When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Wajah Clara mulai memucat dengan tangan memegang perutnya yang semakin sakit dan mulai keram. Clara memang tidak boleh stres di kehamilan ini. Selain faktor usia Clara yang semakin tua, kondisi tubuh Clara yang selalu lemah jika sedang mengandung dan jarak kehamilan yang cukup jauh juga menjadi pemicu kondisi Clara saat ini. Rey semakin cemas melihat Clara yang terlihat kesakitan. "Sayang ... Kita ke klinik dulu ya? Papah gak mau sesuatu terjadi dengan anak kembar kita," ucap Rey yang kini bersiap menggendong Clara. Clara menangkis stangan Rey yang ingin menyentuhnya. "Clara gak apa -apa. Mau istirahat saja. Mending Papah sekarang keluar!! Clara lagi gak ingin lihat wajah Papah," ucap Clara ketus. Itulah Clara, tersakiti namun masih bisa mengontrol emosinya. Biasanya Clara akan mudah