When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lia menatap Radit dari arah sofa panjang itu. Suaminya telihat sangat sibuk sekali. laptopnya menyala, mejanya penuh dengan berkas dan gagang telepon di ruangan kerjanya juga menempel di telinganya cukup lama. Satu tarikan napas panjang dengan memejamkan kedua matanya cukup membuat hati Lia yang gundah gulana sedikit tenang. Setidaknya Lia tahu bahwa Radit, suaminya itu sibuk bukan mencari kesibukan dan mengabaikan dirinya. Perlahan Lia mendekati meja dan mulai menikmati makanan yang memang di beli Radit untuk Lia. Benar kata Radit, Lia tidak boleh egois. Di perutnya kini tumbuh tiga janin yang harus i rawat dengan baik hingga persalinannya nanti. Dari kejauhan, Radit menatap Lia yang mulai bisa menerima keadaannya sendiri. Radit hanya ingin Lia bisa sedikit mandiri untuk hal -hal kecil.