6. Pintu Kamar Ibunda Ratu Terbuka

1077 Words
Ricko membungkuk hormat. "Sama-sama yang mulia. Alangkah baiknya lagi kita kembali ke istana saja," ujar Ricko memberikan sebuah saran. "Bagaimana dengan pertemuan ini Ricko? Haruskah di batalkan saja?" Raja Arya menatap Ricko penuh harap, ia ingin meminta bibit gandum untuk di tanam. Selain hal itu juga belajar berkebun sendiri. Ricko menghela nafasnya, ia tidak bisa memaksakan keadaan Raja Arta yang sedang terluka parah. "Lain waktu Raja bisa mengadakan pertemuan kembali," akhirnya Ricko menjawab ini agar Raja Arta lebih mengerti. "Apakah kau tadi sempat melihat siapa orang yang menggoreskan pisau ke lenganku Ricko?" tanya Raja Arta mengganti topik pembicaraan, ia masih syok atas kejadian beberapa detik yang lalu itu. Terlalu cepat bahkan ia tidak sempat mengenali siapa pelakunya. Ricko memejamkan matanya sejenak, ingatannya berusaha mengenali dengan cepat siapa pelakunya. Kemudian beberapa saat wajah yang begitu familiar sudah terdeteksi. "Pelakunya adalah Leo yang mulia. Sebelumnya dia berurusan dengan anda tentang perebutan keris di depan istana beberapa waktu lalu," jawab Ricko menjelaskan. Entah alasan apa sampai Leo berani melukai Raja Arta dan tidak takut jika suatu saat di jatuhi hukuman berat. Raja Arta mengernyit, ia sangat mengenali Leo. Laki-laki yang berkemauan keras ingin menjadi terkuat dan sulit untuk di kalahkan. "Leo juga mencuri uang dirham hasil perdagangan tikar milik salah satu penjual di pasar Rembulan. Aku yakin, dia menyimpan sebuah dendam denganku. Maka dari itu, wajar saja Leo melukai tanganku ini Ricko." Ricko cukup terkejut mendengar itu. "Benarkah? Aku mengira keris itu hanya di curi. Tapi keris kerajaan kita sudah aman. Penjagaan juga perlu di perketat agar kejadian ini tidak terulang lagi yang mulia," tutur Ricko memberikan sebuah saran. Raja Arta meringis. "Sshh Ricko, cepatlah bawa aku kembali ke istana. Darah ini semakin mengucur deras," ia merintih kesakitan. Leo benar-benar keterlaluan, hanya karena tidak terima uang dirham hasil curian itu di kembalikan kepada yang bersangkutan lalu berujung pembalasan dendam. Ricko pun segera bergegas kembali menaiki kuda, kereta kencana istana kerajaan itu mulai berjalan pergi meninggalkan hutan lebat yang begitu sepi. "BERTAHANLAH YANG MULIA!" Ricko sangat khawatir, ia mempercepat kuda andalannya agar segera sampai di istana. Luka di lengan Raja Arta harus segera di tangani sebelum kehabisan darah. "Ricko. Lukaku semakin sakit. Aku tak berdaya," Raja Arta mengeluh berkali-kali. Tancapan pisau besi yang begitu dingin itu merobek kulitnya secara paksa. Beberapa saat kemudian setelah menempuh perjalanan hampir 10 menit, tibalah di istana Gianyue. Raja Arta di bantu oleh para prajurit membopongnya ke dalam kamar utama. Ricko sudah memanggil seorang tabib istana yang selalu bertugas menangani Raja Arta jika terluka. *** Di istana Dream Island terlihat Akira berjalan mondar-mandir kebingungan. Menunggu kedatangan raja Arta yang hampir melewati satu jam lamanya. Akira menatap Sherard. "Apakah Raja Arta tidak datang hari ini Sherard?" tanya Akira gelisah dan sedikit khawatir. Tidak biasanya keterlamabatan Raja Arta ke istananya memakan waktu yang cukup lama, beliau selalu tepat waktu. Sherard menggeleng, ia juga tidak tau. "Jika Raja Arta terlambat kemungkinan ada keperluan lain. Putri Akira tenang saja, mungkin besok pasti datang," jawab Sherard menenangkan kegelisahan Putri Akira menanti kedatangan Raja Arta. "MENANTI? ESOK HARI?" Akira memekik tak percaya, bagaimana bisa pertemuan penting antar kerajaan harus di batalkan? Bukankah sudah seharusnya seorang Raja ataupun Ratu memenuhi janjinya? Sherard heran. "Putri Akira tidak setuju?" ia bertanya ragu-ragu, rupanya Putri Akira sedang terbawa suasana emosi. Sherard mengerti pasti tak lain bukanlah tentang pesan burung hantu yang misterius itu. "Sherard, dengarkan aku baik-baik. Raja Arta akan membantu kita untuk mengalahkan bangsa Vampir suatu hari nanti. Aku sangat membutuhkan bantuannya," Emilia berucap sungguh-sungguh, ia tidak ingin di kalahkan dengan begitu mudahnya oleh para Vampir-vampir yang jahat dan licik itu. "Baik Putri. Saya akan mengusahakannya agar besok Raja Arta datang. Tenangkan diri Putri, jangan emosi," pada akhirnya Sherard yang harus mengalah. Ia memaklumi sifat Putri Akira saat di landa kepanikan. "Aku istirahat lebih dulu. Kau kembalilah bertugas menjaga istana," kemudian langkah Akira pergi meninggalkan Sherard sendirian. *** Akira berusaha memejamkan matanya, namun terasa sulit. Berbaring ke kanan dan ke kiri sama saja membuatnya tidak nyaman. Hingga Akira memilih memakai dua irisan buah timun untuk menutup matanya. Akira pun terlrlap. Beberapa saat kemudian, Akira berada di dunia mimpi. Dimana ia melihat suasana yang begitu kacau. Saat ini, istana Dream Island sedang berperang melawan bangsa Vampir. Tapi usia Akira saat itu sekitar 5 tahun. Akira yang kecil tidak tau apa-apa, ia hanya bisa bersembunyi di dalam kamar bersama ibunda Ratu. "Tenang ya Akira sayang. Kau disini aman bersama ibu," ibunda Ratu memeluk Akira dengan erat. Ia akan melindungi sang Putri sampai kapanpun. Pintu kamar terbuka, terlihat Sherard tersenyum melambaikan tangannya menyapa Akira. "Ayo bermain denganku. Ini ada busur panah yang baru saja aku buat sendiri," Sherard menunjukkan satu busur panah terbuat dari rotan. Akira tersenyum. Ia melirik sebentar pada sang ibunda Ratu. "Bolehkah aku bermain sebentar? Aku berjanji hanya di dalam istana," ucap Akira meyakinkan ibunya. "Boleh. Tapi segeralah kembali, karena para prajurit sedang berusaha menjaga keamanan istana. Diluar sana tidak aman." Akira kecil pun bermain bersama Sherard di dalam istana. Keduanya asyik tertawa belajar memanah. Tapi di kamar, ibunda Ratu tertidur karena merasa letih tidak beristirahat setelah seharian menjaga Akira seorang diri, sedangkan suaminya sang baginda Raja menghadapi para bangsa Vampir yang menyerang perkampungan di sekitar istana. Seorang pria memakai jubah merah menggunakan aksi teleportasi untuk menghilang itu berhasil memasuki dalam istana. Lebih tepatnya lagi di kamar sang ibunda Ratu. Pria itu meletakkan sebuah minuman dalam gelas, sebelum itu ia sudah mencampurkan racun ke dalam anggur. Ramuan minuman anggur merah siap di minum. "Aku memberikanmu ini agar Tuan bisa menguasai istana Dream Island. Sebelum Rajamu mati, aku harus membunuhmu Ratu," senyuman jahatnya dan sesekali tertawa bahagia, meletakkan segelas anggur merah beracun di meja rias. "Menunggu waktu, sampai Ratu akhirnya mati," ia membungkus tubuhnya kembali dengan jubah merah kemudian menghilang meninggalkan asap putih samar-samar. *** Hari semakin malam, istana sudah tidak aman. Prajurit yang menjaga sebagian sudah gugur dalam medan perang, menjadi korban mangsa para Vampir yang haus darah. Sedangkan Akira dan Sherard baru saja selesai belajar memanah di ruangan gudang. "Sherard, aku kembali ke kamar ya. Ibu sendirian disana, aku tidak mungkin meninggalkannya terlalu lama," Akira berdiri beranjak dari duduknya setelah beristirahat karena lelah usai memanah. Sherard mengangguk. "Baiklah. Aku tetap disini untuk berlindung." Akira kecil akhirnya kembali menuju kamar sang ibunda Ratu. Saat ia membuka pintu, Akira merasa heran. "Bukankah tadi aku menutup pintunya ya? Kenapa sekarang terbuka sedikit? Apakah ada orang yang masuk?" berbagai pertanyaan muncul dalam benak Akira. Menduga-duga akan adanya penyusup atau prajurit. Ah tidak, mereka sibuk menjaga area istana. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD