Part 33

2475 Words
Luna memberenggut kesal saat tahu bahwa kedua sahabatnya secara kompak memberi saran agar ia langsung meminta maaf saja kepada Leo. Dan kekesalannya itu semakin menjadi saat dilihatnya Leo tiba di meja gadis berambut panjang itu dengan membawa nampan, yang di atasnya sudah terhidang satu buah piring berisikan nasi goreng, satu mangkuk bakso, dan dua buah gelas berisikan jus jeruk. Dalam benaknya Luna berkata, ini laki - laki niat banget ngerayu anak orang sampai ngebela - belain bawain makanan macam pelayan. Kalau sama kita - kita boro - boro mau kayak gitu. Maunya nitip doang! “Hai, Cantik. Lama ya nunggunya?” sapa Leo seraya mulai memindahkan apa yang ada di atas nampan, ke atas meja mereka. Si gadis berambut panjang yang pada awalnya sejak asyik dengan ponselnya, mendengar suara sapaan itu langsung mendongakan wajahnya. Menatap Leo dengan pendar mata penuh binar. Sepertinya gadis berambut panjang itu merasa tersentuh dan merasa di spesialkan oleh Leo hingga membuatnya terlihat begitu sangat bahagia itu. “Ya ampun. Kenapa sampe repot - repot dibawain segala, Leo? Aku kira kamu lama karena ke toilet atau ke mana dulu. Padahal kan bisa minta tolong sama Abang penjualnya buat dianterin. Duh, jadi nggak enak udah ngerepotin,” ucap Bunga, si gadis berambut panjang itu dengan tatapan tak enak hati. “Hehe. Santai aja. Aku harus memastikan pesanan kamu sesuai, terjamin kebersihan, dan sampai ke hadapan kamu dengan selamat dan tepat waktu. Kamu tenang aja. Nggak ngerepotin kok. Kamu masih inget kan apa yang aku bilang ke kamu waktu di lobi tadi?” ucap Leo dengan nada suara yang sangat terdengar lemah lembut, seraya sesekali melirikkan matanya ke arah Luna. Entah tujuannya untuk apa. “Apa yang kamu bilang ke aku waktu di lobi? Ucapan yang mana? Banyak banget soalnya. Manis - manis lagi. Hehe. Apa ucapan kamu yang ini yang kamu maksud? Anything for you, baby?” ucap Bunga seraya menyunggingkan senyuman manisnya. Membuat Leo terlihat gemas hingga membuatnya mengusap pelan puncak kepala Bunga. “Yaps, benar sekali. Anything for you, Baby.. Jadi apa pun akan dengan senang hati aku lakukan untuk kamu.” Leo berucap dengan sangat manis, dengan gerak tangannya yang mengusap lembut punggung tangan Bunga, dan dengan senyuman lebarnya yang tak kalah manis. Membuat siapa saya yang melihat aksinya saat ini pasti menatap iri kepada si tokoh perempuan. Iri karena ingin berada di posisi Bunga saat ini. Kedua pipi Bunga bahkan terlihat seperti dua buah tomat merah saking meronanya. Berbeda dengan ketiga gadis cantik yang berada tepat di depan meja mereka, menatapnya dengan tatapan yang berbeda dan sangat berlawanan. Bahkan seperti hendak muntah karena merasa mual. Perkataan Leo tadi semakin membuat Bunga merasa sedang diterbangkan tinggi. Siapa yang tidak terbawa perasaan jika diberi ucapan seperti itu oleh seorang laki - laki yang terlihat tampan, keren, dan menawan seperti Leo? Bunga bahkan sampai berpikir, di awal pertemuan mereka saja Leo sudah seromantis, perhatian, dan sebaik ini kepadanya. Apalagi kalau mereka sudah menjadi sepasang kekasih, bukan? Namun tak bisa dipungkiri, Bunga pun sebenarnya saat ini merasa bingung. Apakah pesonanya sedahsyat itu? Hingga berhasil membuat Leo, salah seorang most wanted boy di kampus ini seperti sangat menyukainya. Apakah laki - laki itu jatuh cinta kepadanya sejak pandangan pertama? Atau kah jangan - jangan laki - laki itu memiliki niat lain? Mengingat Bunga pun tahu bagaimana track record seorang Leo di kampus ini. Selain memiliki banyak peminat dikarenakan laki - laki itu memiliki paras yang rupawan, keren, dan berasal dari kalangan orang berada. Leo pun memiliki julukan lain yang tak kalah terkenal dari julukannya sebagai salah seorang most wanted boy. Yaitu si playboy, karena kepandaiannya dalam menakhlukkan hati perempuan. Bunga jadi bertanya - tanya. Apakah ia saat ini termasuk salah satu korbannya? Korban Leo.. Atau apa yang laki - laki itu perbuat sejak tadi merupakan sebuah ketulusan? Yang artinya laki - laki itu betul - betul menyukainya sejak pandangan pertama mereka? “Hah! Apa pun itu bagaimana nanti saja lah. Yang penting apa yang terjadi sekarang aku nikmati dulu,” ucap Bunga dalam hati, seraya mengendikkan kedua bahunya dengan tatapan yang masih tertuju ke arah Leo. Dan dengan senyuman manis yang masih bertahan di kedua daun bibirnya. “Geli banget nggak sih, guys?” ucap Luna pelan kepada kedua sahabatnya. Tanpa sadar mereka seolah sedang menonton sebuah drama romantis secara live. Mendengar ucapan itu, Ana dan Clarissa hanya bisa menganggukkan kepalanya setuju, dengan pendar mata yang sesekali kembali menatap ke arah Leo dan Bunga. Meski terasa geli, rasanya asyik juga melihat interaksi mereka. “Aku baru tau kalau ternyata Leo bisa semanis itu,” celetuk Clarissa yang berhasil membuat Luna memelototkan kedua matanya ke arahnya. “What? Aku nggak salah denger? Jangan bilang kamu ikutan baper?” tanya Luna dengan raut wajah terkejutnya. “Apaan sih. Nggak juga. Ya, cuma ngerasa nggak nyangka aja.” Luna menatap takjub ke arah salah satu sahabatnya itu, setelah mendengar penuturan singkatnya.“Kamu nggak nyangka dia ternyata orangnya kayak gitu?” tanya Luna bermaksud untuk memperjelas maksud dari ucapan Clarissa barusan, yang langsung diangguki Clarissa dengan sekali anggukan. “Wah.. kamu ke mana aja kalau gitu, Sa?! Kemarin - kemarin sebelum aku dan dia marahan si ikan lele itu selalu ngegombalin aku setiap paginya lho. Dan bukan hanya aku, tapi perempuan yang lain juga. Aku ngomong bukan asal ngomong aja ya, karena aku sering mergokin dia kayak gitu dengan mata kepala aku sendiri. Tebar pesona terus deh pokoknya. Jadi, playboy banget kan dia?” entah kenapa saat menjelaskan ini Luna terlihat sangat antusias. Dengan nada suara yang terdengar sangat menggebu - gebu meski bersuara pelan, mengingat orang yang sedang mereka bicarakan saat ini berada tepat di meja depannya. “Wkwkwk. Keliatan banget ya kalau kamu nggak suka sama dia? Nyinyirnya itu lho. Udah kayak netizen!” komentar Ana yang disetujui oleh Clarissa, terlihat dari anggukan anggun gadis cantik itu. keduanya bahkan terkikik pelan setelah itu. Membuat Luna hanya bisa mendengus kesal melihatnya. “Aduh! Maaf banget ya, Leo. Aku beneran nggak sengaja.” Suara gaduh yang kembali terdengar dari arah meja di depannya, membuat Luna dan kedua sahabatnya kembali memfokuskan diri ke arah mereka. Dapat dilihat dengan jelas oleh ketiganya, saat ini Bunga sedang berusaha untuk membersihkan tumpahan jus jeruknya di ujung kaos dan celana yang Leo kenakan dengan menggunakan tisu. “Hehe, nggak papa santai aja. Udah - udah biar sama aku aja. Kamu lebih baik lanjutin aja makan nasi goreng kamu. Katanya sebentar lagi jam kuliah pertama kamu akan segera dimulai kan?” ucap Leo seraya menahan gerak tangan Bunga yang kini sedang berusaha membersihkan kaos yang dikenakannya. Tadi tanpa sengaja, tangan Bunga menyenggol jus jeruk miliknya hingga menumpahi ujung kaos dan celana Leo. Mungkin dikarenakan efek grogi karena sesekali Leo menatapnya dengan tatapan tajam lagi dalam. Mengetahui itu tentu saja Bunga panik. Tanpa berlama - lama lagi gadis berambut panjang itu langsung menggeledah isi tasnya untuk mencari tisu. Dan setelah menemukannya, Bunga berinisiatif untuk langsung mengusapkannya ke ujung kaos yang Leo gunakan. “Aku ngerasa bersalah banget. Maafin aku ya.. aku beneran nggak sengaja! Suer deh!” Mendengar kalimat penuturan itu, Leo terkekeh pelan di tempat duduknya. Membuat Bunga mengernyitkan kening heran saat melihatnya. “Hehe. Iya.. aku tau kok kamu nggak sengaja. Ya kali kamu sengaja numpahin jus kamu ke aku? Tujuannya buat apa coba? Yang ada kalau beneran kayak gitu aku akan marah. Hehe. Jadi it’s oke! Aku nggak papa oke. Nanti setelah ini aku bersihin di kamar mandi aja.” Apa yang Bunga lakukan setelahnya sungguh membuat seorang Leo merasa kebingungan. Setelah ia berusaha menenangkan gadis berambut panjang itu dengan kata - katanya, bukannya Bunga merasa tenang dan lega, tapi justru gadis itu menangis dengan tiba - tiba. Wajah cantiknya perlahan mulai dibanjiri dengan derai air mata. Isakan tangisnya pun bahkan sesekali terdengar. Membuat Leo tak hanya dibuat bingung, tapi juga dibuat pusing memikirkan apa dan harus bagaimana ia menenangkan gadis cantik itu kembali. “Lho? Kamu kok malah nangis.. Kenapa? Aku tadi salah ngomong ya?” Mendengar pertanyaan itu Bunga hanya menggelengkan kepalanya singkat sebagai jawaban. Dan Leo, tentu saja semakin dibuat bingung karenanya. Kalau bukan karena ucapannya, lalu karena apa gadis cantik itu menangis? Secara tiba - tiba Leo teringat akan sebuah film yang ia tonton beberapa hari yang lalu. Kejadiannya memang tak sama persis, tapi bagian seperti ini nampak jelas dalam ingatannya. “Kalau di film, biasanya penyebab si tokoh yang tiba - tiba nangis tanpa sebab itu karena kakinya nggak sengaja diinjek oleh lawan mainnya. Apa yang sekarang sedang terjadi kasusnya sama seperti itu? Kalau iya asli deh. Aku malu banget,” ucap Leo dalam hati, kemudian mulai mengalihkan pandangan matanya ke arah bagian bawah meja. Lebih tepatnya ke kolong meja, tempat di mana kedua kakinya dan kedua kaki Bunga kini berada. Leo dapat bernapas lega saat sebuah fakta menunjukkan bahwa kekhawatirannya beberapa saat lalu itu salah. Saat dilihatnya, kedua kakinya berada dalam situasi aman, begitu pun dengan kedua kaki Bunga. Tapi perasaan lega itu tak berlangsung lama saat isakan tangis Bunga kembali terdengar di telinganya. Gadis cantik berambut panjang itu rupanya masih menangis. “Udah dong nangisnya. Aku takut orang - orang salah paham ngeliatnya. Nanti dikiranya kamu nangis gara - gara aku lagi. Hehe. Udah, ya? Cup cup cup,” ucap Leo seraya menggerakkan tangan kanannya untuk menepuk - nepuk pelan punggung tangan Bunga, berusaha untuk membuat Bunga menghentikan tangisannya. “Aku hanya nggak enak hati sama kamu karena udah bikin kaos dan celana kamu basah ketumpahan jus punyaku. Jam kuliah pertama kamu kan juga nggak beda jauh sama aku. Sama - sama sebentar lagi kan? Gimana dong, mau dibersihin kayak gimana juga hasil akhirnya nggak akan seperti semula. Mungkin berbekas dan terasa lengket. Kecuali kalau bener - bener dicuci pake sabun cuci. Maafin aku ya, Leo. Maaaaf banget. Hiks, hiks.” Kini Leo akhirnya tahu apa penyebab sebenarnya gadis cantik itu tadi tiba - tiba menangis tanpa sebab. Ternyata Bunga sangat perhatian dan memikirkannya. Membuatnya sedikit merasa tersentuh saat sadar bahwa gadis cantik berambut panjang itu menangis karena merasa bersalah kepadanya, serta terlalu mengkhawatirkannya. “Ternyata itu toh alasannya. Aku ada seragam futsal kok di tas. Kebetulan pulang kuliah nanti mau futsal bareng temen - temen di lapangan. Jadi udah ya nangisnya. Aku nggak papa kok,” ucap Leo berusaha meyakinkan Bunga agar gadis cantik itu kembali tenang. “Hehe.. Tapi nanti kamu aneh sendiri, Leo.” Menakjubkan! Bunga baru saja terkekeh pelan di sela - sela ucapannya dengan masih menangis. Membuat Leo merasa takjub atas tingkah uniknya. Bagaimana bisa gadis cantik itu tertawa renyah seperti tadi di sela - sela tangisannya? Lucu sekali dia. “Iya juga ya? Ah nggak papa lah sekali - kali tampil beda. Orang ganteng plus keren kan mau kayak gimana aja pasti tetep keren. Iya, nggak? Hehe.” “Iya juga,” ucap Bunga yang pada akhirnya mulai terlihat tenang. Derai air matanya sudah berhenti mengalir, dan senyuman manisnya kembali terbit menghiasi wajah cantik berserinya. “Nah gitu dong. Aku kan jadi tenang sekarang. Oh ya, aku suka sama kepribadian kamu. Di saat perempuan lain mungkin merasa masa bodoh setelah berbuat salah, kamu justru meminta maaf berulang kali secara langsung bahkan sampai menangis seperti tadi. Kamu tau? Itu hal yang cukup sulit lho dilakukan. Nggak semua orang termasuk aku bisa seperti itu,” ucap Leo memuji Bunga dengan tulus. “Kamu ini bisa aja. Kebetulan aku sejak kecil dididik untuk berani mengaku salah dan meminta maaf. Awalnya memang berat sih. Apalagi kalau anak kecil kadang pengennya semaunya sendiri. Tapi alhamdulillah aku bersyukur. Setelah aku mencoba sekali untuk mengamalkannya, selanjutnya jadi ketagihan dan merasa terbiasa. Bikin tenang lho efeknya. Jadi lega aja gitu karena nggak merasa dikejar - kejar rasa bersalah. Dan setelah aku cari tau dari beberapa artikel, ternyata meminta maaf itu penting lho untuk kita lakukan. Kita tau sendiri kalau yang namanya manusia itu pasti nggak luput dari yang namanya berbuat salah. Ya walaupun berat ngejalaninnya, tapi percayalah kalau itu lebih baik dari pada memilih abai.” “Mmm, aku juga pernah baca buku yang berjudul the power of apology. Di dalam bukunya si penulis mengungkapkan bahwa meminta maaf itu nggak boleh dianggap sepele. Karena apa? Karena ada makna besar di balik tindakan meminta maaf itu. Kamu tau? Permintaan maaf itu bukan hanya kebaikan sosial, tapi sesuatu yang manusia lakukan untuk bersikap sopan. Menunjukkan bahwa kita peduli terhadap perasaan orang lain. Menunjukkan bahwa kita mampu mengambil tanggung jawab atas apa yang kita lakukan, dan tentunya dapat meredakan amarah seseorang.” “Alasannya pun nggak hanya sampai di situ. Kenapa kita harus berani minta maaf, karena kita pun harus ingat bahwa hukum timbal balik itu pasti berlaku. Untuk diri kita pribadi, dengan meminta maaf artinya kita sudah mengurangi beban yang dapat menghantui pikiran. Mmm, bilang maaf itu simple kan? Tapi percayalah itu sangat bermakna, baik buat diri kita sendiri mau pun orang yang bersangkutan. Dan kalau kita sudah terbiasa dalam hal meminta maaf terlebih dulu, kita akan lebih bijaksana. Juga, melatih diri kita agar tidak terbiasa dalam mengedepankan gengsi. Oh ya, ngomong - ngomong soal gengsi, kamu setuju nggak kalau salah satu faktor terbesar yang membuat seseorang itu susah meminta maaf adalah sifat gengsi yang mereka miliki?” “Setuju banget! Kebanyakan sih karena itu. Dan kayaknya juga susah banget buat diilangin.” “Yaps! Dan itu tuh pastinya akan berdampak buruk bagi diri kita suatu saat nanti. Jadi ya solusinya, kita harus coba buat membiasakan diri, meminta maaf kepada orang lain yang kita sakiti. Lawan aja itu rasa gengsinya. Karena aku yakin, lama kelamaan semua gengsi yang selalu menopang hidup kita pasti akan sirna dengan sendirinya. Dan kita pastinya akan menjadi seseorang yang memiliki pribadi yang cukup berkualitas pula. Juga, membuat kita menjadi lebih dewasa.” Bunga mengakhiri ucapan panjang lebarnya dengan senyuman manis yang dapat menenangkan hati siapa saja yang melihatnya, termasuk Leo dan kedua sahabatnya Luna yang sejak tadi memerhatikan dan mendengarkan semua ucapannya dalam diam. “Wah. Aku nggak nyangka lho kamu ternyata sekeren ini,” ucap Leo seraya menggeleng - gelengkan kepalanya beberapa kali. Ia merasa tak takjub, tak menyangka, hingga membuatnya tak tahu lagi harus berkata apa. “Jangan berlebihan. Rasanya aku ini biasa aja kok. hehe,” ucap Bunga seraya tersipu malu. “Kamu ini selain keren ternyata rendah hati juga ya. Aku semakin kagum lho sama kamu. Apalagi saat kamu ngejelasin soal berani mengaku salah, berani meminta maaf, dan soal melatih diri agar tidak dikuasai oleh gengsi. Aku seratus persen setuju sama kamu. Fix no debat! Karena orang - orang yang bisa ngelakuin itu adalah orang yang berjiwa besar. Bahkan yang usianya sudah bisa dikatakan dewasa pun belum tentu bisa ngelakuin itu.” “Cukup sudah! Kedua kupingku sudah sangat panas rasanya.” Luna yang sejak tadi diam tiba - tiba menggeram kesal di tempat duduknya, dengan pandangan mata yang terus tertuju ke arah depan. Ia kemudian bangkit berdiri dengan amarah yang sangat terlihat jelas dari wajahnya, dan—
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD