When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lio begitu senang melihat Lia semakin terpojok dan menertawakan saudara kembarnya dengan tawa yang begitu lepas seprti puas karena menderita. Lia mematikan kompor gas lalu keluar dari dapur. Dalam hatinya mengumpat kesal dan memang ia tidak berbakat memasak seperti Mamanya. Lio duduk di sofa ruang tengah sambil bernyanyi keras dan mengambil toples yang di pangku di atas pahanya lalu menikmati cemilan stik balado. "Resek lo jadi Kakak. Gue doain kagak punya jodoh!! Kalau punya jodoh juga yang gak bisa apa- apa!!" ucap Lia terus mengumpat saat melewati Lio. Lio hanya menatap Lia seklias dan terkekeh sendiri. "Emang gue mending sendiri. Punya cewe malah merepotkan," ucap Lio dengan tatapan kecewa. Tapi sayang Lia tak melihat tatapan duka Lio dan merasa bodo amat lalu masuk ke dalam kama