CHAPTER 1. TERBANGUN DI DUNIA LAIN

2556 Words
Kedua pupil mata Helena langsung membulat sempurna tatkala melihat bahwa n****+ sampah yang ia tulis itu mendapatkan peringkat pertama selama dua minggu berturut – turut, tanpa pernah bergeser sedikitpun ke angka dua. White Lotus Judul n****+ ciptaannya itu telah menjadi perbincangan para pembaca di dalam situs n****+ tersebut. Mereka berkata bahwa ‘White Lotus’ merupakan satu – satunya n****+ terbaik bagi mereka. Bahkan nama Helcia Krysanthe, sang pemeran utama wanita yang tidak berguna telah mendapatkan jutaan hati dari para pembaca. Siapa yang menyangka, bila karakter wanita menyusahkan seperti itu malah sangat digemari oleh pembaca. ‘Helcia benar – benar sangat baik hati. Dia tidak pernah sekalipun marah, meski ada pelayan yang bersikap kurang ajar kepadanya. Karakter Helcia membuatku jatuh hati!’ ‘Aku ingin menjadi Helcia! Dia sangat beruntung sampai mendapatkan kekasih seperti Pangeran Istvan.’ ‘Pangeran Istvan sama sekali tidak pernah ragu untuk menyelamatkan Helcia. Mereka memang pasangan terbaik!’ Omong kosong. Mengapa mereka bisa begitu tertarik dengan sebuah karya yang dianggap sampah oleh penulisnya. Dibanding dengan rasa senang, Helena lebih merasa kecewa akibat karya murahannya malah melambung tinggi sampai ke peringkat pertama. Sedangkan, karya yang telah ia tulis dengan mengerahkan otak serta jiwa malah terbengkalai selayaknya makam tua. Brak! Helena memukulkan kedua tangannya ke atas meja, ia menatap ribuan komentar di layar komputer dengan pandangan penuh kemarahan. “Kenapa kalian memperlakukanku seperti ini?” Lirih Helena. “Aku menulis selama lima tahun. Menguras otak untuk menemukan ide yang menarik. Tapi kalian malah membanggakan sebuah karya yang bahkan tidak perlu kupikirkan semalaman!” Teriak Helena dihadapan layar komputer. Wanita itu berdiri dari kursi, kemudian memutari kamar tidurnya beberapa kali. Kali ini, amarah yang terkumpul di dalam hatinya telah memuncak, Meledak bagaikan sebuah gunung api. “Apa yang kalian lihat dari Helcia? Wanita tidak berguna itu hanya bisa menghabiskan waktu dengan menangis ataupun masuk kedalam perangkap para penjahat.” Beberapa komentar mulai bermunculan kembali. Mungkin, komentar didalam n****+ White Lotus tidak pernah berhenti walau hanya sedetik saja. ‘Satu – satunya karakter yang aku benci hanyalah Orestes.’ ‘Jangan membicarakan dia. Mengingat namanya saja sudah membuatku marah. Bisa – bisanya dia selalu menyulitkan Istvan.’ ‘Manusia dingin dan tidak berperasaan seperti Orestes pasti hanyalah orang egois yang mengincar harta serta kekuasaan takhta kerajaan.’ ‘Sampah! Orestes memang sampah! Dia pantas dibunuh dengan keji oleh Pangeran Istvan!’ Seruan komentar yang menghina pemeran antagonis bahkan membuat Helena merasa lebih marah. Pasalnya, menurut Helena, Orestes merupakan satu – satunya karakter yang memiliki intelektual tinggi. Dia tidak pernah bersikap bodoh hanya karena cinta, dan melakukan banyak hal cerdas untuk mendapatkan reputasi keluarga yang tinggi. Walau pada akhirnya, Orestes harus berakhir tragis di tangan Istvan. Akibat Orestes ingin menggulingkan takhta milik pangeran mahkota serta keluarga kerajaan. Ia merasa bila keluarga kerajaan Hesperos tidak terlalu becus dalam menjalankan pemerintahan. Sehingga, Orestes ingin membunuh seluruh anggota keluarga dalam waktu semalam. Namun, Orestes Obelix harus berakhir dengan kepala yang terpenggal di akhir n****+. Karakter dengan ambisi dan kecerdasan tinggi seperti itu, tentu saja merupakan karakter yang paling Helena gemari. Oleh karena itu, Helena merasa begitu marah saat ada yang menghina Orestes dengan begitu keji. “Siapa yang sampah! Kalian yang sampah! Tokoh utama kesukaan kalian yang sampah!” Helena berteriak berulang kali di depan layar komputernya. Sepertinya, n****+ yang ia buat itu telah memunculkan kegilaan di dalam diri Helena. Ia bahkan tidak pernah separah ini dalam menghina sebuah karya, terutama apabila karya itu adalah buatannya. “Lebih baik aku mati dibanding harus menulis karya sampah seperti ini!!!” Deg! Helena bisa merasakan jantungnya seolah tengah dicengkram dengan kuat, meninggalkan nyeri yang tidak tertahankan. Tangannya berusaha menggapai sebuah obat sakit jantung yang terletak di atas mejanya. Akan tetapi, ia tanpa sengaja malah membuat barang di atas meja menjadi berantakan, saat kaki Helena tidak mampu menopang bobot tubuh. Obat sakit jantung terlempar begitu jauh, membuat Helena bahkan tidak bisa menggapainya. Ia lantas meraih ponsel dari saku untuk menghubungi siapapun yang bisa menolongnya. Tapi, ponsel itu mati akibat kehabisan energi. Membuat Helena hanya bisa mematung ketakutan. Ah, sepertinya Tuhan menuruti permintaanku. Tubuh Helena lantas terjatuh ke atas permukaan lantai yang dingin. Kegelapan mulai menarik kesadarannya, dan setelah itu, Helena tidak bisa merasakan apapun. •• “Bagaimana ini, suhu tubuh Nona Helcia semakin tinggi.” “Tabib sudah memberikan berbagai macam obat. Namun, Nona Helcia tidak kunjung sadarkan diri sampai satu minggu.” “Apa Pangeran Mahkota akan menghukum kita? Bila sampai Nona Helcia tidak kunjung bangun.” “Jangan berkata sembarangan! Nona Helcia pasti akan sadar.” Pangeran Mahkota? Nona Helcia? Kepala Helena terasa begitu sakit, seolah ada ribuan jarum yang tengah menusuk kepalanya berulang kali. Dan kini, ia malah mendengar suara dua orang yang berdebat. Sehingga membuat kepalanya bertambah nyeri. Mengapa semua orang di sekitarnya membicarakan pangeran mahkota ataupun Helcia? Bukankah itu adalah nama karakter tokoh dari n****+ sampah yang ia tulis. Apa mungkin, novelnya sudah terlalu terkenal hingga bahkan Helena harus mendengar nama tokoh – tokoh itu meski di dunia nyata. “Berisik sekali.” Gumam Helena. Kedua kelopak mata Helena terbuka, samar – samar ia bisa melihat langit ruangan yang nampak berkilauan. Cahaya dari lampu gantung diatas kepalanya lantas membuat Helena merasa bingung. Ruang tidurnya tidak mungkin terlihat semewah ini. Lampu gantung yang terbuat dari kristal tersebut tentunya memiliki harga yang tidak wajar, dan Helena tidak akan membuang uangnya hanya demi membeli sesuatu yang tak berguna. Sontak, Helena langsung mendudukan dirinya di atas tempat tidur, untuk melihat sekelilingnya dengan lebih jelas. Gerakannya yang terlampau mendadak itu membuat dua wanita yang ada di sekitarnya tercekat, “Nona Helcia, akhirnya anda bangun.” Lagi dan lagi mereka menyebutkan nama Helcia, Membuat kepala Helena semakin pening. Setelah beberapa kali menggelengkan kepala untuk menghilangkan rasa pusing, Helena akhirnya bisa melihat segalanya dengan jelas. Kedua pupil matanya membulat tatkala melihat ruang tidur yang ia tempati begitu mewah. Sebagian besar ornamen serta furnitur menggunakan warna emas, bahkan ada beberapa pajangan yang berkilauan seperti giok. “Aku dimana?” Bisik Helena lebih kepada dirinya sendiri. Seorang wanita yang memakai pakaian pelayan menatap Helena dengan heran, “Nona Helcia, ini adalah kamar anda.” “Hah?” Helena lantas menatap dua orang pelayan yang berdiri dihadapannya. Keduanya menatap Helena dengan bingung. Berfikir bila Nona mereka telah mengalami hilang ingatan akibat terlalu lama tidak sadarkan diri. Rasa sakit kembali menderu kepala Helena, membuat wanita itu memukulkan rongga kepalanya pelan. Citra demi citra kehidupan mulai berdatangan masuk kedalam relung otaknya. Di dalam pikirannya, Helena bisa melihat setiap memori dari seorang wanita bermanik ruby dan bersurai pirang. Wanita itu nampak sangat rupawan, seolah dirinya adalah seorang malaikat yang diturunkan ke dunia manusia. Sosok wanita itu kerap tersenyum ramah, dan memancarkan cahaya yang menyilaukan. Walaupun dia memiliki wajah serupawan itu, dirinya tidaklah lebih dari seorang wanita yang hanya bisa terbaring di tempat tidur akibat memiliki tubuh yang lemah. Wanita itupun juga tidak pernah mendapatkan pendidikan apapun seumur hidupnya, mungkin akibat tubuhnya lemah, otak wanita itupun juga tidak mampu berfikir terlalu banyak. Wanita itu adalah, Helcia Krysanthe. “Helcia, apa kamu baik – baik saja?” Suara wanita yang terdengar panik menyadarkan Helena dari pemikirannya sendiri. Ia lantas menoleh ke arah seorang wanita setengah baya yang berpakaian layaknya bangsawan. Di setiap rajutan gaunnya, terdapat berbagai permata beraneka warna yang membuat wanita itu terlihat mencolok mata. Mungkinkah Helena tertarik ke dalam dunia novelnya sendiri? Helena setidaknya sudah terlampau sering membaca n****+ yang bertemakan transmigrasi ke dalam dunia lain. Tapi, dia tidak menyangka bila khayalan seperti itu bisa menjadi sebuah kenyataan. Dan terlebih, dia malah masuk kedalam n****+ sampah yang sangat ia benci ini! Dia sudah memilih mati daripada harus menulis n****+ sampah. Tapi, mengapa dirinya malah menjadi bagian dari n****+ tersebut. Apakah tuhan memang sudah membencinya sedemikian rupa hingga membuat Helena tidak bisa menikmati hidupnya dengan tenang? Dan mengapa dia masuk kedalam tubuh Helcia Krysanthe!? Karena sudah terbiasa membaca n****+ transmigrasi, Helena tidak akan bertindak bodoh dihadapan orang lain yang akan membuatnya berada didalam masalah. Sebab itulah, dibanding merasa panik atau histeris. Helena lebih memilih untuk menyesuaikan diri dengan berpura – pura dilanda bingung. “Ibu?” Bisik Helcia seraya memegangi kepalanya. Beruntung ingatan asli dari Helcia Krysanthe masih terpatri di dalam kepalanya. Jika tidak, Helcia pasti akan merasa kesulitan untuk mengenali rupa dari berbagai macam tokoh didalam n****+ sampah ini. Demetria berlari kecil menuju putri bungsunya itu, seraya menitikan air mata, “Helcia, Ibu sangat takut kamu tidak akan sadarkan diri lagi.” Demetria lantas memeluk Helcia dengan erat, seolah begitu takut kehilangan putrinya itu, “Ibu tidak tahu harus mengatakan apa kepada Pangeran Mahkota bila sampai kamu tidak bangun lagi.” Helcia tertawa didalam hati. Dibanding mengkhawatirkan putrinya, Demetria terdengar lebih takut akan kehilangan kekuasaan bila sampai Helcia tidak jadi menikah dengan Pangeran Mahkota. Hanya para pembaca bodohnya saja yang tidak bisa melihat sifat tamak dari keluarga Krysanthe. “Aku baik – baik saja, hanya sedikit pusing.” “Pelayan, panggilkan tabib kemari!” Perintah Demetria yang membuat salah seorang pelayannya langsung berlari keluar dari ruangan untuk memanggil tabib. “Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?” Tanya Helcia. “Kamu tidak sadarkan diri selama satu minggu. Ini semua pasti karena pelayan ini tidak bisa merawatmu dengan becus!” Manik mata Demetria nampak membara, menatap salah seorang wajah pelayan yang kini hanya hisa menundukan kepala. “Haruskah aku memenggal kepalamu dan temanmu hari ini?” Ancam Demetria, membuat pelayan tersebut langsung bertekuk lutut di atas lantai seraya berlinangan air mata. “Nyonya Demetria, kami sungguh sudah melakukan yang terbaik demi kesembuhan Nona Helcia.” Plak! Tangan kanan Demetria menampar pipi bagian kanan seorang pelayan yang dengan berani menjawab pertanyaannya itu. Pemandangan seperti ini, sesungguhnya sudah sangat biasa di dalam keluarga Krysanthe. Baik Marquess atau Marchioness dari manos itu tidak akan segan melenyapkan nyawa bawahannya yang menentang perintah mereka ataupun karena tidak becus menjalankan perintah. Selama ini, Helcia tidak lebih menjadi sebuah patung pajangan yang hanya bisa menonton semua perlakuan buruk keluarga Krysanthe kepada para pelayan dan prajuritnya. Helcia tidak pernah berani menyerukan pendapat, karena dia beranggapan bahwa tingkah laku keluarganya adalah yang terbaik. Namun, jiwa yang menghinggapi tubuh Helcia kini tidaklah sama seperti Helcia yang dulu. Mulai detik ini, dia bukanlah lagi sebuah patung pajangan yang tidak bisa melakukan apapun. Helcia menahan lengan Demetria yang hendak memukul pelayan lainnya, “Ibu, aku sudah bangun. Tidak perlu memperpanjang masalah.” Demetria merasa terkejut dengan tingkah laku Helcia yang tidak wajar, “Helcia, mengapa kamu berani menghentikan ibu?” Tanpa merasa panik sedikitpun, Helcia tersenyum cerah seperti biasanya, “Aku tidak melawan ibu. Namun, aku baru saja bangun dari tidur panjang. Apabila ibu memenggal kepala orang lain hari ini, aku takut bila kesehatanku kembali memburuk akibat merasa kaget.” Pernyataan dari Helcia memang ada benarnya. Wanita itu seringkali merasa terguncang bila dihadapkan dengan tragedi penuh darah. Mungkin, ada baiknya jika Demetria mengundur hukuman para pelayan tidak becus ini. “Ibu, para pelayan ini telah memperlakukanku dengan baik selama aku tidak sadarkan diri.” “Bagaimana kamu tahu?” “Apa ibu tidak lihat? Aku bangun dengan tubuh yang sangat bersih dan pakaian berbau harum. Pertanda bila mereka telah memperlakukanku dengan sangat baik, begitu sayang bila sampai Ibu masih berniat menghukum para pekerja yang menjalankan pekerjaan sebaik ini.” Helaan nafas terdengar dari Demetria. Mencari pelayan yang mempunyai kinerja bagus memang terkadang begitu sulit. Mungkin, dia memang tidak harus membuang tenaga untuk menghukum mereka. “Baiklah, Ibu tidak akan menghukum mereka.” Helcia menepukan kedua tangannya dengan lembut, kemudian tersenyum riang, “Ibu memang yang terbaik.” Memuakan. Seumur hidupnya, Helcia tidak pernah bertingkah laku selayaknya wanita yang begitu riang seperti ini. Namun, demi tidak membuat orang lain curiga di hari pertamanya masuk kedalam dunia asing, mau tidak mau Helcia harus bersandiwara menjadi wanita lemah lembut yang bodoh. Beberapa saat kemudian, seorang tabib tua datang seraya membawa beberapa kotak kayu berisi obat – obatan. Dia merupakan Tuan Lazar, seorang tabib milik keluarga Krysanthe yang di khususkan untuk merawat penyakit Helcia sejak ia kecil. “Nona Helcia, saya senang anda sudah bangun hari ini.” Tabib itu tersenyum ramah, kemudian berlutut disamping tempat tidur untuk memeriksa denyut nadi Helcia. Ketika Tuan Lazar memeriksa denyut nadi Helcia, wajahnya hanya mengangguk seraya tersenyum kecil, “Sepertinya tidak ada yang perlu di khawatirkan. Nona Helcia hanya merasa kelelahan hingga tidak sadarkan diri selama ini.” “Bagaimana mungkin dia kelelahan sampai satu minggu seperti itu?” Tanya Demetria tidak percaya. “Nyonya, seperti yang anda ketahui. Tubuh Nona Helcia terlampau rapuh, dia juga sangat jarang berjalan di luar ruangan, sehingga bisa dengan mudah kelelahan.” Tuan Lazar lantas membuka salah satu kotak kayu, kemudian mengeluarkan sebuah kantung berisikan pil kepada Helcia, “Ini adalah obat untuk meningkatkan imun tubuh. Anda hanya harus mengkonsumsinya sehari sekali.” “Terima kasih, Tuan Lazar.” Demetria mengelus pucuk kepala putrinya itu beberapa kali, “Helcia, Ibu harus pergi dengan ayahmu ke Kerajaan Utara selama empat hari. Apa kamu baik – baik saja bila ibu tinggalkan?” Helcia mengangguk, “Tenang saja, Ibu. Aku sudah sangat sehat sekarang. Aku hanya perlu beristirahat lagi hari ini, untuk memulihkan energi.” “Kalau begitu, Ibu juga akan memerintahkan para koki memasakan berbagai makanan bergizi untukmu. Untuk sementara, kamu tidak perlu keluar kamar, tetaplah berada disini sampai Ibu kembali.” “Mhm. Helcia mengerti.” “Gadis pintar.” Demetria kemudian keluar dari kamar Helcia bersama Tuan Lazar. Tepat setelah Demetria menutup pintu. Empat orang pelayannya langsung bersujud dihadapan Helcia. “Nona Helcia, terima kasih karena telah menyelamatkan kami.” Ujar salah seorang pelayan seraya menangis. Dia mendapatkan bisikan dari rekannya bahwa Helcia telah menyelamatkan nyawa mereka, ketika ia tengah memanggil tabib. Ketika Demetria sudah pergi, maka tidak lagi penting bagi Helcia untuk mempertahankan wajah ramahnya. “Aku tidak menyelamatkan kalian tanpa alasan. Jadilah pengikut setiaku dan jangan pernah berkhianat.” Ucap Helcia. Helcia bukanlah semata orang yang berbudi luhur. Dia menyelamatkan kedua pelayan ini dari kematian, karena Helcia tentu membutuhkan orang dalam untuk melakukan beberapa pekerjaan untuknya. Karena di dalam sebuah tempat tinggal yang dipenuhi kebohongan ini, Helcia harus melakukan segala macam cara agar tidak terjebak dan membawa masalah. Mereka berdua merupakan pelayan yang seharusnya mati terpenggal sejak beberapa awal chapter n****+. Pertanda bila mereka berdua bukanlah pelayan setia dari Demetria ataupun Pello. Memungut beberapa pion yang sudah dibuang, bukanlah hal yang terlalu buruk bagi Helcia. “Nona, kami pasti tidak akan pernah berkhianat kepada anda.” Helcia berusaha mengorek ingatan di dalam kepalanya untuk mendapatkan nama kedua pelayan dihadapannya. Akan tetapi, ternyata keluarga Krysanthe tidak pernah merepotkan diri untuk memanggil pelayan mereka dengan nama. “Sebutkan nama kalian.” Perintah Helcia. Kedua pelayan itu saling bertatapan, tapi juga tidak berani bertanya lebih lanjut. Seorang wanita yang sebelumnya di tampar oleh Demetria lebih dahulu menjawab, “Nama saya Petra Agalas.” Ketika diperhatikan lebih lanjut, Helcia bisa mendapati helaian rambut Petra yang berwarna merah itu nampak sangat halus. Pertanda bila dia sebelumnya pernah memakai produk pencuci rambut yang mahal. Setelah Helcia ingat lagi, dia baru sadar bila Agalas adalah nama dari salah satu Keluarga bangsawan yang telah bangkrut kemudian mengabdi pada Keluarga Krysanthe. “Saya Naya. Hanya Naya.” Berbanding terbalik dengan Petra. Naya bukanlah berasal dari keluarga bangsawan ataupun keluarga berkecukupan. Naya hanyalah seorang gelandangan yang dipungut oleh Keluarga Krysanthe untuk dijadikan b***k tanpa bayaran seumur hidupnya. Dan Naya nampaknya tidaklah keberatan. Selama ia tidak merasa kelaparan dan tidur beralaskan tempat tidur. Maka ia tidak masalah, sekalipun tidak mendapatkan uang sedikitpun. “Petra, Naya. Mulai hari ini, aku akan meminta Nyonya Demetria untuk menjadi pelayan pribadiku.” “Nona, bukankah Nyonya Demetria tidak pernah ingin anda memiliki pelayan pribadi.” Helcia lantas tersenyum licik, “Masalah seperti itu, tidak perlu kalian pikirkan.” “Baiklah, Nona. Kami mengerti.” “Sekarang keluarlah dari kamarku. Aku akan memanggil kalian disaat butuh.” Petra dan Naya lantas mengangguk patuh kemudian mengundurkan diri keluar dari ruangan. Melihat kedua pelayan itu keluar dari kamarnya, Helcia sontak berlari menuju cermin besar yang berdiri tidak jauh dari hadapannya. Ia menatap pantulan wajahnya dengan tidak percaya. Kedua manik berwarna ruby serta surai keemasan yang berkilauan itu membuatnya yakin bila dia memang berubah menjadi Helcia Krysanthe. “Apa Tuhan memang tengah mengutukku?” •••• To Be Continued 31 Oktober 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD