Sembilan

1221 Words
Jerry geleng-geleng kepala melihat lembaran tugas Pelangi. "Like brother like sister," gumamnya. Dulu waktu masih sama-sama mengenyam bangku S-1 bersama Satria, sahabatnya itu juga payah dalam mata kuliah Matematika Teknik. Beberapa kali Jerry mengajari lelaki itu, kadang malah memberi contekan pada Satria ketika UTS atau UAS. Ternyata Pelangi tidak jauh berbeda dari Satria. Jerry pikir waktu itu Pelangi tidak bisa mengerjakan soal yang dia suruh kerjakan karena tidak begitu menyimaknya. Nyatanya, tugas yang diberikan 2 minggu yang lalu pun, masih banyak yang salah. Keesokan harinya saat dalam perjalanan menuju kantornya, motor yang dikendarai Jerry terbentur sebuah mobil yang berada di depannya, yang menyebabkannya terjatuh. Jalanan hari ini tidak begitu ramai. Setelah bangkit dan membenarkan posisi motornya. Jerry mendekati si pengemudi mobil. Bagaimanapun mobil bagian belakang orang itu sedikit lecet kena motornya. Jerry mau bertanggung jawab walau dia tidak sepenuhnya bersalah di sini. Jerry mengetuk kaca di samping si empunya mobil. Begitu kaca diturunkan oleh sang pemilik mobil, Jerry mendengus kasar. "Kak Jerry?" "Mobil bagian belakang lo agak lecet kena motor gue. Berapa kerugian yang harus gue ganti?" tanya Jerry to the point. Dia tidak mau memperpanjang urusan dengan perempuan yang ada di dalam mobil itu. Bisa saja dia menyalahkan Pelangi yang tiba-tiba menghentikan mobilnya, sehingga motornya jadi mengenai bagian belakang mobil gadis itu. Pelangi menggeleng cepat. "Nggak perlu, Kak! Aku juga yang salah di sini karena mobilku tiba-tiba berhenti. Umm... sepertinya mogok." "Ya udah kalau nggak mau diganti." Jerry berlalu meninggalkan Pelangi yang melongo. What? Dia nggak niat bantuin gue, gitu? Enggak.. gue nggak bisa diginiin! Buru-buru Pelangi keluar dari mobil dan mengejar Jerry yang sudah menaiki motornya. Jerry membuka helmnya. "Ada apa lagi?" decaknya tak suka. "Eng... aku boleh minta tolong periksain mobilku dulu? Nggak bisa di starter." "Nggak bisa. Gue mau ke kantor. Lo telpon montir aja." "Kak... aku nggak ngerti soal beginian." Pelangi tidak bohong. Biasanya kalau mobilnya tengah bermasalah, dia tinggal duduk manis saja. Ada Mario yang mengurus untuknya. "Nyusahin aja lo!" ketus Jerry. Dia turun dari motornya dan menuju mobil Pelangi. Lalu dia membuka kap mobil Pelangi. "Bakal lama kayaknya. Gue nggak bisa benerin sekarang karena mesti ke kantor," ujar Jerry setelah mengecek mobil Pelangi. "Gue telpon bengkel teman gue, minta montirnya datang ke sini." "Ya udah, terserah Kakak aja." "Bentar lagi nyampe orangnya, kebetulan bengkelnya dekat sini," ujar Jerry setelah menelpon montir di bengkel milik temannya. Kurang dari 10 menit, montir pun datang. "Tolong cek ya, Bro! Soalnya gue harus berangkat kerja." Lalu Jerry beralih pada Pelangi. "Gue cabut!" Pelangi mengejar Jerry yang sudah berjalan menuju motornya. Saat posisinya sudah dekat, Pelangi menarik ujung jaket Jerry—membuat lelaki itu menoleh dengan satu alis terangkat. "Aku boleh nebeng ke kampus nggak? Kantor Kak Jerry 'kan searah dengan kampus kita." Jerry melirik tangan Pelangi yang masih memegang ujung jaketnya. Meliihat arah mata Jerry, Pelangi pun segera melepasnya. "Kenapa harus nebeng sama gue? Lo bisa pesen taksi online. Tuh juga banyak taksi yang lewat di sini." "Aku bakalan telat kalau naik taksi. Bentar lagi kuliah jam pertamaku dimulai. Please... mau ya, Kak?" pinta Pelangi dengan muka memelas. Jerry mengusap wajahnya kasar. "Benar-benar nyusahin lo jadi cewek! Ayo cepetan naik!" Pelangi menyengir lebar. Beneran boleh, Kak?" "Buruan!! Sebelum gue berubah pikiran lagi." "Jangan dong!!" Pelangi mengerucutkan bibirnya. "Aku bilang sama Mas montirnya dulu biar nanti mobilnya aku ambil di bengkel aja." "Hmmm." Saat akan menyalakan motornya, Jerry berdecak begitu menyadari tangan Pelangi berada dikedua pinggangnya. "Lepasin tangan lo dari pinggang gue," ucap Jerry dingin. "He-eh iya. Maaf, Kak. Barusan refleks." *** "Lo kok, bisa bareng sama Kak Jerry?" tanya Meisya. Pelangi baru saja turun dari motor Jerry dan bertemu dengan Meisya di parkiran. Meisya terkadang menggunakan motor butut milik ayahnya ke kampus. "Lo tahu itu Kak Jerry?" Padahal baru saja Jerry langsung pergi begitu Pelangi turun, tanpa membuka helmnya. Bagaimana Meisya bisa mengenali wajah sang pemilik motor? "Ya tahu lah! Beberapa kali nggak sengaja ketemu di parkiran." "Ooh. Yuk ke kelas!" "Lo belum jawab pertanyaan gue. Barusan... kenapa bisa bareng sama Kak Kerry?" Meisya menyamai langkah Pelangi yang melangkah lebih dulu. "Ya ampun, Sya. Penting banget apa pertanyaan itu? Mobil gue mogok, terus ada Kak Jerry yang lewat. Ya udah gue minta bareng." "Oh... kirain." "Kenapa, sih? Lo kepo banget kayaknya sama gue dan Kak Jerry?" "Nggak kenapa-napa, Ngi. Gue cuma ngerasa aneh aja sama lo belakangan ini. Kayak dekat gitu sama Kak Jerry." Pelangi menghentikan langkahnya dan menyipitkan matanya—menatap sahabatnya itu dengan tanda tanya. Sejak kapan Meisya jadi kepo dengan urusan orang? "Ehmm... maksud gue, nanti semisal Kak Mario tahu lo dekat sama Kak Jerry terus tanya-tanya ke gue, 'kan gue bisa jawab." Meisya menggaruk kepalanya. Pelangi menepuk bahu sahabatnya itu pelan. "Jangan khawatir. Cowok gue nggak akan tanya apapun sama lo. Lagian gue juga nggak sedekat itu sama Kak Jerry. Yaah, hanya sekedar kenal aja karena dia sahabatnya kakak gue." *** Pulang kuliah, Pelangi mengambil mobilnya di bengkel. Hari ini dia tidak bisa minta bantuan kepada Mario karena sang kekasih tengah ke Jababeka—mau lihat-lihat tempat yang cocok dijadikannya untuk magang. Setelah dari bengkel, Pelangi melajukan mobilnya ke rumah Lidya. Mumpung Jerry sedang tidak ada di rumah, pikirnya. Dia senang mengobrol dengan Lidya dan juga Andin. Bersama Andin, dia merasa separuh dirinya ada di dalam jiwa gadis SMA itu. Mereka nyambung kalau bercerita berdua, sama-sama heboh. Sebelum tiba di rumah sederhana itu, Pelangi menyempatkan membeli buah untuk dibawa ke sana. "Neng geulis nggak usah repot bawa apa-apa kalau ke sini," ujar  Lidya saat Pelangi menyerahkan satu plastik yang berisikan berbagai macam buah di dalamnya. "Nggak repotin kok, Tan. Kebetulan tadi aku sekalian lewat, lihat ada yang jual buah dekat sini," balas Pelangi. Dia mengedarkan  pandangan ke arah rumah. Saat ini mereka berdua berada di depan warung. "Ya udah terima kasih kalau begitu." Pelangi mengangguk. "Andin udah pulang, Tan?" "Udah... baru aja pulang sekolah. Kayaknya lagi  ganti baju di dalam." "Aku boleh masuk, Tan? Mau ketemu Andin. Biasa... mau ngerumpi bareng," ucap Pelangi terkekeh. "Ya boleh atuh!" Gih sana masuk. Sekalian Tante nitip buahnya, tolong bawain kasihin sama Andin." Pelangi mengacungkan kedua jempolnya. Lalu meraih  kantong plastik dari tangan Lidya. Gadis yang ceria. Menggemaskan! Andai aja dia menjadi calon mantuku nanti. Lidya menggelengkan kepalanya. Apa Pelangi mau menjalin kasih dengan orang biasa seperti Jerry? Pelangi memang baik hati. Tapi Lidya tidak tahu bagaimana kriteria pasangan yang disukai gadis itu. Keasikan ngobrol dengan Andin, Pelangi sampai lupa waktu. Sehabis ngobrol, dia malah tertidur di kamar Andin dan Lidya. Saat bangun, dia kaget karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. Bahaya kalau Jerry sudah  pulang dan menemukannya di sini. Apa kata lelaki itu nanti? Pelangi segera bangkit dari kasur, menyambar tasnya yang terletak di samping kasur, lalu segera keluar dari kamar. Mudah-mudahan Kak Jerry belum pulang. "Kak Pelangi udah mau pulang?" kata Andin yang tengah duduk di ruang tamu. "Iya, Ndin. Gue pamit, ya! Mama lo di depan 'kan?" "Kenapa buru-buru, Kak? Entar aja pulangnya habis maghrib, tanggung sebentar lagi." Ketika Pelangi akan menjawab, terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Mampus gue! Itu pasti Kak Jerry yang baru aja pulang kerja. Benar saja, Jerry baru saja tiba. Pelangi hanya berdiri di depan pintu, bingung harus bagaimana. Jerry yang baru saja membuka helmnya, mendengus melihat seseorang yang berdiri mematung di depan pintu. Dia turun dari motor dan menuju pintu masuk. "Lo??! Ngapain di rumah gue?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD