Part 3 - Artifisial

1102 Words
3. Artifisial “Bagaimana ini?’ Selena mulai panik karena Justin sama sekali tidak menerima kehadirannya. Lelaki itu langsung mengusirnya bahkan sebelum ia menjelaskan maksud kedatangannya untuk merawat lelaki itu. “Kau masih di situ?” Justin menyadari kehadirannya di kamar itu. Karena setelah Justin mengusirnya, Selena hanya berpura-pura pergi dan menutup pintu. Selama beberapa saat ia masih tetap di sana. Berdiam diri. Bingung sekaligus tak tahu harus melakukan apa? Selama beberapa saat Selena hanya berdiri dalam keheningan. Secara diam-diam, ia memantau aktivitas lelaki yang terbaring lemah di atas ranjang, tak berdaya. Selena perlu mencari tahu siapa lelaki yang akan menjadi tunangan palsunya. Sedikit sekali informasi yang diberikan Alana tentang lelaki ini. “Ng … “ “PERGI! … Bukankah sudah kukatakan supaya kau pergi!” bentak Justin dengan suara menggelegar seperti saat ia mengusir perawat sebelumnya. “Tapi, Justin. Dengarkan dulu penjelasanku.” Selena sendiri bahkan tak yakin apa yang harus ia jelaskan pada lelaki ini. Alana tidak menjelaskan detail kalau Justin akan menolak kehadirannya. “Apa yang harus kau jelaskan, hah? Apa kau akan berkilah kalau kau dijebak oleh sepupuku dan menginap di hotel bersamanya?” “Hah?” Selena ternganga dengan mulut terbuka lebar. Bosnya Alana sama sekali tidak menceritakan detail sepenting ini padanya. Sekarang bagaimana caranya ia meyakinkan lelaki ini agar mempercayainya? Selena tak mengira pekerjaan ini akan serumit ini. Penipuan … ia sudah terjebak dalam peran ini dan tak bisa kembali. Sekarang ia hanya bisa menyelamatkan dirinya dengan meyakinkan pria temperamental yang duduk di ranjang rumah sakit dengan wajah tertutup perban dan kaki yang dipasangi gips . “Bisa kau tenangkan dulu emosimu, Justin?” “Apa kau sekarang hamil anaknya?” Dari nada suaranya yang getir, Selena mendapati ada sedikit luka dan kecewa tersirat dari ucapannya. “Tidak! Aku bahkan berani bersumpah Daniel tidak menyentuhku seujung jari pun!” Tentu saja Selena berani bersumpah karena ia bahkan tidak mengenal siapa itu Daniel. Mendengar keyakinan dari nada suara Selena, emosi Justin sedikit mereda. “Terus apa yang kau lakukan di sana bersamanya saat itu?” Selena mendesah sambil mencari ide supaya penyamarannya tidak terbongkar. Ia memacu otaknya untuk bekerja keras mencari alasan logis supaya Justin percaya. “Daniel sakit dan aku terpaksa membawanya ke hotel. Tapi karena tidak ada yang menjaganya aku terpaksa menemaninya malam itu.” “Apa kau yakin?” Justin terdengar tak mempercayainya. Selena tersenyum getir, menertawai dirinya sendiri. Bodohnya ia terjebak dalam penyamaran ini. “Sangat yakin sekali. Kau tahu bagaimana perasaanku padamu selama ini, Justin? Kau teramat berharga untukku.” Justin tersentak mendengar Alana menyebutnya berharga, padahal selama ini wanita itu terus mengacuhkan dirinya. Meski ia berhasil bertunangan dengannya, tapi tetap saja sikap Alana tidak menunjukkan bahwa hubungan mereka seromantis itu. ‘Apa sekarang perempuan itu berubah pikiran?’ Justin membatin. Tidak ada seorang pun yang berani menentang dirinya kecuali Alana yang sudah mengenalnya dengan sangat baik. Pertunangan mereka juga terjadi karena hubungan keluarga mereka yang sangat dekat. Baik Justin dan Alana, keduanya tidak punya alasan menolak pertunangan itu. Demi kesepakatan bisnis. “Sejak kapan kau menjadi selembut ini, Alana?” desis Justin sambil menggertakkan gigi. ‘Oops, apakah ia baru saja melakukan kesalahan?’ desis Selena membatin. Bukankah seharusnya ia harus memperlakukan tunangannya dengan sangat lembut? Tapi kenapa Justin malah menaruh curiga padanya. Mungkinkah? “Terus kau mau aku melakukan apa lagi Justin? Supaya kau percaya.” Justin menarik tangannya yang entah bagaimana caranya ia tahu dimana posisi Selena berdiri saat ini. Kemudian tanpa permisi lelaki itu memagut bibirnya dengan kasar, Selena terkejut mendapati sikap Justin yang frontal menciumnya hingga bibirnya membengkak akibat ciuman kasar namun menimbulkan percikan aneh dalam dirinya. Selena belum pernah berciuman sebelumnya. Ia gadis lugu yang selalu menjaga jarak dengan lelaki. Bahkan berhubungan dengan pria lain tidak pernah ada dalam pikirannya. Ia terlalu sibuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan ibunya yang di bawah garis kemiskinan. Jantung Selena berdetak kencang tak terkendali. Ada letupan api yang membuat darahnya berdesir oleh hasrat. ‘Apa ini?’ Selena merasa asing dengan perasaan ini. Ia menggelengkan kepala. Mengumpulkan kewajaran diri. ‘Tidak boleh!’ Ia memaki dirinya sendiri yang terlena oleh godaan liar bibir lelaki kasar ini. Apapun yang terjadi Ia harus tetap fokus pada tugasnya menjadi kekasih bayangan sesuai rencananya semula. Respon Selena yang kaku mengukir tanya besar di benak Justin. Lelaki itu langsung melepaskan ciumannya yang basah. Ia dengan kasar mendorong Selena menjauh darinya hingga perempuan malang itu nyaris tersungkur jatuh ke lantai. “Siapa kau?” tuntut Justin, merasa asing dengan perempuan yang mengaku tunangannya. “A-aku Alana. Masa kau tidak mengenaliku?” Selena berusaha keras meyakinkan Justin. Meski begitu Justin mencurigai sesuatu. Alana sangat lihai berciuman, tapi perempuan ini. Ia seperti sedang mencium bocah ingusan yang bahkan tidak tahu caranya berciuman. “PERGI!” Suara Justin yang menggelegar membuat Selena bergetar ketakutan. Perempuan itu pun berlari pergi sambil meneteskan airmata, persis seperti yang terjadi pada perawat sebelumnya. *** Justin menekan ponsel pribadinya yang dalam satu tombol darurat langsung terhubung dengan nomor pribadi Rayner, asisten pribadinya. Dalam satu nada sambung, lelaki di ujung panggilan segera menjawab sebelum bosnya murka terlebih kondisinya yang kritis akhir-akhir ini membuat hidupnya terasa seperti di neraka. “Ke rumah sakit, SEKARANG!” bentak Justin langsung membuang ponsel mewah miliknya hingga benda yang terbuat dari titanium itu hancur berantakan. Suasana kamar tampak berantakan seperti ada maling yang mencari barang berharga di tiap sudut kamar. Dari lengan Justin, tetesan darah mengalir mengotori sprei linen rumah sakit. Rayner terkesiap melihat keadaan kamar yang sangat berantakan. Sejenak ia meragu, namun akhirnya keberaniannya muncul. Butuh mental seorang pejuang untuk menghadapi sikap bosnya yang temperamental itu. Namun Rayner yang mantan mafia terpaksa mengikuti jejak lelaki ini. Bukan soal bayaran. Tapi Justin telah mengubah seluruh sudut pandangnya tentang kehidupan. Mendengar suara derap langkah Rayner, Justin menoleh ke arah asal suara tersebut. “Cari tahu tentang tunanganku sekarang!” Seperti biasa, Justin akan langsung memerintahnya tanpa basa-basi. “Alana?” “Iya, gadis itu! Cari tahu segala hal tentang dirinya.” “Ta-tapi, bukankah Anda sudah mengangkat menjadi komisaris utama Navy Corps sekarang? Pernikahan Anda pun akan segera dilangsungkan. Setelah Anda keluar dari rumah sakit.” Justin tak lagi terkejut mendengar berita pernikahan yang memang sudah diatur sedemikian rupa oleh kedua orang tuanya. Entah apa yang mereka pikirkan saat menjodohkannya dengan gadis manja dan penuh tipu daya itu. Alana bukan gadis yang mudah ia tebak. Ia memang belum begitu mengenal tunangannya. Baru sekali ia bertemu, wajahnya cantik tapi tidak dengan sikapnya yang arogan dan manja. “A-apa yang harus aku cari tahu, Tuan?” “Apa saja tentang dirinya, beritahu aku.” Suara Justin terdengar dingin membekukan. “B-baik,” jawab Rayner tergeragap. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD