Ari yang spontan mendengar gadis itu berteriak kencang segera membungkam mulutnya dari belakang. Rheana juga sama tak kalah terkejutnya. “Bisa gak sih, kamu gak usah berisik! Udah malam ganggu orang istirahat aja,” bisiknya dengan menekan. Tangan Rheana segera melepaskan tangan Ari yang membungkam mulutnya dengan paksa. Dia pun menunjuk, “Hai, harusnya kamu jangan membuat orang berteriak! Main pegang-pegang leherku, nggak sopan tahu gak!” “Saya hanya mau membantu kamu melepaskan gaun.” Rheana mengangkat kedua alisnya. Dia selalu berpikir negatif dengan Ari sebab apa yang dilakukan selalu berimbas kepada dirinya dan selalu tidak enak dalam arti Ari selalu memenangkan peperangannya. “Ck, kamu mau? Nggak butuh!” telunjuk gadis itu bergeleng. Ari menyedakapkan kedua tangan di dadanya.