When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Radit langsung menghampiri Lia dan memeluk istri kecilnya itu lalu berbisik, "Masuk ke kamar sekarang. Kamu butuh istirahat." Radit membawa Lia masuk ke dalam rumah menuju kamar tidur dan membantu Lia yang masih bengong dengan ucapannya tadi. Ia spontan bicara seperti itu bukan untuk membuka sebuah rahasia besar, tapi hanya ingin menhajarkan kedua putranya agar bisa menghargai orang lain yang tidak seberuntung mereka. "Tidurlah sayang," titah Radit pada istrinya. "Kak ... Tolong Ziel dulu. Lia gak bermaksud bilang begitu," ucap Lia terbata dan begitu cemas dengan menatl Ziel yang masih terlalu kecil. "Iya. Kamu istirahat. Biar Ziel nanti jadi urusan Kakak," ucap Radit lembut sambil mengecup ening Lia. Radit tidak mau menyalahkan istrinya juga. Namanya perempuan kalau sudah lelah tubuh