terkejut dengan apa yang dia lihat, bagaimana bisa dunia terlalu sempit untuk mereka? Andin tidak menyangka jika pemilik rumah yang ada tepat di depannya ini adalah mantan kekasih yang menyakiti hatinya. "Pak Arshaka, ternyata anda tinggal disini." "Iya, sudah lama saya disini. Ada apa?" "Ini kami baru pindah, buat perkenalan saja." Yanuar memberikan makanan dan buah pada Arshaka, laki-laki itu terlihat lesu dan kini perasaannya semakin campur aduk melihat bagaimana Andin bersama Yanuar tinggal dalam satu rumah. "Apakah ada masalah Pak?" tanya Yanuar. "Tidak apa, Anak saya sedang sakit. Saya masuk dulu," ucap Arshaka. Yanuar dan Andin akhirnya kembali, mereka masuk ke dalam rumah dan mengobrol bersama kedua orang tua Andin. "Apakah mereka menikah? Kenapa tinggal satu rumah?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD