Sakit membawa berkah

1561 Words
Robin terbangun di tengah malam, ia teringat harus menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena ia bersenang senang dengan Sara dikolam renang. Betapa terkejutnya Robin saat menyadari tak ada Sara disisinya. Tiba tiba saja ia merasa marah dan segera menghidupkan lampu. Sedangkan di sudut lain, terlihat Sara tengah tidur meringkuk berselimut. " Apa apaan kamu?!" pekik Robin sambil menarik selimut Sara dengan kesal karena Sara seolah tak ingin seranjang dengan dirinya. Robin menyadari ada yang berbeda dengan Sara saat melihat wajahnya istrinya pucat pasi dan dengan tubuh yang menggigil. Sara yang dibangunkan paksa pun mencoba untuk duduk seraya berkata, " Badanku rasanya gak enak, aku takut kamu terganggu, jadi aku pindah tidur disini" ucap Sara dengan suara serak dan kembali meringkuk karena merasa tubuhnya begitu ngilu dan kedinginan. Robin segera memegang kulit Sara dan merasakan tubuhnya panas sekali. Ia segera menggendong Sara dan mengembalikan nya ke atas ranjang. Dengan cepat Robin mengambil thermometer dan mengukur suhu tubuh Sara. Panasnya sangat tinggi. Sara sudah tampak kesakitan karena tubuhnya terasa ngilu, kedinginan dan sakit saat Robin menghubungi dokter untuk segera tiba. Dan memanggil beberapa asisten rumah tangga untuk datang. Ia menyuruh para pelayan segera mengganti sprei dan sarung bantal dengan yang lebih bersih agar Sara bisa merasa nyaman. Setelah ranjang itu kembali rapi dan hangat, Ia segera membuka pakaiannya dan pakaian Sara lalu memeluknya dengan erat. " Peluk aku..." suruh Robin sambil memeluk Sara erat agar panas tubuhnya membantu untuk menurunkan panas tubuh Sara. Tak lama, dokter pun tiba dan segera memeriksa Sara dan mengambil sampel darah. " Berikan obat ini untuk membantu menurunkan demamnya. Besok pagi aku kabar kan hasil lab dan seseorang akan mengantarkan obatnya." ucap sang dokter sembari mengeluarkan obat demam. " Jika sampai siang ini demamnya belum turun dan tetap tinggi, lebih baik dibawa kerumah sakit untuk rawat inap. Jangan lupa untuk membuatnya tetap minum agar tidak dehidrasi." ucap sang dokter lagi lalu pamit pergi. Robin segera mengompres Sara dengan air hangat sekaligus membersihkan tubuh istrinya dan menggantikannya dengan pakaian yg nyaman. " Sara... aku harus memasukan obat lewat bawah karena panas tubuhmu terlalu tinggi dan tak kunjung turun. Percayalah padaku, aku akan melakukannya perlahan." bujuk Robin lembut sambil mengelus rambut Sara ketika melihat suhu tubuh Sara masih saja tetap tinggi. Tak ada pandangan kebencian dari Robin kali ini,yang ada hanyalah rasa cemas. Melihat anggukan Sara, Robin pun melakukan tugasnya untuk memasukan obat melalui dubur agar panas tubuh Sara yang terlalu tinggi bisa segera turun. Sara mengerang sesaat, Robin pun memeluk Sara untuk menenangkan istrinya. Dalam keadaan sakit Sara melihat raut wajah Robin yang berubah cemas dan begitu telaten merawatnya, seolah ia sudah terbiasa. Saat Sara tertidur, Robin kembali keruangan kerjanya. Tapi kali ini ia tak bisa konsentrasi untuk bekerja.Ia segera menghubungi Zen dan mengatakan bahwa ia tak bisa masuk kantor karena Sara sakit dan meminta Zen esok hari membawakan seluruh urusan pekerjaannya kerumah. Robin kembali ke kamar, ia melihat Sara yang mengerang sesekali dalam tidur. Tubuhnya pasti terasa sangat tak nyaman sehingga tanpa sadar ia meringis kesakitan. Melihat Sara terbaring, membuat Robin seolah mengingat masa lalu. Masa dimana ia kuliah dulu. Masa dimana banyak malam, ia harus terjaga untuk merawat seseorang. *** Pagi pun tiba, Sara terbangun karena tulangnya terasa ngilu, kepalanya yang terasa berat tapi tenggorokannya terasa kering. Sara mencoba untuk duduk dan menoleh kearah seseorang yang melingkarkan tangannya diatas tubuh Sara. Ada Robin yang tertidur pulas disisinya. Perlahan Sara menggerakan tubuhnya sehingga Robin terbangun ddan langsung memeriksa keadaan Sara dan bertanya apa yang ia butuhkan dalam keadaan sedikit linglung. " Minum.." ucap Sara pelan. Robin segera mengambil gelas dan memasukan sedotan perlahan kedalam mulut Sara.Setelah itu ia pun menggendong Sara saat Sara bilang ingin buang air kecil. Sara seolah melihat tak ada lagi kebencian dimata Robin padanya. Ia bersikap baik dan lembut membuat Sara sedikit canggung tapi tak bisa menolak karena sedang sakit. Robin benar benar perhatian padanya. Dengan cekatan menggantikan pakaiannya saat basah karena keringat dingin,mengecek suhu tubuhnya rutin dan memberikan obat bahkan menyuapinya untuk makan bubur. Sara bertanya tanya didalam hati , apakah ia Robin yang sama? " Maafkan aku.." bisik Sara pada Robin yang duduk selonjoran diranjang sambil bekerja menggunakan laptop. " Kenapa kamu minta maaf?" ucap Robin sambil tersenyum dan tetap fokus pada kerjaannya. Sara tersipu itu pertama kali ia melihat Robin tersenyum untuknya. " Karena aku sakit dan jadinya merepotkan semua orang" ucap Sara pelan. Robin hanya mengelus elus rambut Sara tapi tetap tak bergeming dari depan laptopnya. " Kamu seperti seorang perawat mas... seolah tahu apa yang harus dilakukan. Telaten sekali" puji Sara lagi Robin terdiam sesaat lalu berusaha tak berekasi dengan ucapan Sara. Tiba tiba ia meletakan laptopnya dan langsung berbaring disamping Sara . " Setelah kamu sembuh, giliran kamu untuk merawatku, memuaskanku." goda Robin dengan muka m***m dan mengecup bibir Sara perlahan. Wajah Sara yang pucat bersemu kemerahan saat dikecup Robin dan Robin melihatnya kaget. Ia mencoba mengecup bibir Sara kembali, tak ada raut penolakan dari perempuan itu kali ini. Mereka saling menatap dalam sebelum Robin memutuskan untuk kembali bekerja di ruangannya saja. Melihat Sara terbaring pasrah hanya menggoda gairahnya saja. Didalam ruang kerja, perlahan Robin membuka laci mejanya yang paling bawah dan mengeluarkan sebuah foto yang berisi wajah perempuan cantik, Camelia. Kini perempuan telah tiada karena cancer yang menggerogoti tubuhnya. Tak terasa sudah hampir 18 tahun tahun Camelia meninggalkannya, tapi rasa sakit itu masih tertinggal dihatinya. Camelia adalah cinta pertama untuk Robin dan rasanya tak ada wanita lain yang bisa mengalahkan rasa cinta Robin untuk Camelia. Merawat Sara seperti saat ini hanya membuat Robin terkenang masa sulitnya saat harus berjuang untuk merawat Camelia. *** Sudah 5 hari ini Sara terbaring sakit. Tubuhnya semakin kurus karena hanya bisa makan bubur. Sebenarnya Ia sudah sangat bosan untuk berbaring diranjang terus, tapi untuk duduk sajakepalanya masih terasa pening. Robin sudah pergi untuk bekerja. Sara pun mencoba memaksakan dirinya untuk bangkit. Hari ini ia ingin mandi dan keramas karena rambutnya yang panjang sudah terasa sangat lepek. Ia meminta salah satu pelayan untuk membantunya membersihkan diri. Entah mengapa Sara tak ingin Robin mencium bau yang tak enak dari tubuhnya. Selesai keramas, Sara segera membaringkan diri, ia merasa masih lemas dan tubuhnya benar benar belum mampu untuk bergerak banyak. " Ya ampun Non, biar saya keringkan dulu rambutnya" ucap bu Dera sang asisten rumah tangga, segera mengambilkan hair dryer dan mengeringkan Rambut Sara. Sara pun meminta Bu Dera untuk mengambilkan kotak make upnya. Ia ingin mengenakan lipstik agar saat Robin pulang nanti ia tak terlihat seperti hantu karena terlihat pucat. Sara tak tahu, Robin memperhatikan gerak geriknya dari cctv. Robin tersenyum kecil menatap handphonenya saat melihat gerak gerik Sara. Ia merasa lega, perempuan itu sudah tampak lebih baik tapi masih belum mau banyak makan. Saat pulang kerumah Robin membelikan Sara semangkuk bubur dari restoran bubur terkenal. Mencium aromanya membuat Sara merasa mual. " Aku tak mau…aromanya saja sudah membuatku mual." tolak Sara sambil menjauhkan mangkuk bubur itu. "Baik, kalau begitu, sepertinya kamu harus dipaksa. Aku akan menyuapi bubur ini ke mulut dengan mulutku..." ucap Robin sambil mengambil sendok. " Jangan! Biar aku suap sendiri." tolak Sara cepat. Ia pun mencoba untuk mulai makan. Ada senyum tipis di sudut bibir Robin. Ia pun meninggalkan Sara untuk membersihkan diri. Saat keluar dari kamar mandi ia melihat Sara tengah berjalan perlahan menuju kearahnya. " Mau kemana?" tanya Robin. " Sikat gigi..." jawab Sara sambil melangkah perlahan. Robin pun segera menggendongnya. Tubuh Sara terasa sangat ringan didalam gendongannya " Kamu terasa ringan sekali. kamu harus banyak makan agar cepat pulih." ucap Robin sedikit cemas. Bayangan Camelia menghantui pikirannya. " Kenapa? Takut aku tak ada tenaga untuk melayani kamu?" jawab Sara asal sambil menggosok giginya. Robin hanya diam dan berdiri menempel dibelakang Sara agar perempuan itu tidak jatuh. Selesai menyikat gigi Robin segera membawa Sara untuk kembali keranjang dan berniat untuk kembali keruangan kerjanya, tapi tiba tiba tangan Sara meremas bajunya dan menahannya untuk pergi. "Ada apa?" tanya Robin menanyakan hal lain jika Sara membutuhkan sesuatu. " Tolong temani aku sebentar lagi" ucap Sara tak bisa menyembunyikan rasa kesepiannya. Robin terhenyak sesaat. Lalu naik keatas ranjang dan duduk disamping Sara. " Kamu tahu, jika kita bersama harus melakukan apa? Ranjang ini hanya untuk bercinta, bukan untuk berbincang bincang untuk menghilangkan menghilangkan kesepian" ucap Robin menakuti Sara. Tapi wajah Sara malah bersemu merah, matanya terlihat b*******h. Robin terpana dan menatap wajah cantik Sara yang selalu menaikan gairahnya. Melihat Sara tak menolak dan seolah menginginkannya tanpa sadar Robin mulai mencium bibir Sara lembut. Gayung pun bersambut, tiba tiba Sara membalas ciumannya sampai rasanya ada sengatan listrik di seluruh tubuh Robin. Ia semakin b*******h melumat bibir Sara. Mereka berciuman dengan penuh gairah sampai akhirnya Robin merasakan tubuh bagian bawahnya mengeras dan seolah berontak ingin keluar. Ia menghentikan ciumannya dan melihat Sara yang terengah engah. " Aku ingin..." bisik Robin sambil merasa cemas karena Sara masih sakit. Melihat anggukan Sara, Robin seolah lupa. Mereka kembali b******u sambil tangan Robin sibuk melepaskan pakaian. "Aku akan melakukannya sebentar saja. " bisik Robin ditelinga Sara. Desahan Sara membutakan dirinya. Ia melakukannya penuh gairah apalagi ketika melihat Sara juga tampak menginginkannya ketika mendengar Sara mengerang kuat dan mencengkram tubuhnya erat. Saat selesai bercinta, Robin seolah tersadar dan segera memeriksa kondisi Sara, karena bagaimanapun, ia tadi tak bisa mengontrol perasaannya Tapi perempuan itu malah terlihat tenang dan segera tertidur lelap. Robin tak tahan untuk tak bisa menahan tawa. " Kamu itu ternyata nakal" bisiknya sambil mengecup rambut Sara sayang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD