When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sifa langsung menunduk dan berjalan pelan untuk mengambil map yang berisi berkas miliknya dengan cepat. Sifa meninggalkan map di meja kerja Radit. "Bisa gak sih, masuk ke ruangan orang itu ketuk pintu, permisi atau nyapa atau gimana? Gak mesti slonong boy begitu!!" teriak Radit terlihat murka. Lia yang berada di depan Radit pun ikut merasakan aura kemarahan Radit yang tak biasa. Lia terbiasa dengan sikap Radit yang lembut, ramah, murah senyum, tak pernah membentak. Namun kali ini ia benar -benar melihat sisi lain dari Radit. Wajahnya memerah dengan senyum yang hampir tak terlihat. Tatapan kedua matanya terlihat sangat galak dan tajam. Pita suaranya pun naik delapan oktaf membuat Sifa tak berani menatap Radit. "Kamu tuli dan bisu!! Tak bisa melihat aku disini!! Tak bisa dengar ucapanku!!