Berita Buruk

1380 Words
          Anita membuka matanya, ia merasakan kepalanya sangat sakit. Ia mencoba mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Anita menangis saat mengingat berita kematian bapaknya. Anita Memeluk kedua kakinya, ia menangis tersedu-sedu.         "Bapak maafkan Ita belum sempat berbakti sama bapak, Ita belum bisa membahagiakan Bapak hiks...hiks...”. Anita tidak menyadari seorang lelaki sedang menatapnya dari depan pintu kamarnya. Anita menyadari senyuman mengejek dari Revan.  "Pergi lo...gue benci sama lo!" Kesal Anita sambil melempar bantalnya. "Dasar cengeng" Ucap Revan singkat. "Aku tidak butuh ejakkanmu, Pergi kamu!" Teriak Anita. Revan mendekati Anita dan duduk di sofa kamar Anita. "Ada yang mesti aku luruskan mengenai ijab kabul yang aku lakukan didepan Ayahmu" Ucap Revan serius. "Cepat katakan!!!" Pinta Anita sambil mengusap air matanya.         "Aku menolongmu dengan menikahimu saat itu walaupun tanpa persetujuanmu. Untuk status kita berdua adalah suami istri, tapi kita berdua sama sekali tidak menyetujui pernikahan ini Benar?" Tanya Revan dingin "Benar 100% benar" Ucap anita.         "Kalau begitu beres..." Revan berdiri. “Kita tidak usah melanjutkan pernikahan siri ini, aku sudah punya pacar dan  aku sama sekali tidak menyukaimu. Dan kau tahu? kita sepertinya benar-benar tidak berjodoh. Mantan tunangan dan sekarang statusmu menjadi mantan istriku, sungguh miris hidupmu..." Ucap Revan sinis. "Iya, dan kau bilang kepada semuanya kalau kita nggak cocok dan memilih pisah!" Kesal Anita. "Oke!" Revan meninggalkan Anita yang masih sangat kesal dengannya.           Anita telah membicarakan kepada Bunda, Ayah berserta Ibu Sumi jika ia masih belum bisa menerima Revan sebagai suaminya. Anita memutuskan untuk menjalankan perusahaan Alexander yang ada di Bali. Keputusan ini sebenarnya ditentang oleh Varo dan Cia bahkan Vio dan Devan. Tapi Anita menangis tersedu-sedu belum siap menerima Revan sebagai suaminya. Walaupun dengan berat hati, kedua mertuanya dan orang tuanya menyetujui keinginan Anita untuk fokus bekerja. ***           Vio selalu menghubungi Anita karena bagi Vio, Anita adalah satu-satunya menantunya yaitu istri Revan. Namun Revan tidak menanggapi kata-kata dari Maminya. "Revan setelah kamu menikah dengan Anita apa kalian tidak memutuskan untuk tinggal bersama? Kasihan Yura dia masih kecil butuh kasih sayang seorang Ibu!" Jelas Vio.         "Aku dan Anita telah bersepakat untuk tidak melanjutkan pernikahaan kami dan untungnya dia sangat menyetujui kesepakatan yang telah kami buat bersama!" Ucap Revan.         Sejak kejadian pingsannya Anita saat mengetahui pernikahan mendadak yang dilakukan di rumah sakit tanpa sepengetahuanya membuatnya sangat terluka. Walaupun kejadian itu telah menginjak satu tahun, namun tidak pernah Anita dan Revan bertemu membicarakan pernikahan mereka. Walaupun Revan selalu memenuhi kewajibanya sebagai seorang suami, dengan mengirimkan uang ke rekening Anita tanpa sepengetahuan Anita. Selama satu tahun ini, Anita menganggap kiriman uang direkeningnya yang membengkak berasal dari Ayah Varo. Padahal Varo telah menghentikan pengiriman uang ke rekening Anita semenjak Anita menikah.         Anita bekerja di salah satu perusahaan milik Varo, yang berada di Bali. Perusahaan properti itu maju dengan pesat, setelah kepemimpinan Anita. Walau darah tak sama, tapi kecerdasan Varo sepertinya menurun kepada Anita. Saat ini Anita berada di Kantor, rasa lelah membuat tubuhnya semakin kurus. Ia adalah wanita yang perfect dan cenderung arogan sebagai seorang perempuan yang mandiri, tegas dan berdedikasih tinggi.         Ketukan pintu menyadarkanya dari lamunannya. "Maaf Bu, ada telepon dari Ayah anda!" Ucap sekretarisnya "Terima kasih" ucap anita menyambungkan telepon. "Halo ayah! Kenapa nggk menghubungi ponsel Ita yah!" "Eeee...ini anak...malah marahin ayahnya! Ponsel kamu nggk aktif tau!" Anita baru menyadari jika ponselnya mati "Maaf Yah, lupa hehehehe..." "Kamu pulang hari ini ya! Ayah sudah pesan tiketnya dan kamu langsung pulang atau Ayah suruh bodyguard Ayah buat jemput kamu!"  "Ayah lebay...aku kan pulang tiap minggu Yah,  Kenapa Yah? Putri buat ulah apa Yah?" "Dia kesepian semenjak hamil nggk ada yang menemani dia,  Kamu pulang masa nggak ingat suamimu". Goda Varo. "Nggak yah...kami sudah pisah" "Siapa bilang kalian pisah? pernikahan itu dijalani bukan diabaikan" Nasehat Varo membuat hati Anita bergetar.         "Pernikahan kalian diawali dari amanah nak, Bicarakan baik-baik sama Revan toh..sampai sekarang Revan tetap suami kamu" "Ia tapi aku pulang ke rumah Ayah ya..." "Emang ayah sama bunda pernah ngusir kamu?" Tanya Varo "Iya ayah pernah menyuruhku tinggal di Apartemen Revan waktu itu!" Kesal Anita mengingat perintah Varo dua bulan lalu. "Pulang Ta,  Bunda kamu sampai demam mikirin kamu". "Iya, aku pulang"         Anita menghela napasnya, jika menyangkut kesehatan salah satu keluarganya ia harus mengutamakan mereka tak peduli sejauh apa perjalanan yang harus ia tempuh. Anita sampai di Jakarta pukul 5 sore, ia melihat ibu Sumi menyambutnya. Semenjak Bapak meninggal Ibu sumi tidak lagi tinggal di Paviliun tapi tinggal bersama di Rumah utama.         Seorang anak perempuan yang sangat lucu berkepang dua mendekati Anita dan memeluk kaki Anita. "Mama hiks...hiks...Yura kangen Ma" Ucap anak perempuan cantik itu.         Anita membulatkan matanya terkejut dengan ucapan anak itu. "Yura...!" Bentak suara maskulin yang menatap Anita dengan tajam.         Revan menarik Yura yang memeluk kaki Anita. Yura menangis dan meronta-ronta dipelukan Revan. Suara tangis Yura membuat Vio dan Cia segera keluar menuju teras. "Dia bukan mama kamu Yura!" Bentak Revan. "Revannnn... Apa-apan kamu!" Teriak Vio melihat kelakuan Revan. "Ini semua gara-gara Mami memberikan foto Anita dan mengatakan jika Anita adalah Mamanya dan lihatlah bagaimana Yura sekarang!" Kesal Revan.         Anita melihat Revan yang masih belum bisa mendiamkan Yura yang terus terisak dan merentangkan tanganya kearah Anita. Yura anak yang bandel dan jahil, banyak pengasuh yang dipekerjakan Revan, tidak betah menjaganya. Yura terlalu aktif dan selalu membuat kenakalan di sekolahnya, sehingga Revan terkadang harus meluangkan waktu esktranya untuk menjaga putri kecilnya.Yura menangis tersedu-sedu dan selalu mengucapkan nama Anita.          "Mama... Mama Ita hiks...Yura mau mama Ita...Mama Ita Gendong!" Melihat Yura yang tak berhenti menangis membuat hati Anita menghangat. Ia merasa diinginkan dan Ia mulai menyayangi Yura, karena Yura mengingatkanya pada dirinya sendiri.         "Sini sama Mama!" Anita merentangkan kedua tanganya. Revan menatapnya tak percaya melihat Kedekatan Yura bersama Anita.         Anita menggendong Yura dan mengecup kedua pipi Yura.  Yura memeluk leher Anita erat seolah-olah tidak mau dipisahkan."Yura udah sekolah kan?" Tanya Anita  "Iya Ma..." Yura mencium pipi Anita. "Nggak nakal kan disekolah?" Tanya Anita "Nggak asal Mama tinggal sama Yura" "Tapi Mama kan kerja nak" Bujuk Revan merentangkan tangannya mencoba mengambil Yura dari gendongan Anita. Yura menolak dan menenggelamkan wajahnya ke leher Anita. "Yura sini sama papa!" Bentak Revan "Nggak mau, Yura mau tinggal sama Mama dan Papa! Teman-teman Yura, Mama dan Papanya tinggal bersama. Apa Papa dan Mama bercerai?" Tanya Yura polos         "Nggak sayang Mama kamu itu sibuk bekerja!" Ucap Vio memotong pembicaraan mereka. Cia dan Vio sangat bahagia melihat kedekatan Yura dan Anita. "Mama, Yura bosan tidur sama Papa saja. Yura  pengen tidur dipeluk Mama sama Papa ya!" Pinta Yura.         Anita bingung ingin menjawab apa. Namun suara Putri membahana mencoba menggoda Anita dan Revan. "Sekalian Yura minta Mama dan Papa buatin adek buat Yura hehehe...!" Goda putri Kalau saja kamu nggak bunting dek,  sudah aku pukul kamu!. Batin Anita.         "Ta, Bunda sudah siapin masakkan kesukaanmu nak!" Cia mengajak mereka untuk menunggu waktu makan malam.         "Van kamu menginap disini saja biar nanti Kenzi yang mengantar Mami, sekalian Kenzi dinas malam!" Ucap Vio. "Iya mi..."  Ucap Revan kesal.         Mereka makan malam bersama. Tapi hanya Kenzo yang tidak hadir karena ada urusan di rumah sakit. Semenjak kedatangan Anita sampai sekarang Yura selalu menempel kepada Anita. "Yura ayo tidur, besok Yura mau sekolah!" Ajak Revan         "Nggak mau Yura mau bobok sama  Mama, Nanti kalau Mama pergi lagi gimana?  hiks...hiks.." Yura mengeratkan pelukannya kepada Anita. "Ayo nak!" Pinta Revan "Nggk mau...hiks..hiks..!" "Mau tidur sama Mama ya?" Tanya Anita sambil mengelus pipi chubby Yura.         Yura mengangguk dan mukanya memerah karena malu.  "Tapi sama Papa juga!" Ucap Yura. Anita menelan ludahnya karena gugup dan bingung. "Hahahaha" Putri dan Arkhan terbahak melihat mereka berdua. "Sekamar juga nggk apa-apa, kalian kan belum cerai.  kalau nggak sah ,tinggal nikah lagi toh...nggak masalah!" Goda Putri dan membuat Anita salah tingkah.             Anita membawa Yura kekamarnya yang berada dilantai dua, ia memakaikan piyama tidur kepada Yura. "Ma...Ura panggil Papa dulu ya!" Yura tersenyum riang dan memanggil Revan.         Revan masuk ke kamar Anita, ia melihat Anita yang sedang berbaring membaca buku. Dag...dig.. dug... jantung Anita berdegub kencang ketika melihat Revan yang menduduki ranjang.         "Ma..Yura mau Mama mengelus kepala Yura dan Papa menggosok punggung Yura!" Ucap Yuri sambil membuka mulutnya lebar karena mengantuk.            Anita mengikuti keinginan Yura dengan mengelus kepala Yura, sambil berbaring dan Revan melakukan hal yang sama, dengan menggosokan tangannya ke punggung Yura. Lama kelamaan Anita merasakan matanya sangat berat dan ia pun terlelap. Revan mematikan lampu dan ikut berbaring bersama Yura yang berada ditengah  revan dan Anita.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD