“Bukannya Mas Lukman juga di Estate?”
Keyra mengangguk. “Gue sampe sana dia udah kelar meeting. Gue kira dia yang bakal masuk, eh, ternyata doi diluar dong, Mas.”
“Intinya kemarin lo ikut meeting sama Ryandra tapi Lukman duduk diluar?” Bayu memastikan sambil berusaha menahan tawa.
Keyra mengangguk cepat. “Katanya ‘Lukman banyak kerjaan’ tapi pas gue tanya orangnya ngapain diluar selama meeting, eh, dia jawab cuma balesin email masuk soalnya kerjaan dia udah kelar semua. Ngapain gue ikut kalo begitu.” Keyra berbicara dengan nada berapi-api mengingat peristiwa yang terjadi kemarin.
Tawa ketiga seniornya meledak pagi-pagi mendengar cerita Keyra. Setiap pagi ‘The Mighty Kacung Kampret Business Analyst’ yang terdiri dari lima anggota akan berkumpul dan memulai sesi curhat seputar pekerjaan mereka hingga membicarakan mengenai gosip terbaru seputar bos mereka.
Dalam ruangan ini ada lima meja kerja untuk para cungpret business analyst. Masing-masing memegang satu lini usaha Algantara Group. Keyra memegang lini usaha food and baverages, Emily memengang lini usaha Fashion, Bayu memegang usaha Tourism, Hilman memegang lini usaha transportation, dan Langit memengang lini usaha Mining. Kelimanya memiliki segudang pekerjaan dan tugas-tugas yang Ryandra berikan berkaitan dengan lini usaha yang menjadi tanggung jawab mereka.
Keyra sendiri adalah analis terakhir yang masuk ke dalam divisi yang dipimpin oleh Ryandra. Tidak mudah menjadi analis dalam divisi Ryandra. Keyra sudah pernah bekerja sebagai business analyst sebelumnya diperusahaan lain namun ia cukup kaget dengan sistem kerja Ryandra tapi dengan dengan kemampuannya dan tidak berhenti belajar dari empat seniornya yang lain membuat Keyra mampu melakukan tugas-tugasnya selama ini dengan baik.
“Terus lo pas meeting berjalan ngapain? Berhubungan sama F&B?” Hilman menimpali.
Keyra menghembuskan nafas kesal. “Duduk diem semacem invisible karena pembahasannya antara bos-bos saja dan ada tentang F&B tapi sebagian besar tentang Estate. Gue gak paham. Sumpah. Gak ada guna gue hadir disana.”
Ketiga senior Keyra tertawa kencang. “Kayaknya lo emang dikerjain sama si bos deh, Key.” Hilman berbicara sambil menahan perutnya yang terasa sakit karena kebanyakan tertawa.
Bayu memberi isyarat setuju pada Hilman melalui gerakannya. “Gue setuju kata Hilman. Lo sih banyak tingkah sama si Ryandra jadi mungkin dia bales lo, Key.”
Keyra mendengus. “Dih, kalo bener sih kayak bocah aja bales-balesan.”
“Kan lo julukin dia bocah tua, Key.” Bayu tertawa kencang sambil memegangi perutnya seakan mau meledak karena ia tertawa terlalu kencang.
Ketiga senior Keyra kembali tertawa namun tawa Emily lebih dulu lenyap dan wajahnya seketika berubah serius. “Lo jadi resign, Key? Gue liat CV lo tadi ”
“Ya jadi lah, Mbak! Bisa cepet abis umur gue disini makan hati terus.”
Bayu mendengus. “Hus! Sembarangan aja lo kalo ngomong. Lagi pula emang ada perusahaan yang mau bayar gaji lo lebih gede dari yang dibayar disini?”
“Gaji sama atau turun dikit gak masalah, Mas. Yang penting umur gue panjang.”
“Memang lo udah sebar CV?” Hilman ikut menimbrung kali ini.
Keyra mengangguk cepat namun detik berikutnya wajahnya berubah sendu. “Tapi belom ada yang lolos.”
Bayu tergelak. “Lo memang jodohnya disini, Key. Gak usah gaya-gayaan mau resign. Siapa yang pegang F&B kalo lo resign?”
“Kan ada elo, Mas. Lo saja bisa kemarin review kerjaan Mining,” Emily dengan santai menanggapi ucapan Bayu.
“Sekate-kate lo, Em. Gue review mining juga terpaksa. Noh si Langit kan belom masuk-masuk.”
“Udah lo emang cocoknya disini, Key. Gak usah kemana-mana lagi.”
“Terus gue harus ngadepin bos lo yang ngeselin itu tiap hari terus-terusan?” Keyra memandang Bayu dengan pandangan memastikan.
Bayu mengangguk cepat dan dengan sama cepatnya Keyra langsung menjawab, “No, Thanks. Gue gak sesabar itu, Mas.”
Emily menggelengkan kepalanya melihat antipati Keyra pada Ryandra yang sudah tidak ia tutup-tutupi lagi. “Sudah, sabarin aja, Key. Dia begitu kan bukan sama lo doang. Sama yang lain juga sama. Lagi kalo lo resign nanti semua repot.” Emily berusaha menenangkan Keyra.
Ucapan Emily memang benar, Ryandra memang bersikap menyebalkan pada seluruh anak buahnya bukan hanya pada Keyra, masalahnya Keyra sudah antipati pada Ryandra sejak awal wawancaranya bersama dengan pria itu. Jika saja tidak mengingat bahwa kontraknya tidak diperpanjang, tidak ada panggilan interview lain saat itu dan ia memerlukan pekerjaan dengan segera untuk membiayai hidupnya maka sudah dipastikan Keyra tidak akan mengambil pekerjaan di Algantara Group.
Ditengah-tengah keseruan pembicaraan keempat karyawan itu, tiba-tiba pintu ruangan mereka terbuka. Keempatnya pun spontan mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu dan kaget mendapati Ryandra muncul. Keempatnya pun spontan mengecek jam. Jam tujuh lewat empat puluh lima menit. Seharusnya Ryandra belum datang.
“Ngapain pagi-pagi udah pada ngumpul?” Ryandra melangkah masuk ke dalam ruangan dengan santai.
“Tumben jam segini sudah sampe, Ndra. Biasa lo sampe kantor jam sembilan,” Bayu santai berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Gue ada meeting, Bay. Jadi kenapa kalian pada ngumpul?” Ryandra menjawab dengan santai namun masih konsisten dengan pertanyaannya.
“Keyra mau traktir, Ndra.” Bayu menjawab asal.
Ryandra menghentikan langkahnya tepat di depan meja Keyra dan memandang Keyra dengan terangkat sebelah. “Kamu ulang tahun, Ra?”
Keyra memutar bola matanya. “Ucapan Mas Bayu kok langsung dipercaya aja sih, Pak.”
Ryandra langsung memandang Bayu cepat dengan wajah datar. “Lo ngerjain gue, Bay?”
Bayu tertawa pelan sambil mengangkat kedua tangannya keatas, “Sorry, Bos.”
“Kerja!” Ryandra masuk ke dalam ruangannya. Bayu dan Hilman pun segera beranjak menuju meja kerja mereka masing-masing. Keyra sendiri mulai membuka laptopnya dan melihat catatan di buku agenda miliknya. Semua orang fokus untuk siap memulai hari sampai fokus mereka kembali teralihkan karena Ryandra keluar dari ruangannya sambil membawa tablet miliknya tanpa mengatakan apapun. Beberapa menit kemudian Hilman mengecek ke luar ruangan dan ruangan itu pun kembali ramai.
“Duh, untung lo bisa ngalihin tadi, Bay.” Hilman berucap sambil kembali duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Emily.
“Udah, kerja, Mas. Nanti bos balik lagi. Kelabakan deh lo.” Emily memperingatkan Hilman.
Ditengah-tengah percakapan senior-seniornya, Keyra yang sedang mengecek emailnya pun membulatkan matanya melihat email yang baru saja masuk. Dengan penuh rasa was-was, wanita itu pun membaca isi email tersebut dan dalam sepersekian detik emosinya melenggak naik. “Dasar bos edan! Belom ada sepuluh menit dia keluar sudah bikin gue emosi! Kerjaan satu saja belom kelar sudah kasih gue deadline baru! Fix mau resign gue!”
Ra, Ini ada proposal resto Korea. Review dan kirim laporannya hari ini. Thanks.