Pintu kamar gadis itu pun tiba-tiba terbuka yang pada saat itu datanglah seorang perempuan paruh baya. “Rhe, kamu kenapa teriak-teriak? Tadi kenapa ada yang maksa? Ada orang di sini?” Gadis itu pun ternganga melihat ibunya sampai memasuki kamarnya. Dia pun menggeleng. “Eng—enggak ada kok, Bun.” Anissa duduk di samping putrinya itu. Dia mengelus rambut putri sulungnya itu. “Kamu kenapa sih? Kok sampai keringetan ngos-ngosan gitu? Apa, kamu habis mimpi?” Rheana memeluk ibu kandungnya itu. Dia mengusel dibenaknya. “Bunda, aku mimpi pernikahanku buruk dengan dokter Ari. Aku takut banget Bunda, suatu hal akan terjadi padaku.” Anissa pun terkekeh dengan ungkapan putrinya yang seakan menjadi korban kejahatan. “Kamu nih terlalu banget mikirin calon suamimu yang negatif. Makanya, kamu sampai se