5. Menikahlah Denganku

1381 Words
*** Lyria tercengang. Apakah dia salah dengar barusan? Tidak, ini pasti tidak nyata. "Pak, apa yang Anda katakan tadi?" "Menikahlah denganku." "Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud menyinggung Anda, tapi saya tidak bisa menikah dengan Anda." "Jadi, apakah kau lebih suka menikah dengan pria seperti Ramos?" Lyria terkejut. "Apakah Anda menyelidiki tentang hidup saya?" "Ya. Aku tertarik padamu jadi aku menyelidiki tentangmu. Bukankah lebih baik menikah denganku daripada dengan pria tua seperti Ramos?" Itu benar, atasannya seribu kali lebih baik daripada Ramos, tapi Lyria jelas tahu bahwa pria di depannya tidak bisa ia makan. Setelah satu kali gagal, dia tidak ingin lagi berhubungan dengan pria dari kalangan atas. Dia hanya ingin hidup sederhana dengan cinta yang tidak akan pernah memudar. "Aku akan memberimu waktu berpikir tiga hari, Nona Lyria. Menikah denganku tidak akan membuatmu rugi. Aku tampan, kaya, berkuasa dan bertenaga di atas ranjang. Kau tidak akan menyesal menikah denganku. Selain itu aku juga bisa membiayai pengobatan ibumu. Kau tidak harus bertahan di kediaman nenekmu dan bisa tinggal denganku." Tawaran Axelsev benar-benar seperti angin segar untuk Lyria, tapi dia benar-benar tidak berpikir pria seperti Axelsev bisa menjadi suaminya. "Kenapa Bapak ingin menikahi saya? Apakah karena Anda ingin bertanggung jawab pada saya? Saya benar-benar tidak membutuhkan itu." Axelsev tersenyum kecil, dan itu membuatnya semakin terlihat menawan. Pria itu memiliki aura iblis yang sangat memukau. "Karena aku membutuhkan seorang istri." Axelsev tidak pernah tertarik dengan lawan jenisnya. Dia terlalu sibuk belajar dan bekerja sejak dia kecil sampai dewasa. Kakek, nenek dan orangtuanya telah mengkhawatirkannya karena mungkin ia tidak akan menikah dan menjadi tua sendirian nanti. Mereka telah mengatur banyak kencan buta untuknya, dan tidak ada satu pun wanita yang berhasil menarik perhatiannya. "Nona Lyria, tidak perlu menjawab sekarang. Kau bisa memikirkannya dengan cermat." Axelsev berkata lagi. "Ini adalah kartu namaku, hubungi aku jika kau sudah mendapatkan jawaban. "Apakah Anda tidak akan memecat saya jika saya menolak?" "Tentu saja tidak." Axelsev cukup yakin bahwa Lyria pasti akan menerima tawarannya. "Kalau begitu saya akan memberi Anda jawaban tiga hari lagi. Saya permisi." Lyria bersiap untuk pergi dengan kartu nama yang sudah di tangannya. "Ya, silahkan." Lyria meninggalkan ruangan Axelsev. Wanita itu berjalan dengan wajah linglung. Ia segera pergi ke lantai tempat ruangannya berada, tapi dia tidak langsung ke tempat duduknya melainkan pergi ke kamar mandi. Wanita itu membasahi wajahnya dan menepuknya tiga kali. Dia benar-benar tidak bermimpi sekarang. Dia tidak tahu apakah ini sebuah keberuntungan baginya atau bukan. Lupakan saja, dia tidak akan menikah dengan pria seperti Axelsev. Mereka hanya bertemu dua kali, dan dia tidak mengenal pria itu sama sekali. Bagaimana mungkin dia menikah dengan orang asing. Waktu berlalu, Lyria kembali ke kediaman neneknya. Dia langsung diperintahkan oleh neneknya untuk pergi ke ruang keluarga. Di sana sudah ada bibinya dan juga Kaitlyn. Tiga wanita ini pasti sedang ingin membalasnya karena dia menampar Kaitlyn kemarin malam. "Lyria, kau benar-benar bernyali menyakiti Kaitlyn!" Eugene menatap Lyria dengan tajam. Jika saja tatapannya berarti pisau maka saat ini Lyria sudah mati berkali-kali. "Dia memang pantas ditampar," balas Lyria acuh tak acuh. Mallory sangat geram, wanita itu melemparkan vas bunga di atas meja ke wajah Lyria. Dan itu tepat mengenai kening Lyria. Darah menetes dari kening Lyria, wanita itu sudah kebal terhadap rasa sakit. Ini bukan pertama kalinya dia di aniaya oleh neneknya. Lyria sudah lelah bertanya kenapa neneknya memperlakukannya seperti ini padahal dia juga cucunya. Dia pikir neneknya hanya tidak memiliki hati nurani lagi terhadapnya. Wanita seperti itu mungkin tidak akan sedih jika dia mati. Kebiasaan merupakan sesuatu yang menakutkan. Terbiasa pada rasa sakit, terbiasa pada kekecewaan dan terbiasa diperlakukan dengan tidak adil. Hal itu membuat Lyria nyaris mati rasa. Kaitlyn menatap Lyria angkuh. Wanita itu merasa bahagia melihat Lyria menderita. Itulah yang akan Lyria dapatkan jika berani menyakitinya. "Apakah kalian sudah selesai?" Lyria bertanya dengan dingin. Dia sudah kehilangan rasa hormatnya terhadap neneknya sejak lama, dan semakin muak melihat neneknya sekarang. "Kau benar-benar kurang ajar!" geram Mallory. "Jangan berani pergi sebelum aku selesai bicara!" "Lalu bicaralah!" balas Lyria. Mallory sangat membenci sikap angkuh dan kurang ajar Lyria. Dia sangat ingin mengirim Lyria keluar dari kediamannya lebih cepat. "Aku sudah menemukan pria yang akan menikah denganmu. Dia adalah putra dari keluarga Luther. Kau akan menikah dengannya satu minggu lagi." Lihat, neneknya benar-benar sangat baik dalam mencari pasangan untuknya. Hanya dalam waktu kurang dari satu minggu wanita itu sudah menemukan pria lain. Kali ini seperti apa pria itu? "Lyria, apakah kau tahu seperti apa George Luther?" seru Kaitlyn. "Dia cacat mental, itu benar-benar cocok untukmu." Senyum penuh kemenangan tampak di wajah Kaitlyn. Lyria tidak heran lagi. "Bahkan jika anjing bisa memberikan apa yang kalian inginkan, kalian pasti akan menikahkan aku dengan anjing." "Kau harus berterima kasih, Lyria. Dengan menikahi George kau akan hidup mewah." Lyria mendengkus sinis. "Berterima kasih? Ya, benar, kalian sangat murah hati." Lyria membalik tubuhnya dan pergi dengan marah. Wanita itu bergegas ke kamarnya dan membanting pintu kamar dengan kuat. Tubuhnya gemetaran. Dia sudah tidak bisa lagi tinggal dengan keluarga kejam ini. Dan dia tidak akan pernah memberikan apa yang mereka inginkan. Lyria tidak membutuhkan tiga hari untuk menjawab Axelsev, saat ini dia sudah memiliki jawabannya. Akan lebih baik menikah dengan pria itu dari pada dengan pria cacat mental, dan yang paling penting dia tidak ingin digunakan lagi oleh keluarganya yang kejam. Lyria melangkah ke arah meja rias, wanita itu melihat keningnya yang berdarah. Ia segera mengobati lukanya. Bekas lukanya mungkin akan menghilang sebentar lagi, tapi Lyria tidak akan pernah melupakan perbuatan nenek, bibi dan sepupunya padanya. Di tempat lain saat ini Axelsev mendapatkan kabar dari Sylvien bahwa Lyria kembali dijodohkan dan kali ini dengan seorang pria cacat mental. Axelsev sangat tidak mengerti kenapa nenek Lyria begitu jahat pada Lyria padahal Lyria juga cucu kandungnya sendiri. "Tuan, apakah Anda memiliki perintah?" "Untuk saat ini tidak ada yang perlu kau lakukan." Axelsev yakin Lyria tidak akan pasrah lagi pada perilaku neneknya. Dia jelas lebih baik dari pria cacat mental. Sekarang dia hanya perlu menunggu, Lyria pasti akan menghubunginya. Hanya selang beberapa detik ponsel Axelsev benar-benar berdering. Sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal, Axelsev yakin bahwa yang menghubunginya adalah Lyria. "Selamat malam, Pak Axelsev. Saya Lyria." Itu benar-benar suara Lyria. Senyum kecil tampak di wajah tampan Axelsev. "Selamat malam, Nona Lyria." "Saya bersedia menikah dengan Anda." Lyria berkata tanpa ragu. "Nona Lyria mengambil keputusan dengan cepat." "Hanya saja saya memiliki permintaan." "Katakan." "Saya ingin pernikahan antara saya dan Anda dirahasiakan." "Apakah aku tidak cukup baik untuk dipamerkan sebagai suamimu, Nona Lyria?" "Tidak, bukan seperti itu. Tolong rahasiakan saja." Lyria hanya tidak ingin orang-orang memandangnya dengan aneh. Jelas akan ada lebih banyak orang yang berbicara buruk mengenai dirinya. "Baik, mari lakukan sesuai dengan keinginanmu." Axelsev ingin memperkenalkan Lyria sebagai istrinya pada semua orang, tapi karena Lyria meminta seperti itu maka dia tidak akan menolak selama Lyria mau menerima tawarannya. "Kapan kita akan menikah?" "Besok kita akan mendaftarkan pernikahan." Lyria tidak menyangka akan secepat itu, tapi itu bukan masalah baginya. "Baik." "Sylvien akan menjemputmu besok." "Baik." "Apakah kau memiliki hal lain yang ingin dikatakan?" "Tidak ada." "Kalau begitu sampai jumpa besok." "Sampai jumpa." Axelsev memutuskan panggilan. Pria itu segera memerintahkan Sylvien untuk datang ke kamarnya. "Beli sebuah rumah yang nyaman untuk ditinggali oleh Lyria. Juga siapkan semua barang-barang yang diperlukan olehnya. Besok aku akan menikah dengan Lyria." Sylvien tidak terkejut mendengar kata-kata atasannya. Dia tahu bahwa atasannya pasti akan memiliki apapun yang dia inginkan. Atasannya sangat jarang menunjukan minatnya pada barang atau orang, tapi ketika dia memiliki minat itu maka barang atau orang itu pasti akan menjadi miliknya. "Baik, Tuan." "Atur pemindahan ibu Lyria ke rumah sakit pusat. Pastikan dia mendapatkan perawatan terbaik." Axelsev tampak sangat dingin di permukaan, tapi pria itu akan sangat hangat dan penuh perhatian pada orang-orang yang disayanginya. Karena dia akan menikahi Lyria maka dia juga akan memperlakukan ibu Lyria dengan baik. Dia akan memastikan bahwa Lyria benar-benar tidak akan pernah menyesal menikah dengannya. "Baik, Tuan." "Kau bisa pergi sekarang." Sylvien menundukan kepalanya lalu berbalik pergi untuk menjalankan tugas dari atasannya. Ini pertama kalinya tuannya tertarik pada lawan jenis, Sylvien pikir Lyria benar-benar sangat beruntung karena bisa mendapatkan hati atasannya. Tuannya mungkin akan memanjakan wanita itu ke tingkat yang tidak akan bisa dibayangkan oleh orang lain. Tuannya memiliki adik wanita, dan semua keinginan adiknya akan dikabulkan olehnya tanpa syarat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD