SELAMAT MEMBACA
***
Pagi ini seperti biasa Nawang hanya akan sarapan bersama ayahnya. Tidak ada anggota keluarga lain yang tinggal disana. Hanya Nawang dan Ayahnya. Jadi mereka selalu sarapan hanya berdua setiap paginya.
"Kalau makan itu sendok yang menghampiri mulut, bukan mulut yang menghampiri sendok." Mendengar teguran dari ayahnya, Nawang langsung menegakkan badannya, dia makan dengan posisi tegak tidak mau menerima omelan ayahnya pagi-pagi.
Kalau kalian ingin tau kehidupan di barak- barak pelatihan militer, kalian bisa lihat cara hidup Nawang, maka kalian akan tau cara hidup di barak-barak militer itu. Dari bangun tidur, sampai tidur lagi, dari cara makan, cara jalan, cara berbicara sampai cara bersikap semua di kiblat kan pada aturan militer. Tidak salah jika kehidupan Aneh Nawang, membuat teman-temanmu menjuluki dia Nona Militer. Bahkan teman-teman Nawang tidak ada yang berani main kerumahnya, bahkan laki-laki yang mendekatinya pun ketika mendengar cerita tentang ayah Nawang yang begitu mengerikan kepada setiap laki-laki yang mendekati putrinya mereka semua memilik mundur dan menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Namun sekarang, Nawang memiliki pacar. Tanpa Ayahnya ketahui, Nawang sudah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki dalam dua minggu belakangan ini memang hubungan mereka masih tergolong baru dan masih dalam tahap pengenalan.
Dia adalah Rafa teman dari kakaknya Leni sahabatnya. Awalnya Nawang selalu mengabaikan Rafa yang terus berusaha mendekatinya, namun karena rasa penasarannya akan rasanya memiliki pacar, Nawang menerima Rafa saat laki-laki itu mengutarakan perasaannya. Sampai saat ini hubungan mereka masih berjalan biasa saja, karena sejak awal Nawang menerima Rafa hanya karena rasa penasaran.
"Ayah dengar beberapa hari ini ada yang mengantar kamu pulang," ucap Reno tiba-tiba.
Deg...
Nawang terkejut mendengar ucapan Reno, ayahnya. Dia bingung harus menjawab apa.
"Teman Nawang Ayah," jawab Nawang pelan.
"Laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki," jawab Nawang dengan lirihnya. Dia bisa saja mengatakan perempuan, tapi itu akan percuma. Karena cepat atau lambat ayahnya akan tau kalau dia berbohong, pasti ayahnya akan marah nanti dan akan ada hukuman yang menyertai kemarahan sang ayah.
"Suruh datang kesini, bilang jangan jadi pengecut. Kalau mengantar pulang itu sampai dirumah, jangan ditengah jalan."
"Iya," Nawang hanya menunduk. Tidak ada kesempatan dia membantah. Lebih baik di iyakan saja, dari pada panjang masalahnya.
Nawang tidak marah dan tidak benci hidup terkekang oleh Ayahnya, dia tau apa yang ayahnya lakukan adalah semata-mata untuk kebaikannya dan karena ayahnya itu sangat menyayanginya.
***
Sementara di tempat lain…
"Aku menang, mana taruhannya. Mobil merah itu kan," Seorang pemuda mengulurkan tangnnya kedepan pemuda lain yang ada di hadapannya. Dia tersenyum penuh kemenangkan sambil menatap temannya yang sedikit kesal. Dia adalah Rafa, Rafa Collin. Laki-laki dengan sejuta pesona, bahkan tidak ada perempuan satupun yang bisa menolak pesona seorang Rafa Collin. Selain gaungnya sebagai seorang pengusaha muda yang sukses, dari keluarga yang kaya raya dia juga memiliki wajah yang begitu sempurna untuk ukuran seorang laki-laki. Hari ini Rafa dan temannya Anjas, bertemu disebuah café untuk membahas kesepakatan mereka satu bulan yang lalu.
"Sialan kalah,” pemuda bernama Anjas yang duduk dihadapan Rafa itu menggerutu sambil memukul meja dengan kesal. Dia menyesal telah menantang temannya itu untuk taruhan kalau akhirnya dia yang kalah. Jika tau akan kalah dia benar-benar tidak akan mengajukan taruhan itu.
"Jangan remehkan pesona seorang Rafa. Sukurin kalah, kan kusudah bilang tidak akan ada perempuan yang bisa menolak pesona seorang Rafa Collin," Ucap Rafa dengan sombongnya.
"Masih tidak bisa di percaya, kalau akhirnya nona militer itu akhirnya luluh. Bagaimana ayahnya?" Tanya Anjas dengan penasaran.
Nona militer yang mereka bicarakan adalah Nawang, lebih tepatnya adalah sahabat adiknya Anjas yaitu Leni. Mereka sering bertemu secara tidak sengaja, kabar tentang kehidupan Nawang dan sikap tidak bersahabat ayahnya kepada setiap teman laki-laki Nawang membuat Anjas mengajukan sebuah taruhan kepada Rafa. Untuk membuktikan kehebatan Rafa yang selalu dia sombong-sombongkan Rafa harus bisa menjadikan Nawang pacarnya. Dan entah dengan cara apa, Rafa berhasil memacari Nawang selama dua minggu ini secara tidak langsung Rafa memenangkan taruhannya.
"Belum pernah ketemu sama ayahnya. Cupu dia gaya pacaranya. Aku belum pernah kerumahnya. Orang dianya kalau di antar minta turun di pinggir jalan, takut sama ayahnya." Jawab Rafa dengan acuh.
"Terus habis ini, kamu mau ngapain?" tanya Anjas dengan penasarannya.
"Putusin dia," jawab Rafa singkat.
"Keterlaluan,” ucap Anjas secara spontan.
"Kan taruhannya selesai, jadi hubunganku sama dia juga selesai." Ucap Rafa lagi seolah apa yang dia katakan hanya sebuah lelucon.
"Yakin tidak ada perasaan sama dia, sedikitpun? Dia kan cantik." Tanya Anjar dengan ragunyapada Rafa.
"Iya dia cantik, tapi terlalu polos. Bukan seleraku."
"Awas kena karma nanti."
"Apa itu karma, jangan percaya mitos."
Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada dua orang gadis yang tengah duduk dibalik tembok yang ada di belakang mereka. Kedua gadis itu adalah Nawang dan Leni. Sejak tadi mereka mendengar obrolan kedua pemuda itu dan Nawang merasa begitu marah karena dia merasa di permainkan. Bukannya dia menyukai Rafa dan tidak terima di putuskan oleh pria itu, namun Nawang merasa harga dirinya direndahkan karena menjadi bahan taruhan kakak sahabatnya dan pacarnya sendiri. Mungkin beberapa menit yang lalu Rafa masih berstatus sebagai pacarnya, namun sekarang Rafa adalah manusia yang begitu Nawang benci.
"Rafa sialan," Nawang menggenggam erat sendok yang di pegang sekarang hingga buku-buku jarinya memutih. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mendatangi pria itu dan menghabisinya di tempat. Dia masih waras dan tidak mau menjadi tontonan banyak orang.
"Aku akan datangi mereka, mereka sudah keterlaluan." Leni sudah berdiri ingin menghampiri meja dimana kakak dan temannya itu duduk. Namun Nawang lebih dulu menahan tangannya.
"Jangan Len, biar aku yang urus." Ucap Nawang dengan pelan dan penuh penekanan.
"Tapi Wang, mereka itu keterlaluan."
"Tidak masalah Len, aku juga tidak terlalu suka sama si Rafa itu. Aku bisa kasih mereka pelajaran. Tidak sekarang, tapi nanti." Ucap Nawang lagi dengan yakinnya.
Nawang tidak sedih dan tidak juga sakit hati. Dia hanya merasa kesal karena di permainkan oleh Rafa dan Anjas. Dia kesal karena merasa dirinya direndahkan oleh mereka. Dia memang pacaran dengan Rafa dua minggu belakangan ini, namun hubungan mereka belum sampai tahap dimana Nawang akan menangis meratap saat tau dirinya hanya bahan taruhan.
Itu tidak akan terjadi
Tunggu Rafa, aku akan balas kamu nanti, batin Nawang.
Nawang memang akan membalas perlakuan Rafa pada dirinya. Namun tidak dengan cara bar- bar yang akan mempermalukan dirinya sendiri. Dia tidak akan mengamuk kepada Rafa dan membuatnya menjadi tontonan gratis pengunjung cafe yang saat ini tengah ramai itu. Dia akan membalas Rafa dengan cara yang halus dan membuat laki-laki itu menyesal karena sudah mempermainkannya.
***