halaman 1
Aku duduk di belakang motor tanpa banyak bicara, aku hanya merampelkan semua do'a yang aku ketahui, karena si kutu kupret mengendarai motor seperti orang kesetanan, kami telat karena joen seperti kebo kalau sudah tidur dan akan butuh waktu untuk membangunnya.
Aku seperti layang yang di lepas begitu jauh dan tanpa takut talinya putus, aku egan memeluk ah lebih tepatnya berpegang pada orang di depanku.
Saat sudah di depan pintu gerbang aku turun dengan muka yang di tekuk dan sedikit rasa lega setidaknya aku tidak sampai kehilangan nyawa yang , kami tidak telat karena masih ada beberapa menit lagi sebelum bel masuk.
"Apa aku bilang kita nggak telatkan?" Tanya joen dengan wajah songonggnya, Aku tidak menjawab hanya pergi menyelonong masuk, ah aku dan joen memang merahasiakan hubungan kami, aku akan turun di depan gerbang atau di jalanan sepi dekat dengan sekolah, aku tidak ingin anak-anak banyak bertanya Karana aku mencintai kehidupan tenangku.
Joen juga seperti itu karena joen adalah kasanova di sekolahan dan dia memiliki gebetan begitu pula dengan Aku.
Aku memiliki orang yang aku sukai secara diam-diam sejak kelas X tapi sampai detik ini aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku, aku tau itu sedikit pengecut, aku lebih memilih jalan aman karena aku tidak ingin di benci olehnya.
Kehidupanku setelah menikah tidak ada yang istimewa karena tiap hari aku bertengkar dengan Joen seperti biasa.
Kalian pasti heran aku masih sekolah tapi sudah nikah?
Ceritanya panjang bila di jelasin tapi aku akan menceritakannya sedikit yang intinya aku kalah taruhan dengan joen masalah nilai ulangan dan berakhir aku membantunya untuk menikah.
Ayah dan ibu Joen adalah teman baik orang tuaku dan entah mengapa ibunya terobsesi menjadikan aku anak mantu jadi beginilah sekarang aku menikah di usia belia.
Tapi semuanya akan berakhir setelah kami kuliah itulah perjanjianku dengan joen. Kami akan berpura-pura tidak cocok dan bercerai.
sebentar !!
Sebenarnya kami memang tidak cocok satu sama yang lain.
Joen masuk mendahului aku dengan kaki panjangnya, karena wanitanya sudah berdiri di depan pintu kelas menunggu jungkook dengan bingkisan di tangannya.
"Hai" sapa wanita itu dengan senyum manis
"Hai sakura" Joen terseyum menggoda ke arah sakura
"Aku membawakanmu serapan, aku membuatnya sendiri" ucap sakura malu-malu
"Kebetulan aku belum makan" Joen menerima paper bag dari sakura
"Permisi tuan dan nyonya kalian menghalangi jalanku, jika Ingin bermesraan silakan cari tempat lain, jangan di depan kelasku" aku mengutuk mulutku sendiri karena aku terkesan iri atau bahkan cemburu sekarang padahal mah idih najis cemburu sama joen apalagi nenek sihir di samping Joen ini.
Aku memasuki kelas setelah di beri jalan sedangkan Joen juga begitu sakura berbeda kelas dengan kami jadi dia Juga kembali ke kelasnya.
"Lapar nggak?" Joen menghampiriku yang berada di samping kiri kursinya
"Nggak!" Ucap aku ketus karena gara-gara bangunin dia aku nggak sempat sarapan, kalau aku ke kantin sekolah nggak akan sempat.
"Jimi" panggil seren yang berada di depanku
"Hmm" aku mengangkat wajahku untuk melihat seren
"Aku membawakanmu sarapan, karena hampir tiap hari aku lihat kamu makan roti setiap pagi"
"Terimakasih, aku memang belum sempat sarapan Karena kebo di rumahku susah di bangunin jadi aku nggak sempat sarapan hanya minum s**u kalau sempat" aku menyindir Joen yang masih berdiri di sampingku.
"Baguslah kalau begitu, ya udah makan gih sebelum guru jam pertama masuk" inilah yang buat aku jatuh cinta pada seren dia selalu memperhatikan hal kecil tentangku bahkan aku sendiri tidak perduli.
"Terimakasih"
Seren mengangguk dan kembali melihat ke depan sedangkan Joen melihatku dengan ekpresi menggoda
"Cie yang punya gebetan di perhatiin terus"
"Urus saja sakura jangan mencampuri urusan orang lain" Joen mengangkat bahunya acuh dan kembali ke tempat duduknya.
aku mengambil dan melahap makananku sedangkan Joenpun begitu. kami sibuk dengan bekal yang kami miliki.
Joen lagi-lagi menghampiriku memberikan s**u coklat entah dari mana, karena seingatku kami tak mampir di minimarket aku juga tak melihat sakura memberikan joen s**u.
"Minum itu, kamu belum ssmpat minum s**u tadi"
"Ini dari sakura? Belum sempat joen menjawab aku mendorongnya lagi ke arah joen "itu buat kamu, ambil lagi" aku kembali makan bekal yang di berikan seren
"Nggak itu punya aku"
"Bohong!" Aku mendekatkan tubuhku dan berbicara setengah berbisik "kamu tidak kemana-mana bagaimana kamu bisa memiliki s**u kalau bukan di berikan sakura atau pengemar gilamu yang lain"
"Aku beli tadi di kantin"
"Tuhkan bohong lagi" jawab aku kesal aku jelas-jelas tidak melihat joen kemanapun tadi.
"Serius, aku sebelum ke kelas ke kantin dulu beli s**u ini" jawab joen serius.
"Beneran?"
"Ia bawel"
Aku dengan senang hati menerima, anggap saja sebagai ganti rugi aku nggak serapan gara-gara dia.
"Nggak ada terimakasih nih?" Tanya joen lagi
"Idih ogah, kamu yang buat aku nggak sempat ngapa-ngapain jadi udah sewajarnya kamu bertanggungjawab"
"Benar kamukan istriku" jawab joen dengan bercanda
"Hu'um jadi besok-besok kamu gini aja terus, biar kaya suami-suami bertanggungjawab gitu" aku menggoda joen balik
"Idih itu sih mau kamu, makan gratis"
"Emang" aku tertawa berhasil mengerjai joen
Joen ikut tersenyum melihat aku yang tertawa karena candaan Yang tidak berfaedah milik kami.
"Makan gih, pelan-pelan keselek nanti bisa jadi duda aku kalau kamu kenapa-kenapa"
"Idih amit-amit, kamu do'ain aku?" Jawab aku kesal
"Aku cuman ingatin, aku lagi belajar menjadi suami yang baik untuk kamu"
"Cih! Lagumu" aku memutar mata
joen terkekeh melihat aku kesal, dia mengacak rambut aku pelan sebelum kembali ke tempat duduknya.
Aku mengikuti pelajaran seperti biasanya tak ada yang istimewa hanya guru pelajaran sejarah Indonesia yang menjelaskan tentang kemerdekaan Indonesia, aku hanya mendengarkan dan sesakali menandai buku paketku, agar muda aku pelajari nanti
Tak banyak waktu yang tersisa aku sudah kelas XII kelas persiapan ujian, aku hanya bersungguh-sungguh dalam belajar walaupun nilaiku selama ini tidak pernah mengecewakan tapi tetap saja aku harus tetap belajar.
Jam istirahat berbunyi dan seren sudah menggandeng tanganku ke kantin, ya aku hanya dekat dengan seren berbeda dengan joen dia memiliki kenalan lebih banyak baik wanita maupun laki-laki.
Sedangkan Joen dia sudah berada di kantin dengan sakura yang menempel padanya seperti perangko.
"Jimi kemari" joen memanggilku untuk duduk dengannya karena kursi kantin sangat penuh. Raut wajah sakura berubah drastis jelas sekali dia tidak menyukai dan jujur aku juga tidak menyukainya.
Aku bertanya pada seren " kamu ingin gabung bersama joen dan sakura?" Seren menggeleng dengan lemah.
"Sepertinya sakura tidak menyukai kita, sebaiknya kita kembali 15 menit lagi atau kita pesan dan makan di tempat biasa gimana? Tanya seren
"Oke kamu pesan dulu, nanti aku nyamperin kamu, aku mau pesan minum dulu"
"Jus stroberi seperti biasakan?" Tanya aku karena seren suka jus stroberi
Seren mengangguk dan kami berpisah untuk membeli karena tempat makanan dan minuman berbeda.
Aku tidak menghiraukan panggilan joen yang beberapa kali memanggilku, yang di otakku hanya aku membeli minuman dan segera mengisi perut kosongku.
"Aku memanggilmu berulang kali dan tidak mendengarkan aku" joen terdengar kesal sekarang tapi aku tidak perduli.
"Jimi" joen menyentak tanganku cukup keras hingga aku berbalik ke arahnya.
"Ih apa sih?" Aku kesal dengan perlakuan joen
Joen menatapku tajam seakan ingin memakanku hidup-hidup.
"Kekasihmu jelas tidak menyukai aku, menurutmu aku akan bergabung dengan kalian?" Aku sedikit meninggikan suara kalian.
"Tapi aku sudah memesan makanan kesukaanmu dan ada s**u coklat juga" ucap joen dengan wajah dinginnya.
"Sebanyak apapun kamu menawarkan makan ke aku, aku tidak akan pernah tergiur karena napsu makanku akan hilang begitu melihat wajah sakura"
Aku mengambil minuman yang sudah ku pesan dan pergi meninggalkan joen yang masih berdiri di situ.