When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Apa?" ucap Lia setelah mencium punggung tangan Radit. "Kamu bohongi Kakak?" tanya Radit ragu tanpa menuduh sama sekali. "Kalau iya, kenapa? Kak Radit marah?" tanya Lia sambil menyipitkan kedua matanya. Radit hanya menghembuskan napasnya denagn lega. Ternyata tidak ada yang perlu di khawatirkan. Semua memang baik -baik saja sesuai ucapan dokter yang memeriksa Lia. Radit duduk di tepi ranjang dan menatap gadisnya dengan tatapan teduh. Baru saja, Radit berpacu dalam adrenalin kalau panik melihat Lia yang tergolek lemah di lantai, dan ternyata itu sebuah hanya sebuah akal -akalan Lia yang merasa cemburu. "Jadi Kakak sengaja di kejai? Memang sekarang april mop?" tanya Radit masih menggenggam tangan Lia. "Lia gak ngerjai Kakak. Tadi kan Lia sudah bilang, kalau Lia sakit hati," cicit Lia s