MPB ~ 06

2560 Words
Vania langsung tahu siapa yang datang begitu bel berbunyi bertalu~talu. Tak sabaran banget sih! Begitu dia membuka pintu apartemennya, Vano langsung melesat masuk. Dia memperhatikan seisi apartemen Vania dengan seksama. "Hei, gue belum ijinin lo masuk!" protes Vania, "juga duduk," sambungnya saat melihat Vano duduk di sofanya seakan dia yang empunya rumah. Protesnya terasa mubazir. Dasar brondong tengil! Cowok itu malah menepuk~nepuk tempat di sebelahnya. "Duduk sini, Say," pintanya dengan mata bersinar~sinar. Dia terlihat tampan sekali. Jangan terjerat pesonanya, Vania! Vania memperingatkan dirinya sendiri. "Enggak, gue pengin berdiri saja. Capek dari tadi duduk mulu!" tolak Vania ketus. Sekonyong-konyong Vano menarik tangan Vania hingga cewek itu jatuh ke pangkuannya. "Hei! Lo itu hobi banget ya mangku cewek sembarangan!" protes Vania kesal. Dia ingin segera berdiri namun Vano menahan pinggangnya dengan erat. "Darimana lo punya anggapan semacam itu? Emang lo sering ngelihat gue mangku cewek?" tanya Vano menyelidik. Memang, Vania baru sekali mergokin Vano memangku cewek lain. "Ya, enggak sering sih. Tapi gue pernah ngelihat lo mangku cewek. Gue gak peduli lo punya hubungan apa sama cewek itu, cuma gue gak suka lo samain gue sama cewek lain! Jangan ganggu gue lagi, urusin saja cewek lo itu, Vano!" "Lo cemburu?" cetus Vano sambil tersenyum menggoda. Vania mendengus kasar. "Gue cemburu? Mimpi kali, lo!" Cup. Mendadak Vano mengecup bibir Vania hingga cewek itu terdiam kaku. "Apa lo ngelihat gue memangku cewek sambil berciuman seperti ini?" Vano memeluk Vania erat. "Sambil meluk begini.." sambungnya lagi. Sekarang, dengan lancangnya Vano mulai meraba tubuh sintal Vania. "Sambil grepe grepe gini," desisnya sensual. Vania tercekat menyadari kekurang-ajaran brondong satu ini! Tangannya terulur hendak menampar Vano. Tapi cowok itu dengan tangkas menangkap tangan Vania dan menaruhnya di belakang kepalanya. Posisi Vania terperangkap semakin dekat dengan Vano. "Vania, apa lo sengaja mancing gue supaya nidurin lo lagi?" cemooh Vano. "Najis!" sembur Vania gahar. Vano terkekeh geli mengetahui kegeraman Vania. "Besok abis kerja, gue mau ajak lo ke satu tempat." "Ogah," tolak Vania. "Lo boleh pilih. Kita disini ML sepuasnya atau lo ikut gue ke acara ultah teman gue!" ancam Vano halus. "Sinting lo! Gue gak mau keduanya!" "Pilih salah satu, Sayang. Lo milih yang mana bagi gue gak masalah kok. Hayuk aja." Vania diam saja. Besok dia bakalan kabur kok! ===== >*~* Di SMA D'VITO, hari ini hari terakhir masa MOS. Mereka mengadakan pentas seni untuk merayakannya. Tiap kelompok yang sudah ditentukan dari peserta MOS bakal menampilkan bakat dan potensi masing~masing, demikian juga kakak panitia ikut berpartisipasi memberikan suguhan khusus buat adik kelasnya. Amel dan kelompoknya akan menampilkan modern dance. Mereka berlatih hanya sebentar, tapi hasilnya..? Wow, luar biasa! Terutama bagi Amel yang sangat mencuri perhatian dengan gerakannya yang atraktif dan sensual. Selain itu ia nampak sangat hot dengan kostumnya itu. Wajah polos dengan tampilan sensual, perpaduan yang menakjubkan! Bradley memperhatikan hingga matanya tak berkedip sedetikpun. "Gile, hot banget cewek~cewek itu. Terutama si Amel," komentar Bradley kagum. Vino benar~benar tak suka melihatnya. Bayi besar satu itu! Apa dia tak sadar jika tampilannya terlalu memancing hasrat bagi cowok yang melihatnya? "Vino.. sebenarnya hubungan lo sama Amel itu gimana sih?" tanya Bradley penasaran. "Kenapa lo pengin tahu?" Vino balas bertanya dengan dingin. "Ya, kalau lo gak ada apa~apa sama dia.. beri kesempatan gue yang maju. Gue interest banget padanya!" Bradley emang playboy, tapi dia gak suka main embat sembarangan. Apalagi milik teman dekatnya! "Nurut lo gimana?" pancing Vino misterius. "Gue gak tahu. Kalian nampak saling gak suka, tapi di lain pihak kalian terkesan intim banget seperti punya hubungan yang gak biasa." "Dia tunangan gue," jawab Vino singkat. Bradley sontak ternganga. "Serius lo? Wah barisan Vinomania bakal nangis darah nih!" Vino tersenyum dingin menanggapinya. Emang itu tujuannya, supaya kelompok konyol itu gak mengganggunya lagi. Setelah tampilan siswa baru kelas X, gantian kakak panitia yang unjuk diri. Mereka ada yang nge-dance, pantomin, menyanyi, main piano dan acara terakhir ditutup oleh kelompok band yang terkenal dari SMA D'VITO.. COOL GUY’S! Amel membelalakkan matanya melihat seseorang yang amat dikenalnya berdiri diatas panggung, si kulkas nge-band? Gak salah nih? Apa manusia lempeng kayak gitu bisa menyanyi? Para penonton, terutama yang cewek, pada menjerit histeris begitu menyaksikan kemunculan lima cowok ganteng itu. Vino memegang gitarnya sambil menyanyikan lagu Linkink Park berjudul ‘IN THE END’ bersama Bradley. Amel jadi terpesona. Bagaimana mungkin di panggung Vino terlihat begitu berbeda, gayanya sangat luwes. Bagai penyanyi yang udah prof. Dan.. ehmm, dia nampak macho dan sangat memikat! Pantas banyak yang tergila-gila padanya.. "Kak Vino, I love you!" "Kak Vino.. ganteng, ih!" "Be mine, Kak Vino!" Amel hanya geleng~geleng kepala mendengar teriakan itu. "Kok bisa ada yang begitu tergila~gila sama si Kulkas," cetus Amel heran. "Dia itu perfect. Serba bisa!" sahut Idah sambil memandang Vino dengan tatapan memuja. Amel hanya tertawa mencemooh. Gemuruh sorak penonton langsung membahana begitu band Cool Guy’s menyelesaikan tampilannya. Saat mereka akan meninggalkan panggung, si MC menahannya. "Wait guy’s. Bisa kita bincang~bincang sejenak?" Kelima cowok itu berjajar diatas panggung. Vino berdiri paling pojok, dekat si MC, Ega cowok kelas 12. "Malam ini tampilan kalian begitu luar biasa. Tentunya semua pada pengin tahu kan tentang personil Cool Guy’s yang ganteng~ganteng ini?" Sorak~sorai para cewek langsung membahana hingga membuat semarak suasana. Kemudian personil band Cool Guy’s mulai memperkenalkan diri. "Gue Dave.." "Tristan." "Leon." "Hei Ladies, salam kenal gue Bradley." Siulan genit ramai terdengar saat cowok~cowok itu menyebutkan namanya satu per satu. "Tunggu, ada satu yang belum memperkenalkan dirinya. Grup leader ini. Bisa tolong maju ke depan?" "Vino! I love you!" teriakan cinta spontan terdengar dimana~mana. Vino maju kedepan lalu melambaikan tangannya. "Semua sepertinya sudah tahu, nama saya Vino." Si MC ikut maju kedepan dan memeluk bahu Vino mesra. Para fans cewek Vino langsung pada protes. "Huuuuuu..." "What?! Apa gak boleh gue ikut mengagumi ketos kita nan rupawan dan multi talenta ini? Tunangannya aja kagak protes!" Ucapan si MC sontak membuat suasana menjadi senyap. Para penonton jadi shock! Mereka seakan gak percaya sang idola sudah gak available lagi! Tak sadar Amel segera menenggelamkan dirinya diantara kerumunan orang banyak, ia berusaha tak memancing perhatian orang padanya. Mendadak perasaannya jadi tak enak! "Bohonggg!" teriak salah seorang siswi. "Gossip kan?!" seru yang lain. "Yeee.. gak percaya!" Si MC yang tak mau mengalah, berkata pada Vino, "Kak Vino, kak Vino, tolong jelaskan deh kebenarannya pada adik kelas kita yang unyu~unyu ini.." Vino tersenyum ramah, dengan tegas ia menjawab, "maaf mengecewakan kalian, saya memang sudah bertunangan. Sejak masih kecil." "Nah, benar kan. Gue gak main fitnah lho. Terus denger~denger tunangan kak Vino ada di sekolah ini kan? Pada penasaran kan siapa tunangan ketos kita tercinta?" Amel terhenyak. Gila! Ini sih sama saja mau menjadikan Amel ‘public enemy no 1’ di sekolah ini. Sebelum terlambat Amel berniat kabur duluan. Apa daya dia terdesak kerumunan penonton, tubuh mungilnya terdorong kesana sini. Akibatnya dia nyaris jatuh terjerembap ketanah kalau saja dia enggak menarik satu kabel yang menggantung diatas. Brak!! Kabel itu tertarik hingga menyebabkan satu tiang lampu dekorasi roboh. Amel terjatuh seketika. Wajahnya langsung panik saat menyadari semua orang kini memperhatikannya! "Dia adalah tunanganku," cetus Vino tenang sambil menunjuk Amel yang masih duduk terpaku di tanah. Kampret si kulkas! Kenapa dia pakai cara seheboh ini untuk memproklamirkan hubungan mereka? Amel otomatis menjelma jadi cewek yang paling gak disukai di sekolah. Benar kan, Amel dapat merasakan tatapan penuh kebencian yang ditujukan padanya. Rasanya menakutkan!! Tak sadar Amel memejamkan matanya. "Kamu gapapa?" tanya Vino yang mendadak sudah ada didepannya. Amel membuka matanya, dilihatnya Vino menatapnya khawatir. Sandiwara yang bagus, pikir Amel dalam hati. "Gapapa.." Amel berusaha berdiri, tapi kakinya terasa nyeri. Dengan sigap Vino menggendong Amel dan membawanya ke UKS sekolah. Mereka berdua langsung menyita perhatian semua orang. *** Vania sengaja pulang lebih cepat dari biasanya, untuk menghindari Vano yang akan datang menjemputnya. Baru saja dia mau menyetop taxi, ada seseorang yang menyambar lengannya. "Mau kabur?" Vano sudah berdiri didepannya sambil tersenyum tengil. Vania menghela nafas berat. Sepertinya ia tak bisa menghindar dari cowok brondong sinting ini! *** Suara musik di cafe X’codus berdentum begitu kerasnya. Menghentak setiap jiwa yang berada didalamnya. Di suatu ruangan VIP yang sudah dipesan khusus, sekelompok pemuda asik minum dan bersenda gurau. Bradley, si empunya gawe, tentu saja yang paling hepi. Dia duduk diantara dua cewek seksi disisi kanan dan kirinya. Mereka khusus dibokingnya gegara dia sedang ngejomblo. "Bro, akhirnya lo datang juga!" serunya saat melihat kemunculan sobat dekatnya. Vano dan Bradley saling memeluk ala cowok. "Kalau bukan elo yang ultah malas gue, ceritanya gue kan lagi bertapa," kata Vano sok jual mahal. "Bertapa di klub malam?" sindir Bradley. "Tauk aja elo!" Mereka sama~sama sableng, sama tengilnya, juga sama~sama playboy-nya. Meski Vano cuma playboy dikulitnya doang. "Eh, siapa ini?" Pandangan Bradley beralih ke satu cewek yang seksi dan terkesan sangat menantang. Siapa lagi kalau bukan Vania. Dengan posesif, Vano memeluk bahu Vania untuk menunjukkan teritorinya. "Ini cewek gue, Vania." Vania melotot geram. Sembarangan saja mengakui orang sebagai ceweknya! Bradley menatap penuh minat pada cewek didepannya. "Gile.. selera lo yahud, Man! Meski terlihat lebih dewasa, cewek lo very hot!" Vania menulikan telinganya. Ngapain juga dia mau dipaksa ngikut kemari?! Ini gak levelnya banget. Acara ultah abg yang pengin dianggap dewasa di klub malam, hah! Menggelikan.. Vania sudah bosan mengalami itu semua. "Adik gue udah datang?" tanya Vano sambil celingukan mencari adiknya. "Tuh, dia sama tunangannya!" jawab Bradley sembari menunjuk sepasang insan yang ada di pojokan. Tunangan? Sejak kapan si lempeng itu punya tunangan? Meski heran, Vano tak menunjukkan perasaannya pada Bradley. Ditariknya lengan Vania mendekati adiknya bersama 'tunangannya' itu. "Amel!" serunya kaget begitu mengetahui siapa ‘tunangan’ adiknya itu. Amel meloncat berdiri dengan penuh semangat begitu melihat Vano. "Eh, Kak Vano!" panggil Amel riang dengan wajah berbinar, namun ia langsung tertegun saat menyadari kehadiran Vania yang sedang digandeng Vano. "Ini.. siapa?" tanyanya polos. Vano tertawa, mengacak poni Amel, lalu menarik pinggang Vania. Ia mendorong lembut cewek itu ke hadapan Amel dan Vino. "Kenalin, ini Vania, cewek gue." Amel tercekat. Ada sekelumit rasa tak rela, baru sekali ini Vano membawa dan mengenalkan ceweknya. Biasanya mereka selalu bertiga hingga tak menyisakan tempat untuk orang lain. Vino melirik Amel sinis, dia tahu apa yang berkecamuk di hati gadis itu. Ditariknya tubuh Amel yang sedang berdiri bengong itu hingga cewek itu jatuh ke pangkuannya. Lucu saja melihat Amel duduk di pangkuan Vino dengan wajah kayak bayi lagi keselek empeng. Vano duduk di sofa seberang mereka, dan menarik paksa Vania agar duduk di dekatnya. Untung si brondong tengil ini masih waras, pikir Vania. Ia gak mau duduk dipangkuan Vano seperti cewek baby face yang unyu~unyu didepannya itu. Gak imut banget kalau buat Vania, mah.. Dia heran, sebenarnya cewek ini milik siapa sih? Vano apa adiknya? "Vin, jadi dia ini tunangan yang kamu gembor~gemborin itu?" sindir Vano pada adiknya. Amel membelalakkan matanya, baru saja ia mau protes, Vino sudah membekap mulutnya dan menyandarkan kepalanya ke d**a bidang cowok itu. "Kami berdua sudah bersepakat tentang hal ini," sahut Vino datar. "Apa daddy dan mommy sudah tahu hal ini? Mereka pasti kaget, mommy mungkin akan sangat senang mengetahui hubungan kalian. Tapi kalau daddy..." Vano terkekeh geli membayangkan wajah frustasi daddy-nya yang merasa terpaksa terjerat hubungan besanan dengan orang yang paling ingin dihindarinya! Vino mendengus dingin. "Kesepakatan kami tak perlu melibatkan orang tua. Kami sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan kan?" "Tapi Amel masih bayi besar bagi kita semua! Mommy pasti akan marah andai tahu kau mengajaknya ke klub malam seperti ini," ucap Vano memperingatkan. "Aku bisa menjaganya. Lebih bahaya lagi jika dia datang bersamamu kan? Yang ada dia bakal repot mengurusimu yang teler berat!" sindir Vino pedas. Vano tertawa terbahak, ia tak marah dikatakan seperti itu. Malah seperti bangga. Vano memeluk bahu Vania dan mendekatkan ke tubuhnya. "Yang, apa lo sudah siap ngurusin kalau ntar gue teler?" katanya manja sembari mengecup pipi Vania. Vania menyikut pinggang Vano dengan keras. "Dengan senang hati, Sayang. Gue bisa ceburin lo ke empang biar sadar diri!" "Cewek gue sadis ya!" Vano terkekeh geli. Bradley datang ke meja mereka sambil membawa beberapa botol minuman vodka. "Ayo, silahkan dinikmati!" Ia menuangkan ke gelas untuk Vano dan Vania hingga penuh. Saat menuangkan minuman keras itu ke gelas Vino dan baru terisi setengah, Vino sudah menyetopnya. Cowok penggila kesempurnaan itu tahu batasan toleransi minumnya. Bradley mengangkat bahunya. Baru saja ia akan menuangkan untuk Amel, dua cowok kakak beradik yang sama kerennya itu spontan mencegahnya. "Don't do it for our baby girl," komentar Vano dengan tatapan lembut tertuju pada Amel. Vania menoleh ke brondong tengilnya. Vano terlihat sangat menyayangi cewek baby face itu, tapi sebagai apa? Amel mencebik dan melirik tak suka. Ia kesal dianggap anak kecil oleh mereka berdua, apalagi ia merasa iri melihat betapa dewasanya cewek yang dibawa Vano! Ia baru tahu kak Vano-nya ternyata seleranya model yang dewasa seperti ini. Rasa kesal mendorong Amel bertindah gegabah, ia menyambar botol vodka dari tangan Bradley dan meminumnya langsung dari botolnya dengan gaya yang dibuat sesensual mungkin. "Wow.. its hot!" komentar Bradley kagum. Dengan cepat Vino mencabut botol minuman itu dari mulut Amel, namun cewek itu sudah terlanjur meminumnya separuh. "Enough, Baby!" bentak Vino keras. Amel mengerucutkan bibirnya kesal. Mukanya terlihat merona merah terkena dampak minum vodka tadi. Dia tampak semakin imut dan menggemaskan. "Kalian berdua kakak beradik ini pintar sekali memilih cewek! Dua~duanya sama~sama hot dan sesuai selera gue. Boleh oper yah kalau udah pada bosan.." "Bradley!" bentak Vano dan Vino kompakan sambil melotot garang. Bradley tertawa geli. "Selow men, gue cuma bercanda. Posesif amat sih lo berdua!" Dua cowok ganteng itu masih melotot garang padanya. "Ya udah gue kesono dulu. Serem ih disini." Bradley langsung ngacir meninggalkan mereka berempat. Amel mulai fly, kepalanya terasa ringan. Ia menyandarkan kepalanya ke d**a Vino dan mengalungkan lengannya ke leher Vino seperti bayi koala. Vano mendengus melihatnya. "Jadi ini yang lo sebut elo bisa menjaganya?" sindir Vano pada Vino. "Setidaknya dia lebih aman bersamaku dibanding dengan kamu yang suka memanfaatkan cewek." Vano tertawa terbahak mendengar tuduhan adiknya, dia tak berusaha menyangkalnya. Entah mengapa hal itu membuat Vania merasa kesal sendiri. Ia menyesap minumannya dengan cepat. "Slow, Babe. Atau lo mau berakhir di ranjang lagi seperti yang lalu?" bisik Vano mesra, iseng-iseng ia menjilat telinga Vania. Gadis itu bergidik seketika. Amel memperhatikan itu, hatinya jadi panas. Hingga ia ingin membalasnya. Sengaja ia ikutan mencium dan menjilat leher Vino. "Hei, apa yang kau laku.." Protes Vino terputus saat Amel menghisap lehernya dengan kencang. Ada sensasi aneh yang dirasakan Vino. Ia menggelinjang geli, dan ada yang terbangun dalam dirinya. "Lepaskan.. Amel, atau kucium kamu nanti!" ancam Vino dengan suara parau. Vino merasa heran dengan dirinya sendiri, dia tak pernah mengancam orang dengan cara seperti ini! Sinting. Amel melepas hisapannya di leher Vino, namun ia kini justru menyodorkan bibirnya didepan Vino. "Ya udah, ayo cium aku! Cium!" rengek Amel manja. Untuk sesaat Vino merasa ragu, Amel berinisiatif menyambar bibir cowok itu dan melumatnya dengan ganas. Vino balas menciumnya. "Ck! Gitu katanya yang gak manfaatin cewek," decih Vano. "Lo cemburu?" sindir Vania. Vano sontak membelalakkan matanya dengan gaya lebay. Dia beraksi sok imut dan sok polos. "Cemburu? Pada our baby girl ? No way, Honey! Jangan~jangan.." Vano mendekatkan wajahnya pada Vania, "lo yang cemburu?" Vania menggeleng keras, "tidak!" "Betul?" "Tentu saja!" "Untuk ngebuktiinnya boleh gue cium lo?" pinta Vano licik. "Apa?!" Bibir Vano langsung membungkam bibir Vania. Ia menciumnya dengan penuh gairah. Sementara di meja lain Bradley terkekeh menyaksikan dua pasang insan yang sedang berciuman mesra itu. Dua pesaing beratnya kini sudah gak available! Gilirannya yang bisa aktif tebar pesona kemana-mana, menebar jaring cintanya sebanyak mungkin. Hehehehe.. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD