When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rachel sudah berbaring di brankar rumah sakit dengan lengan kanan yang sudah tertancap jarum yang siap menyedot darahnya di tampung dalah labuh besar. Ini bukan pertama kalinya Rachel mendonorkan darahnya, hampir beberapa bulan sekali, Rachel mendonorkan darahnya di PMI sesuai anjuran Bundanay yang sebagai Bidan untuk regenerasi sel -sel darahnya. Lagi pula mendonorkan darah untuk orang yang sedang membutuhkan itu pahalanya luar biasa besar. Kalau masalah iming -iming hadiah yang akan di berikan Rdait untuk pendonor, sebenarnya itu bukan alasan yang paling utama untuk Rachel. Lia berjalan dan duduk di samping Rachel. Lia hanya melihat selang itu sudah mengucurkan darah Rachel di kantung darah yang mulai terisi. "Maaf ya, sudah merepotkan kamu, Hel," ucap Lia lirih dengan tatapan sendu.