7. Clever girl

1009 Words
Tiba-tiba suara seorang pria memecah keheningan di kamar itu, Emily mendongkak melihat siapa pria yang masuk itu, yang ternyata pria bernama Jhonatan Naser—yaa yang tadi menerobos masuk saat Ia sedang berpakaian. Emily melihat pria itu tengah menatapnya dengan alis terangkat dan siulan yang terdengar nakal di telinganya. "Wow, you so beautiful. " ucapnya dengan masih memandang wajah cantik Emily yang bebas makeup. Emily yang mendengarnya jengah, jujur ia pernah pada posisi ini, di rayu mau pun di goda—bukannya sombong tapi kenyataannya seperti itu, terlebih saat dirinya sedang bekerja di cafe, pelanggan selalu memuji wajahnya, bukan pria-pria saja yang selalu melontarkan pujian atau godaan bahkan wanita pun turut memuji wajah cantiknya yang murni alami tanpa polesan makeup dan Emily memang tidak terlalu suka dengan makeup yang tebal, sederhana saja asal bisa mempercantik wajah. Jhonatan terus memandang wajah Emily, pria itu mendekati Emily menghiraukan Kent yang sendari tadi telah menghunaskan tatapan tajamnya. "You really beautiful. Siapa namamu, tadi aku belum sempat menanyakannya." ucap Jhonatan sambil mengulurkan tangannya— berharap di sambut oleh tangan cantik bidadari di hadapannya, tapi harapan itu musnah karena tangan Kent lebih dulu menepisnya dengan kasar. "Menjauh darinya!" Desis Kent yang di balas dengusan Jhonatan. "Kau ini! Ohya ada yang ingin aku bicarakan," ucap Jhonatan tiba-tiba. "Tunggu di sini, jangan mencoba kabur, atau kau tahu akibatnya." perintah Kent pada Emily yang di balas anggukan pasrah wanita itu. Keniti melangkah menuju pintu keluar dengan di ikuti Jhonatan, tapi sebelum benar-benar keluar Jhonatan sempat sempatnya mengedipkan sebelah matanya pada Emily. "Dasar genit!" Sinis Emily. Dan sekarang wanita itu harus bersabar menunggu Kent mengurus urusannya—Ia bisa saja kabur, tapi tak mau ambil risiko, jadi, menurut sekali tidak apa-apa kan! *** "Ada apa?" tanya Kent pada Jhonatan setelah mereka berada di ruangan rahasia yang berada di Mansion pria itu. "Sekelompok orang menyerang daerah kita dan 5 korban tak bersalah yang menjadi taruhannya. " ucap Jhonatan dengan serius. "Siapa mereka?" Kent menatap tajam Jhonatan. "Mereka sudah tertangkap dan sekarang berada di penjara markas, tapi yang aku ketahui di lehernya ada simbol merah menyala. " jelas Jhonatan. "Kau tahu simbol itu?" Tanya Kent. Jhonatan menggeleng. "Sayangnya aku tidak mengenali simbol itu." "Aku akan ke sana, kau pergilah. Aku akan menyusul." ucap Kent. "Ngomong-ngomong siapa wanita tadi, dia sangat cantik. " celetuk Jhonatan tiba-tiba, yang membuat tatapan Kent semakin tajam. "Wow slow dude, aku tidak akan merebutnya darimu!" ucap Jhonatan sembari terkekeh geli melihat ekspresi lelaki dingin di hadapannya itu. *** Setengah jam kemudian Emily merasa bosan memutuskan keluar. Masa bodo dengan peringatan Kent, Ia tengah di landa kebosanan akut! Tidak jauh dari kamar langkah Emily terhenti karena pandangan matanya melihat sesuatu—sebuah balkon dengan pintu yang di lapisi kaca karena penasaran Ia membuka pintu kaca itu dan disambut beberapa bunga cantik, ternyata di dalamnya juga terdapat sebuah tangga dan lorong yang menghubungkan pada sebuah— taman yang sangat indah. "Wow!" komentar Emily akan pemandangan di hadapannya. Mata hijau wanita itu terbelalak, binar senang muncul di matanya—di hadapannya sekarang terdapat bunga-bunga yang sangat cantik, wanita itu benar-benar terpesona dengan taman ini. Taman yang di dominasikan bunga-bunga cantik dengan bentuk unik dan berwarna-warni, tak lupa ada sebuah ayunan dengan bentuk unik. "Wow, pria dingin sepertinya bisa memiliki taman seindah dan seluas ini." Gumam Emily tak percaya. "Semua ini bukan milikku." ucap suara bariton seorang pria yang tak lain Keniti, dan Emily merasakan tangan pria itu melilit sempurna di pinggang rampingnya. "Aku mencarimu, ternyata kau di sini." Kent menempelkan dagunya di bahu Emily, yang membuat wanita itu merasakan embusan nafas hangat dan sensasi menggelitik di lehernya karena hidung lelaki itu mulai bersentuhan di lekukan lehernya. Tapi momen itu lenyap saat kesadaran Emily kembali. Tubuhnya merespons sinyal bahaya, segera saja Emily mencoba melepaskan tangan pria yang melilit pinggangnya itu, tapi percuma saja tangan itu malah semakin erat memeluk pinggangnya bak perekat permanen yang tak mau di lepas, membuat jantungnya tak karuan. "Mr. could you please let me go?" ucap Emily yang merasa tidak nyaman. "Why? Tetap seperti ini sebentar saja" pinta Kent. Keniti tidak percaya akan ucapannya barusan, dia memohon pada wanita, sedangkan di luar sana berkebalikannya, yaitu—mereka yang memohon. Jadi seperti ini rasanya memohon! Kau benar-benar berbeda Emily Senzzy! Batin Kent. Tidak lama pelukan mereka terlepas karena Emily melepas paksa pelukan tersebut. Tidak ada angin atau apa tiba-tiba jantung wanita itu mencelus sakit, dia mencemaskan sesuatu. "Kent aku ingin bertemu ibuku." ucap Emily lirih. "Wajahmu pucat. " ucap Kent lain kala melihat raut wajah Emily yang berubah. "Aku merasakan firasat buruk tentang ibuku." ucap Emily. "Tenang, aku akan menelepon anak buahku untuk bertanya tentang keadaan ibumu. " ucap Kent dan Emily mengangguk mengerti. Setelah panggilan selesai. Emily bernafas lega setelah mendengar bahwa ibunya baik-baik saja. "Sekarang kau bisa kembali ke tempat semula. Aku masih ada urusan." ucap Kent yang di balas anggukan mengerti oleh Emily, wanita itu lalu melangkah pergi meninggalkan Kent yang menatap kepergiannya dengan tatapan yang sulit di artikan. Beberapa jam kemudian. Emily setengah terbangun karena mendengar suara alarm di ponselnya yang sengaja dia pasang di jam delapan malam. "Kita bicarakan syarat-syarat kesepakatan." ucap Kent tiba tiba masuk dan menatap Emily yang masih setengah sadar di atas ranjangnya. "Tanda tangan berkas ini, sekarang." perintah Kent sembari menyerahkan berkas hitam di tangannya. Emily bergerak bangun dan tanpa kata mengambil dan mendatangani berkas itu tanpa membacanya terlebih dulu, membuat Kent yang melihatnya mengangkat sebelah alis dan seringai misterius muncul di kedua sudur bibirnya. Dan berselang satu menit, Emily membuka suaranya. "Apa isi berkas tadi?" Tanyanya sambil mengucek-ucek matanya. "Kenapa tidak kau baca sendiri." sahut Kent sembari menahan tangan wanita itu untuk tidak terus mengucek matanya. "Jangan kucek, sebaiknya kau basuh wajahmu terlebih dulu." suruh Kent dan tanpa banyak bicara wanita itu turun dari ranjang lalu melangkah menuju bilik kamar mandi. Sepeninggalan Emily, Kent bergumam dengan senyum miring kepuasannya. "Aku tidak perlu mengarang cerita untuk membuatmu mendatangani ini. Clever girl." Kau milikku Emily, tidak akan ada yang berani mengambilmu dariku. Jika pun ada aku tidak akan membiarkan pria mana pun memilikimu bahkan pria yang kau cintai sekalipun!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD