Azzam sedari tadi merunduk pada buku tebalnya dengan headshet hitam yang melekat pada kedua telinganya. Tangannya sibuk menari-nari diatas kertas putih sembari menghitung soal-soal yang ada di buku. Suara desas-desus temannya sama sekali tidak ia hiraukan. Sejujurnya Azzam sudah tahu masalah ia dan Salahudin yang dituduh sebagai homo. Dan bagi Azzam itu hanyalah keisengan teman-temannya yang hanya ingin mengganggu ketenangan belajarnya. Hujatan dan hinaan yang teman-temannya terang-terangan lontarkan padanya sama sekali tidak ia gubris. Ia menganggap itu hanyalah angin lalu yang tak bertahan lama. Kenapa Azzam diam? Kenapa tidak ia labrak saja Salahudin atau orang yang menyebarkan fitnah itu? Dan menonjok siapapun yang dengan asal menilai dan memojokannya. Prinsip Azzam begini, jik