When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tatapan Rey yang tajam tak akan pernah di lupakan oleh Martin Lubis, sahabat lamanya itu. Pukulan telak yang pernah ia rasakan saat itu juga masih terasa sakitnya di bagian rahang Martin Lubis. darah yang keluar dari sudut bibirnya juga membuat martin Lubis hanya bisa menatap Rey yang terlihat garang dan marah besar saat itu. Ya, itu masa lalu, kejadian yang sudah lama sekali. "Tentu aku ingat smeua itu Rey. Aku tidak ingin mengulang untuk kedua kalinya. Tapi memuji istrimu masih boleh kan?" goda Martin untuk mencairkan suasana yang sedikit tegang. Rey menyipitkan kedua matanya sambil menggigit bibir bawahnya dan menunjukkan kepalan tangannya yang ia pukulkan pada telapak tangan yang lain. "Awas!!" Rey masih menatap tajam ke arah Martin lalu tertawa. Kedua sahabat itu pun kembali berp