PROLOG

370 Words
"Ayah,” lirih Geva. Gadis remaja itu duduk di lantai dingin, mencoba mengabaikan bau menyengat yang berasal dari botol-botol minuman keras kosong yang tergeletak begitu saja di atas meja. Menumpukan sebelah lengan di pinggiran sofa dan melihat wajah lelah Ayahnya yang tertidur setelah menghabiskan minuman keras murahan yang entah didapatnya dari mana. Memperhatikan wajahnya yang dulu tampan perlahan berubah menjadi nampak lebih tua dari yang seharusnya akibat dari luka hati dan rasa kesepian yang dipendamnya selama beberapa tahun ini. Geva merapikan anak rambutnya yang terjuntai dengan perasaan kebas. Napas Ayahnya tersenggal naik turun diiringi gumaman samar dari  mulutnya. Semua kekacauan ini terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Geva ingin sekali membasuh kesedihannya agar bisa kembali seperti superhero-nya yang dulu. Tapi masalahnya, Ayah membencinya sama seperti Ayah yang membenci Ibu. “Aku membencimu Gevancia Rosiebell!!” rancau Ayah tiba-tiba. Geva duduk tegak karena kaget ketika mendengar kalimat itu. Tidak menyangka akan mendengar langsung kalimat kebenciannya membuat air matanya perlahan turun membasahi wajah meski dia berusaha mati-matian untuk menahan suara tangisannya tetap di dalam membuat dadanya semakin bertambah sesak. “Pergi kamu Gevancia! Aku membencimu!!!” katanya kemudian. Geva sudah tidak tahan lagi mendengarnya. Diselimutinya tubuh Ayah dengan gerakan cepat lalu berdiri dan berbalik pergi menuju kamarnya di lantai dua. Setelah menutupnya, Geva meluruh jatuh dan terisak di sana. Membenamkan wajah pada lekukan lututnya dan memeluknya erat seakan takut terjatuh. Walaupun selama ini Ayah sudah tidak pernah lagi tersenyum untuknya tapi dia tidak pernah menyangka akan mendengar sendiri ungkapan kebenciannya. “Ayah,” lirihnya seraya terisak. ”Aku menyayangimu.” Bagi Geva yang beranjak mendekati usia 17 tahun yang berusaha keras untuk tetap tegar menjalani kesehariannya sendirian, dia hanya ingin sekali lagi merasakan kehidupan seperti dulu. Saat-saat di mana masih ada kedua orang tuanya dalam satu frame kebahagiaan. Masa SMA-nya akan segera di mulai. Geva berharap menemukan setidaknya seseorang yang melihat kehadirannya. Geva benci terus bergulat dengan perasaan tidak diinginkan dan ingin mencari warna pelangi di antara warna gelap di hidupnya. Malam ini, Geva memutuskan tidur di lantai dingin kamarnya seraya memandangi ribuan bintang berpendar indah di luar sana yang seakan balik memandangnya. Geva tersenyum, perlahan menutup mata diiringi dengan untaian harapan dalam doa yang dilantunkan dalam hati. Aku, Gevancia Rosiebell. Hanya ingin bisa kembali bahagia. Itu saja.   *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD