Hari ini aku mendatangkan dokter ke rumah karena Sita demam. Dokter Maura yang merupakan sahabatku langsung melotot ke arahku begitu memeriksa keadaan Sita. “Berapa kali sehari kau menyentuhnya, Dante?” tanyanya frontal. Ada mamah di sana padahal. Wajah Sita langsung memerah malu tapi aku senang melihatnya. Dia menggemaskan sekali. “Tugasmu memeriksanya Maura bukan bertanya-tanya hal seperti itu,” jawabku seenaknya dan Maura mendelik. “Dia kecapean, Dante! Kau mau membunuhnya, huh?! Dasar beruang m***m!” hardik Maura yang aku tanggapi dengan kekehan penuh rasa bersalah. Mungkin aku memang tidak bisa terus-terusan menyentuh Sita, aku tidak suka juga melihatnya sakit seperti ini. Mama tersenyum geli. “Jadi permintaan mama soal cucu sedang kamu usahakan dengan sangat keras, Dante?” tany