Ceklek.
Setelah Edward pergi dari rumah, Emerald pun menangis mengeluarkan kesedihannya. Dia menangis keras karena harus kehilangan orang yang ia cintai demi hidup bersama wanita lain.
"Hiks... Edward, tolong jangan pergi..."
Nyatanya meski dia berniat menuruti semua yang dikatakan oleh Inoe, tapi tetap saja hatinya merasa terluka. Apalagi dia yakin jika Edward tidak akan kembali padanya.
"Edward... "
Karena hatinya yang hancur, Emerald menangis seharian di dapur. Dia menatap makanan yang ia masak dimakan oleh Edward untuk pertama kali sejak pernikahan mereka. Rasa mirispun kembali menerpanya, yang menyadarkan jika Edward benar - benar tidak mencintainya.
Hari ini di waktu yang sama, Inoe sudah mengintai Edward yang meninggalkan rumahnya dan menuju klinik. Dia berniat mengikuti kemana pria itu pergi dan di mana alamat Karen. Ternyata mobil Edward berhenti di sebuah klinik dan kehadirannya langsung disambut oleh Karen.
Karena bagian depan mereka hanya berdinding kaca bening, Inoe bisa dengan jelas melihat keduanya yang berpelukan dan seolah merayakan sesuatu.
"Kalian bersenang - senang di atas penderitaan adik ipar sekaligus sahabatku kan. Baiklah. Akan aku tunjukkan seperti apa bersenang - senang di atas penderitaan orang lain itu seperti apa," ucap Inoe pada dirinya sendiri. Dia sangat muak menyaksikan keduanya yang kini naik mobil dan menuju ke Time Square. Inoe masih diam - diam mengikuti mereka.
Tak lama kemudian Inoe menyeringai kejam. Akan lebih baik bagi keduanya untuk dipermalukan saat ini. Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi suami yang merupakan kepala rumah sakit.
"Halo, ada apa... kenapa kau menelponku? "Jawab Kevin.
"Aku ingin kau memblokir kartu yang dipakai Edward. Bukankah kartu kreditnya itu menggunakan nama Emerald untuk tagihannya?" kata Inoe.
"Apa ada sesuatu?"
"Nanti saja kau jelaskan. Ajukan pemblokiran kartu terlebih dulu."
"Baiklah."
Inoe bersiap menonton pertunjukan yang menarik. Dia ingin melihat seperti apa Edward tanpa Emerald yang menyokongnya. Inoe melangkah ke butik Loubountine untuk memilih sepatu dan tas. Dia membeli beberapa dan bersikap seolah - olah tidak tahu ada Edward di sana. Namun begitu ada keributan di kasir, dia dan pelanggan yang lain melihat dari jauh.
"Maaf tuan, kartunya tidak bisa dipakai. Ada kartu lain?" Edwarfd tertegun. Dia pun mengeluarkan kartu yang lain untuk membayar belanjaan mereka. Sayangnya tidak ada satupun yang dipakai.
"Maaf tuan, kartu ini juga tidak bisa."
"Ini mustahil. Mungkin saja mesin kalian yang rusak," ucap Edward.
"Tuan baru saja kami melakukan transaksi dengan mesin kami."
Edward baru sadar jika semua kartunya atas nama keluarga keluarga White. Jadi pasti kakak Emerald memblokir semua kartunya.
"Edward, ada apa?" tanya Karen. Dia malu menjadi tontonan orang - orang di sini.
"Akan aku jelaskan nanti. Ayo kita pergi dari sini."
Baik Edward maupun Karen segera meninggalkan toko di bawah pandangan mata yang mencemooh. Hal itu disaksikan Inoe yang tersenyum senang.
"Ini belum seberapa Edward. Aku akan menunjukkan hal yang lebih menakutkan lagi. "
Karen mulai mengomel pada Edward. Dia sangat malu dan baru pertama kali dipermalukan seperti ini dalam hidupnya.
"Apa apaan itu tadi Edward. Kau membuatku malu. Kenapa kau tidak bisa membayar tas dan sepatu impianku itu?" Protes Karen pada Edward.
"Aku lupa jika semua kartuku adalah milik kakak Emerald. Dia yang memblokir kartuku."
Karen pun merasakan firasat buruk setelah kejadian ini terjadi. Yang mana membuatnya memutuskan untuk kembali ke klinik.
"Baiklah. Ayo kita ke klinik, lebih baik kita bekerja keras agar bisa menabung demi masa depan kita, okey?" kata Karen pada akhirnya.
Edward bersyukur atas sikap pengertian dari Karen. Mereka pun berjalan ke tempat mobil yang mereka parkir. Rupanya Inoe juga memberi pukulan telak pada Edward.
"Hei apa yang kalian lakukan pada mobilku!" Teriak Edward. Dia segera mencoba menghalangi mobil derek yang menarik mobilnya. Akan tetapi seseorang berpakaian rapi segera mendatangi mereka dan memberi tahu jika dia adalah utusan keluarga White.
"Tuan Kevin memberi tugas kami mengambil mobil yang anda pakai. Saya harap anda tidak lupa jika anda bukan orang yang membeli mobil itu," kata anak buah Kevin.
"Bisa kalian mengambil ini di rumah saja. Seharusnya kalian juga melihat jika aku tidak membawa apapun sekarang."
"Maaf, kami hanya menjalankan perintah."
"Mau tak mau Edward menyerahkan semua yang ia dapatkan dari keluarga Emey. Hatinya dongkol dan tak terima. Dan yang menjadi target kebenciannya adalah Emerald.
Edward baru menyadari jika tidak ada satupun yang ia kenakan bukan dari pemberian Emerald. Bahkan pakaian, sepatu dan celana dalamnya juga pemberian Emerald. Dia yang dulu hanya perawat di rumah sakit mana mungkin sanggup membeli sesuatu yang bermerek Arthemis. Emerald yang membelikan semua itu dan Edward dengan dingin menerimanya. Dia tidak pernah mau berterima kasih karena menganggap semua ini sogokan agar ia mau mencintainya.
"Oh ini memalukan. Ayo kita segera pergi dari sini!" Teriak Karen yang ingin menjerit. Tidak cukup dirinya dipermalukan di butik tadi sekarang dia juga dipermalukan di depan orang - orang yang lewat.
Edward tidak menyangka jika keluarga White sama sekali tidak menjaga perasaannya sehingga menarik semua fasilitas yang ia miliki di depan orang banyak.
Keduanya segera masuk ke taxi untuk kembali ke klinik. Edward bertekad jika akan membuat Emerald menyesal sudah menarik fasilitas di depan umum sehingga membuatnya malu. Dia akan membalaskan hal ini padanya suatu saat nanti. Dan ia yakin jika waktu itu tidak lama. Entah apa yang ia pikirkan, mana mungkin orang normal masih membiayai mantannya. Jadi Emerald melakukan hal serupa.
Inoe hanya melihat keduanya pergi dari Time Square dengan wajah malu. Dia tertawa di dalam mobil dengan perasan lega. Andai saja bisa, ia ingin sekali merekam kejadian tadi dan menyebarkannya ke sosial media. Sayangnya di butik tadi tidak diijinkan untuk merekam.
'Bagaimana Karen, ketika pria yang kau kira memiliki segalanya itu kehilangan kemewahannya satu persatu apa kau masih tetap ingin bersamanya?' Ucap Inoe dalam hati.
Lalu tatapannya ke arah Edward yang terdiam. Dia seolah sedang berpikir keras tentang dan mulai menyadari sesuatu.
Namun dia masih belum selesai membuat kedua pasangan itu menderita. Dia tidak akan membiarkan mereka tenang begitu saja sehingga memutuskan untuk kembali mengikuti mereka berdua.
Inoe ikut melajukan mobilnya. Dia bertindak menjadi wanita detektif demi sang adik ipar sekaligus sahabat. Tidak ada maaf bagi orang yang tak tahu diri dan lupa kulitnya, dan hanya malu yang pantas bagi mereka.
Tbc.