Bab 16: Siasat

1012 Words
*** Randy tidak tinggal diam. Dia benar-benar meluapkan segala amarah yang ia rasakan dengan membuat Harold cemburu pada Khadija. Randy menciptakan suasana seolah-olah Khadija dan Azzam sedang menjalin kasih. Seakan-akan mereka merupakan pasangan yang terhalang restu. Randy mengadakan acara makan malam keluarga. Dia mengundang Azzam seorang. Randy menyusun situasi di mana Khadija dan Azzam duduk berdampingan. Saat semua orang sibuk menyantap makanan, Randy malah mengambil ponsel dan beberapa kali menjepret Khadija dan Azzam yang sedang mengobrol. Ada beberapa gambar provokatif yang Randy hasilkan. Semua gambar-gambar itu pun lalu dikirim di nomor Harold. Randy mengatakan bahwa hubungan rahasia Azzam dan Khadija akan mematahkan hati Harold. Randy memberitahukan kalau Azzam dan Khadija memiliki hubungan khusus. . Randy: Khadija dan Azzam sudah mendapatkan restu dari kami. . Harold baru selesai melaksanakan sebuah meeting malam yang diadakan manajemen tempatnya bernaung. Belakangan ini ada begitu banyak permasalahan yang timbul. Oleh sebab itu, sebuah meeting dari seluruh staf sangat penting untuk dilakukan. Meeting itu bertujuan untuk mempertahankan nama baik Harold. Seperti biasa, Harold tidak membalas pesan dari Randy tersebut. Dia memilih untuk tidak merespon. Harold tidak mau terhasut. Dia selalu ingat bahwa dirinya dan Randy sedang berkonflik. Tentu Randy akan melakukan segala cara hanya Harold marah pada Khadija dan berujung pada sebuah perceraian. Tidak! Harold tidak akan membiarkan seorang pun berhasil memisahkan dirinya dan Khadija. Menikah adalah keputusan bersama. Keputusan yang diambil secara serius. Setelah menikah, mereka sudah menanamkan sebuah komitmen agar hubungan mereka tetap langgeng. Agar hubungan mereka awet dan tetap mesra. Harold memandangi foto Azzam dan Khadija. Jika disaksikan secara seksama. Dua orang itu sekilas memang seperti pasangan. Di dunia di alam kenyataan pun, Harold beberapa kali memergoki Azzam memandang penuh cinta ke arah Khadija. Entahlah, Harold hanya percaya Khadija tidak mungkin mengkhianatinya. Mereka sudah melewati suka dan duka sejak lama. Seharusnya ini bukan masalah besar. Hanya saja... Harold tetaplah manusia biasa. Rasa cemburu tidak selalu bisa ia atasi. Sekuat tenaga Harold meyakinkan dirinya kalau Randy hanya ingin memanas-manasinya saja. Akan tetapi di sisi lain, ia tak bisa menepis bahwa perasaan cintanya pada Khadija amatlah besar. Rasa cemburu adalah bunga dari kuatnya cinta itu. "Tidak boleh! Ini hanya tipu muslihat Randy," bisik Harold pada dirinya sendiri. Pria itu menaruh telepon genggamnya di meja yang tidak jauh di hadapannya. Harold mengalihkan pikirannya pada pekerjaan. Ada beberapa tekanan pekerjaan yang ia rasakan. Harold ditekankan untuk menjaga imej dirinya. Ada satu brand yang batal kontrak hari ini. Cuma satu, tetapi itu sangat berpengaruh pada perkembangan perusahaan manajemen. Pembatalan itu membuktikan bahwa kehidupan pribadi Harold memengaruhi branding dirinya selaku penyanyi profesional. Perusahaan memberikan solusi dengan cara Harold diminta lebih banyak memosting kegiatan bersama istri dan anak-anaknya di media sosial, misalnya saat mereka berada di rumah. Itu dinilai akan memancing simpati para penggemar. Tadinya Harold menolak ide itu. Dia tidak mau melakukannya. Namun, lagi dan lagi ia hanyalah penyanyi yang sudah dikontrak penuh perusahaan. Harold terikat kontrak yang mana salah satu isi perjanjiannya, Harold harus menuruti apa saja yang diperintahkan pihak perusahaan. Dalam hal ini sesuatu yang membuat nama baik Harold tetap membaik. "Sedang memikirkan apa? Permasalahan dengan Randy?" tebak Raffi yang datang membawakan kopi s**u kepada Harold. Sekarang sudah jam 10:00 malam. Harold tidak boleh mengantuk karena malam ini ia akan pulang ke rumah. Harold tidak sabar bertemu istrinya. Paling tidak jika mereka melewati hari-hari mereka bersama maka segala permasalahan akan mudah mereka atasi. Harold meyakini kalau Khadija mampu membuat dirinya jauh lebih bersemangat dari hari ke hari. "Ya." Suasana tenang dalam sesaat. Harold tidak lagi bicara karena masih memikirkan beberapa hal dalam hidupnya. "Maafkan aku, Rold. Ini semua karena aku. Kau dan keluarga Khadija malah semakin berkonflik," ungkap Raffi. Raffi sadar diri bahwa beberapa keputusan yang ia ambil kurang tepat. Salah satunya dengan membocorkan kejadian sebenarnya yang terjadi di keluarga Harold. Utamanya perseteruan Randy dan Harold. Pria itu hanya ingin orang-orang berhenti melontarkan kebencian kepada Harold. Sayangnya, keputusan yang ia ambil malah membuat pihak keluarga Harold dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kini orang-orang lebih tertarik menghujat Randy kendati pun Harold sudah mengeluarkan statement agar penggemar dan orang lainnya berhenti menyebarkan ujaran kebencian. Kata-kata buruk itu belum berhenti. Namun, sudah berkurang. Keluarga Khadija hanya perlu melakukan istirahat tanpa harus membuka sosial media, dan mengetahui apa yang sebetulnya terjadi. "Tak apa. Ini sudah takdirku." Harold mengambil kopi yang sempat dibawakan oleh Raffi. Harold menyesapnya dan merasakan adanya sensasi nikmat yang ada di dalam kopi s**u itu. "Tunggu sebentar. Khadija menelepon. Aku akan mengangkat panggilannya." Harold menampakkan wajah girang. Ya, setiap kali Khadija menyempatkan waktu untuk menghubunginya, Harold pasti sangat bahagia. Kejadian semacam itu, belakangan ini jarang terjadi. Tidak se-intens biasanya. "Ya. Silakan." Khadija tidak melakukan panggilan suara melainkan sebuah panggilan video. Harold bisa menyaksikan malam ini Khadija memakai sebuah piyama bermotif hello Kitty berwarna merah jambu. Pakaian itu mirip seratus persen dengan pakaian yang dikirim oleh Randy beberapa menit lalu. "Jangan cemburu, Rold! Khadija adalah wanita setia!" Harold meyakinkan dirinya sendiri bahwa Khadija adalah wanita setia. Dia tidak semestinya memikirkan mengenai foto yang dikirim oleh Randy. "Assalamu alaikum," sapa Khadija di seberang telepon. Harold menyempatkan minum kopi sebelum menjawab salam dari istrinya. Agar Khadija tidak curiga kepadanya, Harold menyunggingkan sebuah senyuman, seperti yang selalu ia lakukan di hadapan sang istri. "Ada apa, Sayang? Kenapa wajahmu tampak tegang malam ini?" Harold sudah tersenyum. Namun, Khadija tampak biasa saja. Harold merasa ada yang salah dengan istrinya. Mimik muka istrinya membuat Harold takut. Sedikit ngeri melihat ekspresi itu. "Ya. Malam ini aku dan anak-anak akan menginap di rumah mama," jawab Khadija muram. Keluarga Khadija masih dalam suasana perayaan pernikahan Randy dan Silvia. Tentu saja, Khadija tidak akan meninggalkan rumah ibunya malam ini. Apalagi melihat sang ibu sempat muram. Adanya Khadija di sana akan menghibur sang ibunda. "Boleh, kan?" tanya Khadija meminta izin. "Ya, tentu saja boleh. Aku akan selalu mendukung keputusanmu. Ini yang terbaik," ujar Harold agar istrinya tidak lagi menampakkan ekspresi muram. Benar saja. Ekspresi Khadija beringsut menampilkan keceriaan. Setelah itu, Khadija memanggil kedua putranya agar berbicara dengan Harold. Malam ini mereka habiskan dengan membicarakan banyak hal dalam kehidupan mereka belakangan ini. Terutama tentang hari-hari Zul dan Zander di sekolah. . Instagram: Sastrabisu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD