LUPA SUAMI

1235 Words
Pagi hari Sheila terbangun dengan tubuh terasa remuk redam. Dia lupa pukul berapa dia tertidur. Yang pasti Adrian telah membuatnya merasakan kenikmatan yang tak terkira. Dia membuka matanya dan mengerjap beberapa kali agar melihat dengan jelas. Dia kemudian melihat dirinya, tubuhnya hanya ditutupi selimut. "Aah!" teriak Sheila saat melihat ada seseorang tidur di sisinya. Dia sontak menendang orang itu hingga jatuh ke lantai. "Aduh sayang!" keluh Adrian yang meringis menahan sakit dan berkali-kali mengusap bokongnya yang sakit. "Adrian ngapain kamu di sini? Kok kamu pake boxer begitu," ucap Sheila dan sontak menutup matanya. Adrian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia juga sepenuhnya belum sadar. Terbangun dalam keadaan kaget itu, butuh waktu mencerna segalanya. "Ya ngapain malu pake boxer begini. Kamu juga udah liat semuanya," balas Adrian. "Aaaah Tidak!!" Sheila menutup telinganya. Dia kini bingung, kedua tangannya harus menutup telinga atau matanya. "Kamu kenapa sih sayang?" tanya Adrian heran. "Kamu keterlaluan!" ucap Sheila menatap tajam. "Tunggu... tunggu. Sepertinya aku juga bingung maksud kamu apa," ucap Adrian mendekat dan duduk di tepi ranjang. Sheila sedikit memundurkan badannya. "Ya kamu tahu kita gak boleh melangkah terlalu jauh tapi kamu malah melanggarnya," dengus Sheila. "Bentar-bentar...apa aku yang bego apa gimana ya. Tapi wajar kan kalau kita ngelakuin itu. Kita kan udah sah." "Sah?" ulang Sheila dan Adrian mengangguk. "Liat jari kamu," perintah Adrian. "Eh!" "Kamu sadar sekarang?" ucap Adrian memasang wajah cemberutnya. "Adrian," lirih Sheila yang sangat malu. Mengapa dia bisa melupakan bahwa dia dan Adrian telah menikah. "Bisa-bisanya kamu melupakan hari bersejarah kita," ucap Adrian bersedekap. "Adriann...," Sheila mencoba membujuk Adrian dengan suara lembutnya. "Aku marah ya Yang. Kamu bisa melupakan hari pernikahan kita." "Maafin aku ya," mohon Sheila dengan wajah manja. "Aku maafin kalau kita mandi bareng," balas Adrian dengan senyum mesumnya. "GAK!" Adrian tak peduli dengan penolakan Sheila. Dia langsung menggendong istrinya ke kamar mandi. Adrian berkali-kali mengucap syukur yang tak terhingga. Bagaimana tidak, dia yang dahulu terlalu banyak bermain ranjang dengan para wanita, kini mendapatkan istri yang suci. Sungguh hal yang membuatnya merasa bangga dan juga terharu. Kini Adrian berjanji dalam hati bahwa dia tidak dan tak akan pernah mengecewakan Sheila. Dia akan terus mengingat janjinya kepada Selma dan Marvel agar menjaga Sheila dengan baik. Keduanya benar-benar menikmati mandi bersama di pagi itu. Adrian baru berhenti saat tubuh keduanya sudah mulai mengigil. "Ayok sayang," ajak Adrian memakai satu jubah mandi untuk dipakai berdua. "Kamu aneh-aneh aja," Sheila terkekeh geli tetapi melakukannya juga. "Sayang b****g kamu jangan nyentuh-nyentuh itu dong," bisik Adrian yang berjalan perlahan-lahan di belakang Sheila. "Ya mau gimana, kalau jalan emang harus kayak gini beps," balas Sheila manja. "Astaga bisa gak sih kamu gak ngegemesin gitu. Jadi pengen lagi kan." "Udah. Aku capek. Besok-besok masih bisa kan," ucap Sheila dan kini memakai jubah mandinya sendiri. "Janji ya. Aku bakalan nagih ini tiap hari," tatap Adrian seolah ini perjanjian yang sangat serius. "Iya. Itu udah kewajiban istri. Mama juga udah mengingatkan aku soal itu," tambahkan Sheila. "Wuah aku harus berterima kasih sama Mama," Adrian bertepuk tangan. "Kamu gak pesen makanan? Aku laper loh beps?" ucap Sheila dan mengelus perutnya yang keroncongan. "Oh astaga. Baru jadi suami aja aku udah bikin istriku kelaparan. Kamu gak mau turun aja ke restoran?" tawarkan Adrian. "Gak deh. Aku malu. Jalanku kayaknya bakalan aneh." "Hahahaha, maaf ya sayang." "Iya udah. Jangan dibahas. Aku laper. Buruan pesen makannya," desak Sheila. "Iya sayang," Adrian mencium pipi Sheila sekilas sebelum menelpon staf hotel. Hingga beberapa lama, tedengar ketukan pintu kamar. Adrian bergegas membuka pintunya. Pelayan datang dengan membawa rak makanan beroda berisi sajian aneka makanan. "Banyak banget beps," ucap Sheila heran. "Biar kita berdua kuat," balas Adrian menaik turunkan alisnya. Sheila tidak membantah lagi. Sepertinya dia harus terbiasa dengan pemikiran random Adrian. Dia juga sebenarnya senang jika melakukan itu. Tetapi dia juga harus menjaga kondisinya. *** "Adrian, aku pengen ngomong sesuatu," ucap Sheila. Keduanya kembali berbaring di ranjang. Benar-benar hanya menghabiskan waktu seharian di kamar saja. Mereka hanya tahu pergantian waktu dari jendela kamar hotel. "Apa sayang?" tanya Adrian sembari merapikan anak rambut Sheila, menatap lekat wanita yang kini menjadi istrinya. "Kamu tahu kan, aku merahasiakan pernikahan kita sementara waktu dari atasan dan rekan kerjaku?" tanya Sheila. Adrian mengangguk. "Kamu gak masalah kan?" tanya Sheila lagi. "Iya sayang. Aku paham. Kan emang ini janjiku sebelum kita menikah. Aku menerima pekerjaan kamu, ya walaupun beresiko tapi aku yakin kamu bisa menjaga diri." "Makasih ya," ucap Sheila girang dan mencium pipi Adrian sekilas. "Satu lagi," ucap Sheila ragu. "Apa sayang? Lima juga boleh," Adrian mendekat kemudian mendekap tubuh Sheila dan mencium pucuk kepalanya. "Soal anak. Aku mau kita menunda sementara waktu. Aku janji setelah buronan ini ditangkap, kita akan mikirin untuk memiliki momongan. Aku juga akan berhenti pekerjaanku sebagai agen mata-mata dan hanya menjadi polisi biasa aja." "Iya sayang apa sih yang enggak buat kamu." "Ih makin sayang sama suamiku ini," Sheila mencubit gemas hidung Adrian. "Hahahaha kalau tahu kamu bakalan manja-manjaan kayak gini. Aku pasti buru-buru nikahin kamu." "Eh tunggu, hapeku kayaknya berbunyi deh," ucap Sheila dan langsung melepaskan pelukan Adrian. "Halo," Sheila segera menjawab panggilan telepon. Sheila memberi tahukan Adrian tanpa suara bahwa rekan kerjanya yang menghubunginya. "Oh iya. Benarkah?" "Baiklah. Saya akan bersiap besok." "Terima kasih." Sheila kemudian menutup panggilan teleponnya. "Ini beps. Besok aku harus turun ke lapangan. Anak Robert Bailey, buronan yang selama ini aku kejar akan melakukan transaksi narkoba besok. Aku harus menangkap mereka," jelaskan Sheila. "Oh gitu. Iya yang penting kamu hati-hati ya sayang," ingatkan Adrian. "Iya pasti. Aku akan ingat itu." "Ya udah kalau gitu kamu istirahat yang cepet. Biar besok gak kelelahan," saran Adrian. Dia harus terbiasa dengan pekerjaan Sheila yang beresiko tinggi dan juga membahayakan keselamatannya. Tetapi Adrian juga sudah mengambil keputusan menerima Sheila dan juga pekerjaannya itu. Walaupun dia harus was-was setiap saat. "Kalau gitu peluk ya, sambil elus-elus punggungku," pinta Sheila manja dan mencoba menutup matanya. "Iya sayang. Astaga aku gigit kamu ya," ucap Adrian gemas. Sheila hanya terkekeh. Dia memang akan bersikap manja begini di depan Adrian saja. Tetapi dia pasti tidak akan melakukan itu di banyak orang. Tidak mungkin. *** Sheila dan Adrian menyempatkan diri sarapan di hotel sebelum check out. Keduanya memakai kacamata hitam, salah satu alasannya agar tidak banyak orang yang mengenali Sheila. Keduanya tampak serius menghabiskan sarapannya, sesekali Sheila menyuapi Adrian makanannya. Benar-benar pasangan yang romantis dan saling menyayangi. "Adrian," tegur seseorang membuat keduanya menoleh ke sumber suara. "Hai, kamu Adrian kan?" ucap wanita itu lagi. Wanita yang hanya memakai baju tanktop dan rok pendek di atas lutut. "Siapa ya?" tanya Adrian bingung. Sedangkan Sheila hanya diam mengamati interaksi keduanya. "Ih sombong amat. Lupain aku segala. Gini-gini kita pernah menghabiskan malam panas di ranjang," ucap wanita itu tak tahu malu. Sheila menaruh sendoknya dengan kasar hingga berbunyi. Adrian terkejut dan mengelus dadanya berkali-kali. "Sa-sayang...i-ini," ucap Adrian panik. "Oh iya lupa. Kamu sama wanita baru ya. Maaf deh." "Oh iya Mba, semoga langgeng deh. Adrian tuh orangnya kayak gitu. Gampang bosen," cibir wanita itu. Sepertinya memang dia sengaja memang emosi Sheila dan juga membalas sakit hatinya kepada Adrian. Wanita itu pergi, kini Adrian harus menghadapi tatapan membunuh dari Sheila. "Serius Yang. Aku gak inget dia siapa," ucap Adrian membela diri. Sheila menghela napas panjang. Dia juga sudah mendapatkan peringatan dari Marvel dan Angel bahwa dia harus siap dengan masa lalu Adrian. Dia harus kuat mental dan tahan banting. Nyatanya, saat dia menghadapi situasi sulit itu. Dia serasa ingin melanggar janjinya bahwa dia harus menyembunyikan pernikahan mereka sementara waktu.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD