3

1110 Words
"Arghh ...." Clara berteriak dengan sangat keras. Saat ia melihat tubuhnya polos dan ia tidur dalam satu ranjang bersama laki -laki yang tak di kenalnya. Clara menarik selimut tebal yang ada di dekatnya dan menutupi seluruh tubuhnya sambil kedua matanya mengedar mencari pakaiannya yang terlihat berceceran di lantai. Kedua mata Reynand pun mulai membuka perlahan dan menatap ke arah Clara, gadis cantik yang saat ini berada bersamanya. "Kamu siapa?" teriak Reynand yng juga terkejut melihat Clara sudah menangis histeris. "Seharusnya, aku yang tanya!! Kenapa aku bisa ada di sini!!" teriak Clara yang tak mau di salahkan. Reynand mengambil bantal untuk menutupi organ intimnya yang mulai menegak kembali. Pemandangan indah yang ada di smapingnya membuat gelora hasratnya timbul lagi. Tapi, kali ini geloranya muncul dengan wajar bukan seperti yang di rasakan tadi malam. Reynand berdiri dan mengambil handuk di lemari yang ada di sana. "Aku sedang bertanya!! Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?" teriak Clara keras. "Karena aku juga tidak tahu, kenapa ada di tempat ini bersamamu!! Aku lupa dan aku tidak mengingat apapun!!" teriak Reynand tak kalah keras berteriak hingga membuat Clara terdiam dan kesal. "Argghhh ...." teriak Clara lagi dengan keras. Ia pun bangkit berdiri untuk ke kamar mandi karena seluruh badannya lengket dan mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai. Namun, baru juga ia berusaha berdiri, pahanya begitu sakit dan keram. "Aduhhh ... Sakit ...." teriak Clara spontan sambil memegangi selimutnya dan bagian pahanya. Reynand yang sudah memungutu pakaiannya pun meletakkan kembali pakaiannya di meja. "Kamu kenapa? Sakit?" tanya Reynand lembut. Clara meringis dan mengangguk kecil. Lalu duduk kembali di pinggiran ranjang. Reynand pun berjongkok di depan Clara. Ia meminta maaf atas kesalahan satu malam ini yang tak di sengajanya. Perlahan Reynand ingat kejadian tadi malam walaupun samar -samar. Belum lagi Reynand melihat bercak darah di sprei putih itu. Ia pastikan Clara adalah gadis baik -baik. Reynand menarik tangan Clara dan mengulang kembali permintaan maafnya yang tak kunjung di maafkan oleh Clara. "Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah tadi malam kita benar melakukan itu?" tanya Clara lirih. Ia mulai tersadar, kalau pahanya sakit dan bagian intimnya sedikit perih. Reynand menatap Clara dan melirik kembali ke bagian menyembul tubuh Clara yang tertutupi selimut. 'Arghhh kenapa harus melihat yang indah lagi sih. Adikkku tak bisa di kondisikan,' batin Reynand di dalam hati. Sebagai lelaki jantan, Reynand berani mengambil resiko tinggi dan berani menerima kalau suatu saat Clara memang hamil karena perbuatannya in. "Aku akan tanggung jawab. Kalau benar, kau hamil atas kejadian ini," ucap Reynand pelan meyakinkan Clara. Clara hanya menatap ke arah dua mata Reynand yang terlihat sangat jujur. Ia sama seklai tak kenal lelaki ini dan tak tahu asal usulnya sama sekali. "Kau yakin tidak akan lari dari tanggung jawabmu?" tanya Clara memastikan. Dimana -mana perempuan adalah sosok yang lemah dan mudah di berikan janji. "Apakah wajahku terlhat seperti penipu?" tanya Reynand kemudian. "Wajah tak bisa menjadi tolak ukur, dia orang baik atau tidak. Karena, banyak maling juga berpakaian rapi seperti direktur," jawab Clara pelan. "Tapi ... Aku beneran orang baik. Aku hanya di jebak saja oleh beberapa temanku yang mengira aku tak bisa move dari mantan kekasihku," ucap Reynand pelan. "Lalu? Kenapa harus di lampiaskan kepadaku?" tanya Clara tak terima. "Maafkan aku .... Ekhemm ... Siapa namamu?" tanya Rey lembut. "Clara, mahasiswi semester akhir," ucap Clara pelan. "Namaku Rey. Reynand Dasilva. Dosen Ekonomi,' ucapnya pelan meperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya kepada Clara. Deg ... Dada Clara bergemuruh keras. Lelaki yang ada di depannya adalah seorang dosen. Apa jangan -jangan ini beneran karma Clara yang langsung terbalaskan karena mengumpat dosen Felix, yang sudah tua bangka itu. "Gak mau kenalan? Bisa jadi setelah ini kita ijab kabul, lho," ucap Reynand pelan. Kedua mata Clara melotot dan tajam menatap Reynand yang terlihat serius menatap Clara. "Hah? Ijab kabul? Gak akan Pak. Haduh, kejadian ini saja sudah bis amerusak masa depan saya, lalu gimana kalau ijab kabul itu terjadi, mungkin saya bisa mati berdiri karena punya suami yang beku kayak es, serius dan gak bisa di ajak bercanda," ucap Clara jujur. Ucapannya lolos begitu saja bagai mobil yang berjalan tanpa rem. "Kamu itu sepertinya benci sekali sama dosen. Saya gak begitu," ucap Rey membela diri. "Apapun itu. Pokoknya gak akan mungkin terjadi dan jangan sampai terjadi," ucap Clara tegas. "Lalu? Kalau kamu hamil? Saya gak boleh bertanggung jawab? Kamu siap, mengandung tanpa suami dan ayah untuk anakmu?" ucap Rey pelan. Posisinya masih berjongkok di depan Clara dan menatap gadis cantik itu yang berapi -api mengumpati rasa kecewanya. "Arghhh ... Kita bahas nanti, kalau memang aku hamil. Aku harus pulang ke kos, sekarang juga," ucap Clara dengan cepat. "Aku antar kamu pulang, Clara. Biar aku tahu siapa kamu. Aku benar -bnear ingin bertanggung jawab atas kejadian ini," ucap Rey tulus. "Awas!! Aku harus pergi," ucap Clara ketus. Clara langsung berdiri dan memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan memakai pakaiannya. Reynand pun bergegas memakai pakaiannya tanpa mandi agar bisa mengantar Clara secepatnya. "Sudah selesai?" tanya Reynand yang duduk di tepi ranjang, sengaja menunggu Clara selesai mandi. Clara hanya mengangguk pelan. Reynand pun berdiri dan memberikan jas hitamnya untuk di pakai oleh Clara. Tubuh Clara begitu seksi seklai, pakaiannya sangat transparan. "Mulai sekarang, jaga tubuhmu untuk aku. Aku tak ingin berbagi dengan siapa pun," ucap Rey tegas. Rey memakaikan jasnya ke tubuh Clara dan kini mereka berdiri saling berhadapan. "Apa maksudmu? Tidak ingin berbagi? Kita bukan siapa -siapa," ucap Clara berusaha memastikan apa yang sebenarny aterjadi di antara keduanya. Clara menganggap kejadian ini suatu bencana buruk baginya. Tapi, tidak sedikit pun Clara ingin meminta pertanggung jawaban pada Rey. Belum tentu ia hamil juga seyelah ini. Kedua tangan Rey memegang pinggang Clara. Satu tangannya naik dan memegang dagu Clara dan mengusap lembut wajah cantik Clara. Clara jauh lebih cantik dan menarik dari mantan kekasihnya. Mungkin dengan membuka hati baru, ia bisa melupakan kenangan yang pernah ia toreskan bersama mantan kekasihnya itu. Wajah Rey mendekat dan mencium bibir ranum Clara denganlembut sekali. Rey nampak hati -hati dan sangat berpengalaman dalam hal ini. Mungkin karena ia sudah dewasa dan tentu umurnya jauh di atas Clara. Clara diam dan menrut saja. Bibir Rey lama -lama menjadi candu baginya. Sebenarnya ini perasaan apa? Kenapa tak ada penolaan sama sekali? "Mulai saat ini, kamu milikku, dan aku milikkmu, seutuhnya," ucap Rey pelan setengah berbisik. Kedua mata Clara mengerjap dengan indahnya. Ucapan Rey bagai bisikan maut. Apa ini cara orang dewasa mengajak pacaran? Kenapa secepat itu? Kenapa bahasannya berbeda seperti Budi mengungkapkan cintanya dulu kepada dirinya. 'Clara maukah kamu jadi pacarku?' Atau Si Reno, 'Clara loe mau gak jadi cewek gue?' Masa iya? Aku harus menjilat air ludahku sendiri yang sudah ku jatuhkan untuk tidak berhubungan denganseorang dosen?.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD