Kontrak Pernikahan

1503 Words
Mawar tidak menjawab. Pertanyaan itu adalah jebakan. Ia tahu situasinya sekarang seperti pedang bermata ganda. Bila ia tetap di Kerajaan Ellyseria, Anisa dan keluarga royal akan menghabisinya. Bila ia pergi ke Maraina ... ia mungkin akan dihabisi pria di depannya ini. Lihat? Ada kata 'mungkin', sebuah ketidakpastian. Dua puluh dua tahun bersama keluarga Fullmeir membuat Mawar akhirnya memilih ketidakpastian. Lagipula, Mawar memiliki kartu untuk dimainkan. Bila ia bermain benar, ia dapat tetap hidup. Bahkan mungkin hidup nyaman. Victor mendecakkan lidahnya. Ia tidak suka melihat Mawar telah menghiraukannya. Pria itu mengambil beberapa kertas di mejanya yang berisi laporan mengenai calon istrinya. Satu kertas hanya terisi oleh beragam julukan untuk wanita itu. Sisanya adalah daftar rumor dan skandal yang dimilikinya. Singkat kata, Mawar Fullmeir adalah sebuah bom waktu. Memiliki seorang istri sepertinya hanya akan membahayakan kedudukan sosial keluarga Maraina. Dan Victor tidak bisa merusak popularitasnya lebih lagi. Dari awal, keluarga Maraina sudah memiliki kedudukan sosial yang buruk karena Victor tidak pandai menavigasi lingkungan sosial serta politik. Victor adalah pria yang berbicara dengan pedangnya, bukan dengan mulut atau kepuraan. Victor dapat membaca strategi lawan dan kepribadian semua petarung. Tetapi yang berdiri di hadapannya adalah seorang perempuan kecil. Berambut panjang yang hitam legam dan bermanik mata warna merah. Ia tidak bisa melihat fitur wajah Mawar selengkapnya karena perempuan itu memakai topeng. "Sepertinya rumor mengenai rupamu yang buruk benar adanya," kata Victor kembali. "Melihat kau bahkan menyembunyikan wajahmu sekarang." Mawar lagi-lagi tidak menjawab. Akhirnya Victor mendesah. "Aku tidak punya niat untuk menerimamu sebagai istri. Lebih baik kau pulang." "Kau akan memberikan seorang perempuan sebagai makanan untuk makhluk buas di Maraina yang dingin?" Itu adalah pertama kalinya Mawar berbicara. Suaranya tak gentar. Tidak ada tanda-tanda rasa takut. "Itu hanya akan membuat reputasimu semakin hancur." "Tidak," jawab Victor, "Aku memberikan perempuan itu kesempatan untuk kembali ke rumah dengan selamat." Kata terakhir ia ucapkan dengan penekanan. "Kau akan menyesal bila membuangku, Duke." Mendengar perkataan Mawar, Victor kembali menatap mata merah itu dengan tajam. Ia kira Mawar akan menjadi gadis menjengkelkan yang manja. Namun jelas perempuan di depannya tak seperti perkiraan. Victor mengangkat alisnya, "Menyesal tidak membuang perempuan yang dijuluki 'Si Buruk Rupa dari Selatan'? Mawar tidak bergeming mendengar hinaan itu. "Jujur aku tidak mengerti mengapa Pierre mengorbankan nyawanya untukmu," kata Victor lebih kepada dirinya sendiri. "Kau mengenal Pierre?" tanya Mawar dengan terkejut. Kali ini Victor tidak menjawab. Pria itu mulai mengikuti permainan Mawar. Jadi Mawar putuskan untuk menghentikan permainan yang ia mulai dan masuk ke fokus utamanya. "Aku dapat membantumu, Duke." Pria tua di samping Victor terkekeh mendengar Mawar. "Kau pikir kau bisa membantuku?" tanya Victor dengan nada mengejek. "Aku tahu kau butuh untuk memperbaiki reputasimu." Kali ini mereka terdiam. Mawar terus melanjutkan, "Apakah kau pikir rumor buruk yang menumpuk padaku sementara segala pujian mengarah pada Anisa adalah kebetulan?" Suasana dengan cepat menjadi tegang. Seperti dinginnya es yang membeku di luar. "Menurut Anda ... bagaimanakah Anisa Fullmeir, seorang anak yang tidak sah naik menjadi calon ratu Kerajaan Elysseria?" Victor sendiri tahu bahwa untuk Anisa dapat naik ke posisinya sekarang, dibutuhkan skema politik dan sosial yang kuat. Mulai dari memiliki reputasi yang cemerlang hingga membuat faksi bangsawan mendukung Anisa.  Seorang anak tak sah tidak mungkin dapat menduduki posisi calon ratu tanpa bermain politik atau memiliki kekayaan yang tak terbatas. Victor mengerti maksud Mawar. Perempuan di depannya mengisyaratkan bahwa ia adalah strategis di balik kenaikan posisi Anisa. Meski Victor tidak langsung percaya, kenyataan bahwa Mawar mengangkat topik ini ... Berarti Mawar tahu informasi mengenai permainan politik itu.  Bila Mawar benar memiliki kemampuan sebagai strategis, Victor dapat menggunakannya. Dan bila tidak, pengetahuan Mawar dapat berguna untuk menekan Kerajaan Elysseria dan faksi Marquis Ferinde. Marquis Ferinde diam-diam adalah tangan kanan Putra Mahkota Kerajaan Ellyseria.  "Kalau kau sehebat itu ... Kenapa Anisa Fullmeir dan Putra Mahkota membuangmu?" Aneh bila strategis dengan kemampuan seperti Mawar dilepas kepada Kekaisaran Montserra begitu saja. "Apa mereka mengirimmu untuk menjadi mata-mata?" tanya Victor, "Bila demikian, kau sangat bodoh membongkar kemampuanmu." Mawar menelengkan kepalanya. "Setuju." Victor menopang dagu di kedua tangannya. Tatapannya tetap membakar Mawar. Namun gadis di balik topeng itu tidak meringsut sedikitpun.  Melihat Mawar menyetujui pernyataan Victor, berarti perempuan bertopeng itu ingin memberitahunya bahwa Mawar tidak dikirim sebagai mata-mata. "Mereka membuangku ...." jelas Mawar "... karena selama ini hanya mendiang Marquis Fullmeir yang mengetahui kemampuanku." "Kakak tiriku tidak begitu pintar. Dan Rama –maksudku, Putra Mahkota Kerajaan Ellyseria berpikir semua skema berasal dari mendiang Marquis Fullmeir." Victor menyipitkan matanya. Mawar tidak menyebut mendiang Marquis Fullmeir sebagai 'Ayah.' Menunjukkan hubungan mereka tidak dekat.  "Dengan kata lain... kau adalah alat Marquis Fullmeir." Lanjut Victor, "Kalau begitu kenapa tidak kau beritahu Anisa dan Rama mengenai kemampuanmu?" Mawar mendengus. Meski di balik topeng, suaranya terdengar jelas di ruang kantor itu. Butuh sesaat sampai akhirnya Mawar dapat menjawab.  "Kau benar, Duke," kata Mawar. "Aku tadinya adalah alat Marquis Fullmeir. Setelah aku bebas darinya, untuk apa aku merangkak ke kandang yang sama lagi?" Victor mengangkat alisnya kembali. Dari perkataan Mawar, berarti mendiang Marquis Fullmeir memiliki suatu hal yang dapat mengekang Mawar. Sesuatu yang membuat Mawar harus membantunya.  Rendre Fullmeir tadinya adalah salah satu dari dua marquis di Kerajaan Ellyseria. Ia menjadi marquis karena menikahi ibu Mawar, Cantika Fullmeir. Selama Rendre menjabat sebagai marquis, Victor mendengar bahwa Rendre sering bermain di belakang. Mendiang marquis itu mampu membuat berbagai bangsawan Kerajaan Ellyseria terjerat oleh permainan kotornya. Kini seorang perempuan di depannya mengaku bahwa selama ini semua skema itu adalah campur tangannya. "Lagipula, Rendre yang membuangku terlebih dahulu. Dia melemparkan tuduhan percobaan pembunuhan anaknya padaku," kata Mawar. Sekitar sebulan yang lalu, Rendre Fullmeir dibunuh oleh Pierre Cornohen ketika pengadilan yang menuduh Mawar Fullmeir bersalah berlangsung. Mawar Fullmeir memiliki tuduhan untuk percobaan pembunuhan terhadap Anisa Fullmeir. Mawar menghadiahkan daun teh yang sudah dicampur dengan racun Delicacio kepada Anisa Fullmeir.  Namun di pengadilan, Pierre Cornohen datang dan mengaku bahwa dialah yang memasukkan racun pada teh Anisa Fullmeir. Dan tiba-tiba ... Pierre membunuh Rendre Fullmeir saat itu juga. Karena itu Pierre dihukum mati di hari yang sama. "Aku dapat membantumu, Duke," kata Mawar kembali. "Dengan melakukan hal yang sama yang kau lakukan untuk Anisa dan Rendre?"  Mawar tidak terburu-buru untuk menjawab. Ia melangkah mendekati meja Victor. Mata Victor tak pernah terlepas darinya. Mawar tersenyum mengetahui hal itu. Ia sekarang mendapati perhatian Duke. "Bukan," jawab Mawar, "Dengan menjatuhkan faksi bangsawan yang berencana menjatuhkanmu. Faksi Marquis Ferinde." Victor tersenyum tipis. Ia tak menduga Mawar akan berkata demikian. Tapi ia menyukai perkembangan ini. "Kau butuh aku untuk menjatuhkan faksi tersebut." Lanjut Mawar, "Aku butuh dirimu untuk perlindunganku." "Jadi, aku menawarkan pernikahan kontrak." Pria tua di samping Victor lagi-lagi terkekeh. Ia menutup mulutnya untuk mencegah tawanya terdengar tetapi guncangan pundaknya membuatnya sangat terlihat. Sementara pria satunya memasang wajah tidak suka. Mereka hening cukup lama. Kedua pihak hanya saling menatap satu sama lain. Mencoba untuk membaca satu sama lain.  Akhirnya Victor mengambil secarik kertas kosong dan mulai menulis.  "Hanya perlindungan?" tanya pria itu dengan santai. Kedua pria di sampingnya hendak memerotes tetapi Victor melemparkan tatapan tajam kepada mereka berdua.  "Perlindungan, kebutuhan dasar untuk hidup." Mawar berpikir sementara. "Dan jaminan kau tidak akan pernah melukaiku seperti memukul, menjambak, dan sebagainya." Victor terdiam sementara. Alisnya mengerut ketika akhirnya ia menuliskan permintaan Mawar.  "Kau tidak ingin uang?" tanya Victor, "Posisi? Kekuasaan?" Mawar mengulum sebuah senyuman meski wajahnya ditutup oleh topeng. "Semua hal itu dapat dengan mudah didapatkan dan diambil. Aku tidak butuh hal seperti itu." Victor mendelikkan bahunya terhadap jawaban Mawar. Tentu ia tidak menduga Mawar akan berkata demikian. Tetapi sekarang ia sudah tahu Mawar akan terus mengejutkannya.  "Sebagai gantinya, kau akan membantuku menjatuhkan faksi menyebalkan itu," kata Victor. "Selama kau menjadi istriku, kau memiliki posisi 'Duchess'. Sanggupkah kau mengurus masalah internal kediaman Maraina?" –Huh? Kau mau memberikanku wewenang untuk menjadi 'Duchess'?  Ketika Mawar tidak menjawab, Victor memutar penanya. "Aku tidak memberikan posisi pada orang yang tidak akan melaksanakan kewajibannya. Menjadi istriku adalah posisi tersendiri. Sekalipun kau menawarkan jasa lain, kewajiban utamamu tetap adalah peganganmu." Mawar memutar matanya berpikir. Ia tidak pernah diberikan wewenang apapun untuk mengurus kediaman Fullmeir sebelumnya. Urusan finansial, staff, dan pemeliharaan tanah dipegang oleh Rendre sepenuhnya. Rendre juga tidak pernah memberikan uang saku pada Mawar. Sebaliknya Anisa selalu dimanjakannya dengan uang keluarga Mawar. Tapi Mawar pandai dalam satu hal. Membaca orang dan situasi.  Lagipula ia sudah melihat kepala pelayan kediaman Maraina. Pria tua bernama Adrian yang memiliki aura pekerja keras. Mawar yakin ia tidak akan punya masalah mengurus kediaman Maraina bila ia dapat merajuk kepala pelayan itu untuk membantunya. Jadi Mawar mengangguk.  Mulut Victor membentuk senyuman mendengar itu. Tangannya kembali menulis. "Juga perceraian setelah satu tahun," kata Mawar tiba-tiba.  Kini Victor menatap Mawar kembali. Pria itu tak kunjung menuliskan kalimat Mawar terakhir.  Keheningan semakin memanjang di antara mereka. "Bagaimana bila begini?" tanya Victor, "Setelah satu tahun bekerja sama kita akan saling evaluasi. Dan bila saat itu salah satu pihak menginginkan perceraian, maka itu akan dilakukan." Mawar mengangguk. Ia merasa itu cukup adil. Ia menyetujui cepat karena kalimat Victor memberikan suatu konfirmasi kepada Mawar. Victor membutuhkan seorang seperti Mawar. Seorang yang bisa menavigasi lingkaran sosial. Seorang strategis. Victor membutuhkan kemampuan Mawar kendati rumor-rumor yang dimiliki Mawar.  Setelah selesai menuliskan semuanya pada kertas, Victor menandatanganinya. Lalu ia memutar kertas itu dan memberikan pena pada Mawar untuk menandatangani kertas yang sama. Mawar menerima dan membubuhkan tanda tangannya.  Kemudian Mawar merentangkan tangannya kepada Victor. "Kenapa tidak?" gumam pria itu pada dirinya sendiri sebelum menyambut jabatan tangan Mawar. Tanda mereka telah menerima satu sama lain sebagai partner untuk sebuah tujuan. Dengan demikian, kontrak pernikahan mereka telah rampung. "Dengan kekuasaan yang diberikan padaku, kunyatakan kalian adalah suami dan istri," kata pria tua di sampingnya dengan nada jenaka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD