"Halo, Assalamu'alaikum Dek." "I-Iya Bang, Wa'alaikumsalam. Kenapa Bang? Mas Zaid kenapa?" ujar Diba buru-buru. Matanya baru saja terpejam, namun sudah ada deringan ponsel yang berbunyi. Jantung Diba berdegup kencang. Pikirannya sudah kemana-mana. Dia belum sepenuhnya sadar dari tidurnya. "Bang, kenapa? Mas Zaid baik-baik aja kan?" lanjut Diba lagi. Matanya sudah memerah menahan tangis. "Bang! Kok nangis? Bang!!! " Diba mendesak sang Abang kandung untuk segera memberitahu apa yang terjadi. Semuanya sangat terlihat jelas, Diba seperti tidak akan mengerti apa yang terjadi. "Za-Zaid udah duluan dek... " Bom, seperti bom atom yang menyerang relung hatinya yang paling dalam. Air mata Diba sudah mengalir. Perkaraan itu seperti momok sendiri untuk Diba. Sekuat apapun dia,