1

1074 Words
Clara membanting pintu kostnya dengan sangat keras dan mengunci dari dalam. Tasnya di lempar begitu saja di atas tempat tidur begitu juga tas map file yang berisi berkas -berkas skripsinya yang penuh dnegan coretan Pak Felix, Dosen pembimbing tua yang begitu killer. Sudah satu semester ini, Clara berada di bawah bimbingna Pak Felix dan maih saja pengajuan bab satu yang tak kunjung lolos verifikasi. Pengajuan judul saja waktu itu membutuhkan waktu tiga bulan, dan kini bab satu pun belum kelar. "Di kira mau jadi mahasiswi abadi?" teriak Clara keras sambil mengambil air minum dai dalam kulkas. Glek ... Air putih dingin itu terasa sejuk di kerongkongannya yang panas dan kering sejak tadi menahan emosi saat bimbingan. Tok ... Tok ... Tok ... "Siapa?" jawab Clara dari dalam kamarnya. "Gue, Nita," jawab Nita pelan. Nita adalah teman satu kampusnya dengan prodi berbeda sekaligus tean satu kostnya. ceklek ... "Masuk Nit ...." titaha Clara pelan sambil merebahkan tubuhnya di kasur yang kurang empuk itu. Cukuplah utuk ukuan kamar kost. Nita pun masuk dan duduk di kursi meja belajar Clara. "Nanti malam ada party. Loe ikut ya? Ada banyak orang di sana teman gue sama teman Mas Arga," ucap Nita pelan sambil memberikan undangan berbentuk kartu pos kepada Clara. "Acara apa sih?" tanya Clara pelan. "Anniversary gue sama Mas Arga," jawab Nita pelan. Clara membaca undangan itu dan memutar kedua bola matanya dnegan malas. Ia sebenarnya paling anti masuk ke sebuah kafe atau klub, apalagi sampai mabuk -mbukkan. Tapi, ajakan kali ini, mungkin akan di iyakan oleh Clara yang sedang penat mengurusi skripsinya yang tak kunjung selesai. Nita menatap Clara yang ogah -ogahan pun tahu. Ia pasti tidak mau hadir ke tempat itu. "Loe ikut gue aja. Masa sih, loe gak hargai dosen loe sendiri," cicit Nita pelan. Ya, Arga adalah salah satu dosen muda incaran mahasiswinya. Arga memiliki wajah sempurna yang begitu ganteng dan gagah. "Iya. Gue dateng," jawab Clara pelan sambil meletakkan undangan itu di atas tasnya yang berserakan isinya di tempat tidur. Nita pun tersenyum dan berdiri mencubit pipi Clara dengan gemas. Tapi, Clara nampak biasa saja, tidak marah, tidak mmebalas candaan itu seperti biasanya. "Loe kenapa, Clara? Muka loe bete banget?" tanya Nita pelan sambil kembali duduk di kursi. "Arghh ... Loe tahu kan, bab satu gue kagak lolos -lolos. Gue sumpahin sakit tuh dosen," uca Clara kesal. "Eitts ... Jnagan nyumpahin dosen loe. Ntar suami loe dosen lagi," jawab Nita tertawa keras. "Gak bakal. Gue gak mau juga jadi istri dosen, pasti killer gitu. Dunianya hanya tentang materi dan keseriusan, gak ada candaan apalagi healing. Bisa mati berdiri jadi istri dosen," ucap Clara ketus sekenanya. "Mas Arga gak begitu. Dia baik, dan gak seserius seperti di kampus," ucap Nita membela. Memang benar Arga, dsennya tidak seperti itu. Beberapa kali, Clara juga makan bersama bahkan pergi bersama dnegan Nita dan sellau ada Arga di sana. Tapi, semua aman terkendali. Clara menarik napas dalam. Sepertinya ucapanya salah kali ini. Ia berucap di depan calon istri dosen, makanya Nita tidak terima. "Iya. Kecuali Pak Arga. Pak Arg sih beda," ucap Clara pelan membuat Nita yakin. "Nah ... Gitu dong. Gue doain, ntar loe ketemu jodoh loe di sana. Dan ketemu dosen juga, biar loe dapet karma udah nyumpahin dosen pembimbing loe sendiri," ucap Nita tertawa keras. "Asem ...." teriak Clara mengumpat. "Ya sudah gue ke kamar dulu. Nanti jam lima loe haus udh siap. Jangan lupa dandan yang cantik," ucap Nita mengingatkan. "Iya," jawab Clara pelan. Nta pun pergi dari kamarnya dan pintu kamar itu kembali di tutup dan di kunci. Clara kembali merebahkan tubuhnya di kasur dan mulai memainkan ponselnya untuk melihat beberapa pesanyang masuk ke dalam ponselnya. Satu pesan dari Mamanya yang meminta Clara meneleponnya setelah tidak sibuk. Clara pun mengabaikannya, kepalanya terasa sangat penat dan pusing. Saat ponselnya di letakkan di atas tas malah berbunyi dnegan deringan yang sangat keras. Clara meatap layar ponselnya kembali. Sang Mama meneleponnya. "Iya Ma," jawab Clara pelan. "Kamu dimana, Nak?" tanya Mama Clara lembut. "Baru saja sampai kost," jawab Clara pelan. "Ekhemm ... Sebentar lagi liburan akhir tahun. Kamu bisa pulang, Nak?" tanya Mama Clara pelan. Kedua mata Clara menatap kalender yang ada di atas meja belajarnya. Benar sekali satu bulan lagi liburan akhir tahu. Mahasiswi emester akhir seperti Clara tidak mungkin mengambil semester pendek untuk memperbaiki nilai. Dari pada di kost sendirian tanpa ada seseorang yang spesial lebih baik Clara pulang. Eittts ... tapi tunggu dulu, kalau pulang tentu, Papah dan Mamahnya akan banyak bertanya tentang kuliahnya yang belum ia selesaikan sampai sekarng. "Lihat nanti ya, Ma. Karena Clara mau ngejar skripsi Clara. Dosennya minta tetap bimbingan di waktu libur agar bisa lulus dengan cepat," ucap Clara memberi alasan dengan tepat. "Cobalah dulu. Kalau memang bis apulang, tolong pulang," titah Mama Clara dnegan nada sangat berharap. "Memangnya ada apa? Mamah mau ada acara?" tanya Clara penasaran. Tidak biasanya Sang Mama akan sedikit memaksa seperti ini. "Iya. Acara arisan kelurga besar. Biar kamu bisa kenal baik dnegan saudara jauh kita, Clara," jawab Mamah Clara pelan menjelaskan. "Lihat nanti ya, Ma. Clara usahakan pulang. Memangnya acaranya tanggal berapa?" tanya Clar pelan. "Tepat di akhir tahun, Clara. Malam pergantian tahun," jawab Sang Mamah pelan memberi tahu. "Masih satu bulan lagi, Ma. Nanti biar Clara jadwal ulang lagi untuk bimbingan skripsinya," ucap Clara pelan. "Iya Nak. Ya sudah, kamu istirahat dulu. Pasti lelah baru pulang dari kampus," ucap sang Mama pelan. "Iya Mah. Clara mau istirahat dulu," jawab Clara pelan dan menutup ponselnya lebih awal. Clara merasa ada yang aneh dengan sikap Mamahnya hari ini. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan. - Pukul Lima Sore - Clara tengah bersiap untuk menghadiri acara anniversary Nita dan Arga. Kali ini memakai rok rempel yang sangat pendek dengan atasan tank top yang hanya di tutupi dengan kemeja tipis tembus pandang tanp di kancing. Rambutnya yang panjang di biarkan terurai di bahunya dengan riasan sedikit tebal. Bibirnya di poles dengan lipstik berwarna merah cabe hingga terlihat sangat sexy sekali. "Sudah siap belum?" teri Clara dari arah luar kamar Clara sambil mengetuk pintu kamar itu pelan. "Sudah," jawab Clara pelan. Ia langsung menarik tas slempang kecil yang hanya cukup di isi dnegan ponsel dan dompet kecil saja. Clara pun keluar kamar dan mengunci pintu kamarnya. "Ayok. Sudah siap," jawab Clara yang terlihat sangat cantik sekali. "Waow ... Cantik banget. Ini sih bakal dapet ikan beneran," ucap Nita tertawa menggoda. "Gak mikir. Pengen heppi biar gak mikirin si Felix tua bangka itu," ucap Clara geram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD