Bab 6

1168 Words
Selamat membaca! Setelah bertemu dengan temannya, kini Alexa sudah kembali ke apartemennya dengan membawa rasa kesal yang tampak jelas di wajahnya. Ia benar-benar tak pernah merasa dipermalukan seperti ini sebelumnya oleh seorang pria, biasanya banyak pria yang malah ia abaikan ketika ingin berkenalan dengannya. Namun, hal yang tadi terjadi malah sebaliknya, dirinya seperti sedang mengemis perhatian dari seorang pria yang baginya layaknya seperti pahlawan karena telah menyelamatkan sewaktu kehormatannya akan direnggut oleh kedua pria yang tak dikenal di bar. "Pokoknya aku enggak mau kalau sampai mengalami hal itu lagi. Dasar pria sombong, kenapa dia sama sekali tidak ingat dengan pertemuan kami semalam? Padahal saat itu dia terlihat sangat manis dengan segala perhatiannya," gumam Alexa sambil memeluk sebuah bantal dengan erat. Saat rasa kesal itu semakin menguasai dirinya, tiba-tiba saja sebuah panggilan telepon berdering dan membuat Alex seketika bangkit dari posisi duduknya. Ia pun mulai mengambil ponsel miliknya dari dalam tas yang berada di atas ranjang. "Siapa yang menghubungiku?" tanya Alexa yang mulai menatap layar pada ponselnya dan tertera nama atasannya di sana. Raut wajah Alexa seketika masam karena memang ia sebenarnya sangat malas untuk menjawab panggilan telepon dari atasannya yang bernama Jack Rodwell. Terlebih jika panggilan itu terjadi di luar jam kerjanya. Namun, walau merasa enggan untuk menjawabnya, Alexa tetap menjawab panggilan telepon tersebut karena ia takut mendapatkan teguran dari atasannya. "Halo, Alexa," ucap Jack mengawali percakapannya dari seberang sana. "Iya halo Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" jawab Alexa diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang singkat dan terdengar sedikit ketus. Mendengar suara Alexa yang begitu dingin kepadanya, Jack pun coba mencari cara untuk mencairkan suasana yang terasa canggung bagi keduanya. "Aku tahu Alexa bisa seperti ini, pasti karena Daisy. Kejadian beberapa hari lalu itu memang pastinya sangat memalukan untuknya. Lagipula aku aneh saja dengan Daisy, kenapa dia tidak bisa merelakan hubunganku dengannya yang telah berakhir?" gumam Jack teringat dengan kejadian yang menimpa Alexa, saat sedang bersamanya di sebuah restoran. "Halo Tuan. Kenapa Anda diam saja?" tanya Alexa yang merasa aneh karena Jack tak menjawab apa yang ditanyakannya. "Oh ya, maafkan saya Alexa. Begini saja sebaiknya kita bertemu saja di Ritz Restaurant ya sekitar satu jam lagi, apa kamu bisa?" tanya pria itu coba memanfaatkan urusan kerjanya, agar dapat kembali dekat dengan sekretarisnya. "Untuk apa Tuan? Kenapa tidak besok saja saat di kantor?" tanya Alexa dengan kedua alis yang saling bertaut. "Apa kamu lupa Alexa? Besok itu kita ada meeting pertama dengan RX Corporate, jadi saya akan membahas materi untuk meeting besok." Jack coba menjelaskan maksud tujuannya agar Alexa tak dapat menolak ajakannya untuk bertemu di luar. "Maaf Tuan, tapi bukannya meeting dengan RX Corporate itu baru akan berlangsung besok sore. Kenapa tidak besok pagi saja kita bicarakan hal ini di kantor?" Alexa coba menolak dengan halus ajakan dari atasannya karena ia tak ingin kejadian saat dirinya dipermalukan oleh Daisy di depan banyak orang terulang lagi. "Saya mengerti ketakutan kamu, Alexa, tapi kamu tidak perlu khawatir, Daisy tidak akan pernah melakukan hal itu lagi kepada kamu. Saya sudah menekankan padanya, agar tidak usah mencampuri urusan saya lagi. Lagipula saya dan Daisy itu sudah tidak ada hubungan apa-apa, dia itu hanya terobsesi dengan saya saja karena tidak rela saya putuskan. Jadi tolong jangan sangkut pautkan urusan pekerjaan dengan masalah pribadi kita. Besok itu meeting penting menyangkut proyek kerja sama yang akan kita jalin dengan RX Corporate dan bukan proyek kecil karena nilai keuntungannya bisa mencapai 100 miliar. Makanya saya akan memberikan materi untuk meeting besok secara langsung sore ini, agar nanti malam kamu bisa mempelajari semuanya dengan baik di apartemenmu." Penuturan yang dikatakan oleh Rodwell sungguh membuat Alexa tak dapat berkutik lagi, hingga akhirnya wanita itu pun mengiyakan perintah dari atasannya untuk bertemu. "Baik Tuan, saya siap-siap dulu, setelah itu saya akan langsung menuju Ritz Restaurant. Sampai ketemu di sana, Tuan Jack." "Baiklah Alexa, kamu santai saja tidak perlu terburu-buru karena jarak apartemen saya sangat dekat dengan lokasi restoran. Kamu hati-hati ya!" Jack pun mengakhiri perkataannya dengan sebuah perhatiaan yang hanya ditanggapi dingin oleh Alexa. "Baik Tuan." Alexa menjawabnya dengan singkat dan kemudian langsung mengakhiri panggilan telepon dengan atasannya untuk mulai bersiap menuju Ritz Restaurant. Sebuah restoran yang letaknya tidak terlalu jauh dari apartemen tempat Alexa tinggal. Namun, jika dari apartemen Jack, restoran itu terbilang sangat dekat karena bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki saja. Jack memang sering menjadikan restoran itu sebagai tempat pertemuannya dengan Alexa. *** Sementara itu ditempat lain, Nick terlihat sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumahnya. Pria itu tampak duduk santai di kursi kebesarannya yang letaknya berada tepat di belakang kursi kemudi. "Andrew, nanti kita mampir dulu ke toko kue ulang tahun ya, tidak jauh dari sini!" titah Nick dengan suaranya yang ramah. Dave pun merasa sangat aneh dengan ingatan tuannya karena Nick dapat mengingat tentang posisi toko kue itu, tapi tidak bisa mengingat wanita yang tadi bertemu dengannya di Mall. Ya, saat itu Dave hanya melihat gelagat Alexa yang coba mendekati tuannya. "Ya, aku jadi teringat apa yang Dokter katakan tentang kondisi Tuan Nick saat di rumah sakit, jika amnesia anterograde itu masih dapat mengingat segala hal sebelum amnesia itu dideritanya, sedangkan untuk semua ingatan baru setelah amnesia itu pasti akan sangat mudah untuk dilupakan oleh Tuan Nick. Ya, walaupun waktunya tidak tentu, bisa saja cepat atau bahkan lambat," batin Dave yang mulai merasa iba terhadap apa yang diderita oleh majikannya itu. Lamunan Dave seketika buyar saat Nick menanyakan perihal tentang wanita yang ditemuinya tadi sewaktu di dalam mall. "Dave, apa kamu pernah melihat wanita yang tadi sok kenal denganku itu?" tanya Nick dengan keningnya yang mengerut dalam. "Saya memang belum pernah melihatnya, tapi kemungkinan wanita itu memang pernah bertemu atau bahkan mengenal Anda, Tuan. Namun, karena Anda saat ini terkena amnesia anterograde makanya Anda jadi melupakan wanita itu," jawab Dave yang sudah terlalu sering menjelaskan tentang penyakit yang saat ini tengah diderita oleh Nick. "Mungkin saja ya Dave, tapi aku penasaran dengan wanita itu." Nick tiba-tiba kembali teringat akan pertemuannya dengan Alexa beberapa jam lalu, sewaktu mereka berada di dalam mall. "Apa Anda masih mengingat pertemuan tadi dengan wanita itu saat di mall, Tuan?" tanya Dave yang setiap hari selalu mencari dan mengamati tentang penyakit yang diderita oleh tuannya. "Untuk saat ini aku masih mengingatnya dengan jelas, Dave. Makanya, tolong selidiki wanita itu ya! Aku yakin sekali, wanita itu pasti tidak tahu, jika aku mengidap amnesia anterograde. Walaupun begitu jika aku lihat-lihat sepertinya wanita cantik itu adalah wanita yang baik," Nick pun mengembangkan senyuman dari kedua sudut bibirnya saat wajah Alexa masih terbesit dalam pikirannya. "Baiklah Tuan, saya akan selidiki." Dave pun ikut tersenyum karena jarang sekali tuannya itu memuji seorang wanita saat sedang bersamanya. "Sepertinya ingatan tentang wanita itu sangatlah kuat, buktinya sudah beberapa jam berlalu, tapi Tuan Nick masih mengingatnya. Mungkin saja wanita itu bisa membantu Tuan Nick untuk dapat sembuh dari amnesianya, ya walaupun Dokter sudah mengatakan bahwa penyakit itu memang tidak akan bisa disembuhkan, tapi aku masih memiliki secercah harapan dalam diri wanita itu," batin Dave yang mulai memutuskan langkah apa yang akan diambilnya setelah ini Bersambung✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD