Kalau bos sudah bertitah mendelegasikan tugas sama karyawannya terus sampe ada jangka waktu untuk menyelesaikannya artinya tugas itu adalah tugas yang wajib diselesaikan dengan segera dan haram hukumnya ditunda. Apalagi punya bos macem Ryandra. Mau ada hujan badai juga Ryandra gak peduli. Laporan harus selesai tepat waktu kalo nggak mau keluar dari ruangan dia dengan kuping panas denger ocehannya yang pedes bin panas. Selain itu demi keamanan posisi sebagai karyawan dan demi lancarnya gaji dan bonus yang masuk ke dalam rekening, Keyra harus menyelesaikan tugas dari Ryandra sesuai seperti yang bosnya itu mau. Keyra sudah menanamkan pemikiran ini semenjak berada dibawah pimpinan Ryandra Algantara. Bosnya yang nyebelin, bin angkuh yang hobinya kasih tugas dadakan yang langsung bikin kepala Keyra mendadak sakit dalam hitungan detik.
"Lembur sampe jam berapa lo semalem?"
Keyra memandang Bayu sesaat sebelum kembali fokus pada laptopnya. "Jam sepuluh, Mas."
Bayu dan keempat seniornya yang lain memandang Keyra dengan wajah kasihan. Sebenarnya bukan hal baru bagi mereka harus lembur hingga malam. Walau lembur mereka dikompensasikan dengan uang namun sesungguhnya tidak semuanya bisa diukur dengan uang. Bekerja dibawah Ryandra memang harus kuat dalam segala hal baik kesehatan tubuh dan mental. Maka dari itu Ryandra mampu membawa Algantara Group berkembang pesat.
Semua bekerja dengan fokus hingga bunyi pintu ruangan terbuka mengalihkan perhatian mereka semua sesaat kecuali Keyra. Keyra fokus memandang laptopnya namun dari ujung matanya ia bisa melihat pergerakan bosnya itu. Bosnya berjalan menuju meja kerjanya, Keyra mendesah pelan sambil membaca mantra dalam hati.
Jangan ke sini.. Jangan ke sini... Abaikan dia, Keyra.. Abaikannn...
Keyra berusaha fokus hingga Ryandra berhenti di depan meja kerjanya. Keyra mengangkat wajahnya dan memandang Ryandra dengan pandangan waspada.
"Report kamu sudah selesai?" tanya Ryandra dengan santai namun bagi Keyra entah mengapa nada yang keluar dari mulut bosnya terdengar menyebalkan ditelinganya.
Keyra menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan bosnya itu. "Resto Korea sudah, Pak. Resto Jepang sedang saya kerjakan reportnya. Bapak mau cek yang Korea dulu?"
Ryandra mengerutkan alisnya lalu melihat jam yang berada ditangannya. "Jam tiga yang Jepang selesai bisa?"
'Bisa! Bisa gila saya, Pak!' Jerit Keyra dalam hati namun Keyra berusaha tersenyum manis dan menjawab, "Saya usahakan ya, Pak."
"Wajib kamu usahakan dong, Ra. Itu artinya kamu fokus kerja," ucap Ryandra dengan nada menyebalkannya sambil memandangi ponselnya.
Hening. Wajah Keyra berubah gelap mendengar kalimat yang menurut Keyra sangat nyinyir itu. 'Gue lagi megang mouse nih. Lempar... enggak... lempar... enggak... emosi ya Tuhan...'
Ryandra memandang Keyra sesaat. "Jam tiga saya tunggu email dari kamu, Ra."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Ryandra pergi bergitu saja dari hadapan Keyra. Pria itu fokus mengetik sesuatu di ponselnya sambil berjalan meninggalkan ruangan. Semua karyawan yang tadinya menahan nafas mendengar percakapan Ryandra dan Keyra pun menghela nafas lega ketika Ryandra keluar dari ruangan mereka.
Hilman menghela nafas dengan suara yang terdengar jelas. "Sumpah ya! Tiap kalian ngobrol tuh bikin gua deg-degan. Lo sih udah kayak tom and jerry sama Si Bos, Key."
Keyra mendengus. "Lo kan tau gimana nyebelinnya si Gajah. Buset jam tiga. Dia pikir gw The Flash kali."
Bayu menimpali ucapan Keyra, "Muka lo udah kayak mau nelen dia, Key."
"Gue gak mau nelen gajah. Gue mau resign!" Keyra menjawab dengan emosi menggebu-gebu.
"Fokus, Key... Inget jam tiga dia minta report lo," Emily memperingatkan Keyra.
Keyra mendesah kesal dan fokus pada pekerjaannya. Keyra bahkan melewatkan jam makan siangnya demi memenuhi permintaan Ryandra. Keyra fokus hingga tepat pada jam tiga sore ia berhasil merampungkan reportnya dan mengirimkannya ke email Ryandra sekaligus membantu mengecek report Mila. Keyra menghela nafas lega ketika email sudah terkirim.
Ia pun pergi ke pantry dan mulai menyantap makan siangnya yang sangat-sangat terlambat itu. Keyra makan sendirian di dalam ruang pantry itu. Ruang pantry yang dikhususkan untuk divisinya itu terletak persis di sebelah ruangan.
"Baru makan?" Ryandra masuk ke dalam pantry dan duduk dihadapan Keyra sambil bersiap makan.
"Iya, Pak. Mana bisa nelen makanan kalo report saya belum kelar, Pak. Report saya gak kelar jam tiga nanti panjang urusannya." Keyra menjawab pertanyaan Ryandra sambil mengerutkan alis memperhatikan kegiatan bosnya saat ini. "Bapak juga baru makan?"
"Hmmm."
Keyra menahan diri melempar sendok yang ia pegang ke arah bosnya yang menjawab pertanyaan hanya dengan kata 'Hmmm' tapi mengingat posisi Ryandra adalah bos maka Keyra lebih memilih menahannya dan melanjutkan makannya dalam diam.
"Report Mila sudah kamu cek dulu? Dia sudah kirim ke saya juga tadi." Ryandra bertanya sambil mulai memakan makanan miliknya.
"Sudah, Pak." Keyra menjawab singkat.
Ryandra mengangguk kemudian terdiam sesaat."Good. Saya mau kasih..."
"Pak, ini jam makan siang saya loh. Saya punya hak satu jam buat makan siang. Jadi bisa nunggu saya selesai makan dulu baru bahas kasih kerjaan lagi, Pak?" Keyra memandang Ryandra dengan pandangan sengit.
Sementara Ryandra memandang Keyra dengan pandangan datar. "Yang mau kasih kerjaan siapa? Saya bukan mau kasih kerjaan."
Keyra malu sendiri dan salah tingkah. "Kalo bukan kerjaan, bapak mau kasih apa?"
"Saya mau kasih bonus... Tapi..." Ryandra menjeda ucapannya. "Gak jadi... Karena kamu udah ngeselin duluan," Lanjut Ryandra santai lalu melanjutkan kegiatan makannya.
Mendengar kata bonus, mata Keyra langsung berbinar-binar bahagia. Karyawan mana yang tidak berbinar-binar mendengar kata bonus? Sepertinya tidak ada. Lalu binar bahagia itu hilang ketika mendengar ucapan Ryandra selanjutnya. Binar bahagia itu berubah memelas. "Ya, maaf, Pak. Saya lapar jadi sensian. Bonusnya jangan di tarik dong, Pak."
Ryandra memandang sinis karyawannya itu."Urusan bonus aja cepet."
Keyra terkekeh dan dengan cepat menjawab cepat ucapan Ryandra. "Namanya juga karyawan, Pak. Kalo bonus mah cepet."
"Oke. Bonus keluar kalo kamu selesaiin sisa dua report yang masih belum. Kasih reportnya ke saya jumat ini ya, Ra."
Keyra terdiam. 'Ini hari rabu. Lah jumat mah lusa. Dua hari dua report? Wong edan!'
"Kenapa diam? Bisa, kan?" tanya Ryandra dengan nada menuntut.
Keyra menghela nafas panjang. "Bisa, Pak. Bisaaa...." Gila...
Ryandra memandang Keyra sambil tersenyum puas dan menyelesaikan makan siangnya. Selesai dengan makan siangnya, Ryandra bangkit dan memandag Keyra sejenak. "Inget hari jumat, dua report sisanya kirim ke saya. Saya janji bonus cair."
Keyra mengangguk. "Saya usahakan, Pak."
"Ya wajib kamu usahakan dong. Demi bonus, Ra. Inget demi BONUS." Ryandra mengucapkan kalimat itu dengan nada yang menurut telinga Keyra terdengar menyebalkan. Plus ada penekanan dikata 'bonus', Keyra merasa bosnya itu benar-benar sedang meledeknya. Keyra pun spontan mendelik mendengar ucapan Ryandra namun pria itu dengan santai meninggalkan ruangan pantry.
Kini Keyra sendiri dalam ruangan itu dan memandang makan siangnya yang tersisa setengah lagi. Nafsu makannya mendadak hilang memikirkan apa bisa dia menyelesaikan dua report dalam dua hari? Bisa sih kalau Keyra lembur dan fokus tanpa mengobrol dengan teman-temannya yang lain. Tapiiii dia baru kelar. Mau nafas sebentar gitu, santai sebentar, kerjain report gak usah buru-buru kayak dikejer tagihan bulanan. Masa baru kelar dua report udah muncul dua report baru yang harus dia kerjain. Mati dua tumbuh dua. Ugh!