Sore hari, Kafi telah kembali ke kos. Ia duduk di teras rumah Babe Danu yang masih sepi. Karena sumber keramaian belum pulang dari kampus.
Tidak berapa lama, suara motor mendekat bersama dengan gadis super cuek and super nyeleneh yang pernah Kafi kenal.
"Tumben udah pulang ?" Tanya Kafi pada Maya yang baru turun dari motor dengan gaya bak satria baja hitam.
"Iya ni Mas, dosennya lagi pacaran ke bulan, bahasa kerennya hunimon," ucap Maya asal seperti biasa.
"Honeymoon kali May," celetuk Babe yang baru keluar rumah sambil membawa pisang goreng untuk Kafi.
"Busett deh, Babe bahasa inggrisnya pro," ucap Maya sambil mengacungkan dua jempol tanda salut.
"Itu, si bu Enjel, tiap beli ikan, selalu saja pakai bahasa inggris, jadi babe dikit-dikit belajar," kekeh Babe teringat pada pembeli yang bernama asli ajeng tapi lebih suka dipanggil Enjel biar keren.
Mereka bertiga kompak tertawa
"Eh gimana hari ini, Mas ?" Tanya Maya dengan semangat, tentang wawancara kerja Kafi.
"Apanya yang gimana ?" Tanya Kafi sambil mengambil pisang goreng buatan Babe Danu.
"Kerjanya lah," jawab Maya sembari mengambil kopi buatan Babe lalu menyeruputnya dengan penuh penghayatan.
"Besok suruh balik lagi, Mas diminta gantiin sekretaris bos yang lagi sakit. Kalau sekretaris sudah sembuh, ya enggak tahu lagi," jelas Kafi sambil mengunyah pisang goreng yang mengingatkan pada kampung halamannya.
"Kerja yang baek, siapa tahu itu bos berubah pikiran dan ngangkat elu jadi asistennya," ucap Babe Danu bijak, yang dibalas anggukan Kafi dan juga amiin yang kencang di dalam hatinya.
"Mas ... temenin ke Coffe shop yuk, teman-teman pada ngajakin. Tapi mereka pada bawa gebetan. Lah aye kagak punya gebetan. Niatnya mau ngajak Babe, tapi takut kalau Babe malah nyari emak baru, ogah punya ibu tiri," kekeh Maya sambil melihat ke arah Babenya yang juga ikutan tertawa.
"Babe nunggu elu nikah aja lah, bawain mantu buat Babe. Kayak Kafi gini Babe demen, tapi sayang, Kafi kagak demen tipe kayak elu," canda Babe yang membuat Maya ikutan tertawa.
"Emang Babe tahu, tipe nya Mas Kafi ?" Tanya Maya sambil melirik ke arah Kafi yang juga ingin tahu, apa Babe bisa menebak tipe yang disukainya.
"Yang cantik, yang baik, yang enggak kayak petasan kalau ngomong, enggak semaunya sendiri, yang anggunlah," tebak Babe sambil menatap Kafi untuk mengoreksi tebakannya.
"Aye kagak masuk hitungan itu Be," kekeh Maya sambil memasukan potongan pisang goreng kedua ke dalam mulutnya.
"Maya cantik dan juga baik, kalau yang lain-lain itu kan emang udah sifat alami." Kafi memuji Maya yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri.
"Hahaha ... cantik dari hutan, kulit dekil gini diblilang cantik," kekeh Maya yang juga disambut tawa Babe.. Tapi apa yang Kafi katakan memang benar, Maya cantik dan baik, hanya saja gayanya yang super cuek.
"Noh, Mas Kafi belum koreksi tebakan Babe itu. " Maya masih kepo pada wanita idaman Kafi.
"Kalau sudah ketemu yang klik, ya itulah pendamping hidup." Jawaban Kafi diluar pikiran Maya dan Babe.
"Idih ... jawaban enggak pasti," balas Maya yang hanya di balas kekehan ringan Kafi.
Kafi terlihat bahagia, walau jauh dari kedua orang tuanya, tapi bapak kos nya begitu baik padanya. Menganggap Kafi seperti anaknya sendiri.
Sementara itu, di tempat lain, tampak Fara yang gagal terbang karena Papinya tiba-tiba masuk rumah sakit.
Fara sedang duduk menunggui Papi yang terlihat tidur nyenyak akibat pengaruh obat.
Wajahnya sedikit kesal, karena beberapa kali menelepon Luis, tapi nomor yang dituju sedang tidak aktif. Ia ingin mengabarkan jika dirinya tidak jadi terbang karena Papi masuk rumah sakit. Tapi kekasihnya itu seperti ditelan bumi.
"Kenapa wajahnya ditekuk begitu sih sayang ...?" Tanya Mami yang sedari tadi melihat putri semata wayangnya gusar dan juga mengomel sendiri.
"Ini Mi, nomor Luis enggak aktif sedari tadi, padahal Fara ingin mengabari dia, kalau Fara enggak jadi terbang karena Papi masuk rumah sakit. Tapi dia kayak ditelan harimau," cerocos Fara ngasal.
"Aduh sayang ... kamu itu ya, kalau ngomong enggak pakai kadar grammar yang bagus sedikit sih,ucapan itu do'a lo," kekeh Mami sedikit terhibur, yang sebelumnya sempat stress karena Papi yang tiba-tiba masuk rumah sakit. Enggak ada angin enggak ada hujan, Papi tiba-tiba pingsan di kamar. Kata Dokter Papi kelelahan, karena memang Papinya sedang senang-senangnya memancing bersama teman-temannya, sehingga terkadang lupa waktu.
"Mi, Fara pamit dulu ya, mau cari kopi. Mami pesan apa ?" Tanya Fara sebelum beranjak.
"Enggak, Mami masih kenyang. Pingin rebahan aja sekarang," ucap Mami lalu mulai memposisikan tubuhnya untuk rebahan.
Fara segera keluar ruang perawatan Papi. Mami geleng-geleng kepala pada putrinya tersebut. Terlihat dingin saat di kantor atau pada lawan, tapi saat bersamanya seperti ini, Fara selalu bisa menghibur dengan mulut pedas manisnya.
Sebenarnya Mami enggak terlalu suka pada Luis, tapi menghadapi Fara yang keras kepala, tidak bisa pakai cara keras. Entah mengapa Mami merasa Luis hanya sekedar memanfaatkan Fara.
Fara yang sedang kesal karena tidak tersambung panggilannya, berbanding terbalik dengan Luis yang saat ini sedang bersenang-senag bersama Jane. Mereka menikmati permainan ranjang yang membuat kamar Jane penuh desahan nikmat yang menggelitik.
Luis yang tidak bisa menyentuh Fara, menyalurkan hasratnya pada Jane, sekretarisnya, yang menyambut baik rayuan gombalnya. Tapi Luis tetap menggunakan pengaman, untuk menjaga rahasianya agar tetap aman. Yang penting ia puas walau tidak bisa menyentuh Fara.
"Berapa lama nenek lampir itu di luar negeri ?" Tanya Jane setelah pelepasan mereka, sambil berbaring di atas d**a Luis.
"Hehe ... Satu minggu, tapi biasa molor sih," kekeh Luis pada panggilan Jane untuk Fara.
"Baguslah, jadi kita bisa bermesraan seperti ini setiap hari, tanpa mendapat panggilan dari si nenek lampir itu," oceh Jane yang memang suka kesal pada gaya Fara yang dingin dan juga arogan pada siapapun yang tidak disiplin. Beruntung Fara memiliki trauma, jadi dirinya bisa selalu mendapatkan sentuhan Luis, walau belum ada ikatan. Hanya saja, Luis sudah berjanji akan menikahinya walau secara sirri.
Kembali pada Fara yang sat ini sedang membawa mobilnya mencari coffe shop. Tapi tiba-tiba Fara segera berbelok dan berhenti. Sepertinya, ada gangguan pada mobilnya. Fara mulai kesal lagi, mobil tua miliknya yaitu Holden Kingswood ini memang selalu begitu. Padahal banyak berjejer mobil bagus di garasi, namun Fara masih saja suka memakai mobil tua milik kakek tersebut. Mobil yang populer di era 1980-an itu, mengusung mesin berkapasitas 2.500 cc. Desainnya yang maskulin menjadi nilai plus bagi mobil klasik retro ini. Dengan mengendarai mobil ini, rasanya seperti bepergian bersama Kakek yang kini telah tiada.
Ia lalu turun dan mulai mengomel sendiri sambil mencoba menelepon orang bengkel langganannya untuk menderek mobilnya.
Tiba-tiba ada mobil pick up yang mendekat.
"Ada yang bisa saya bantu ?" Suara seseorang menyapa Fara sambil mengeluarkan kepala dari dalam mobil.
Rasanya seperti dejavu, melihat orang yang sama dengan pertanyaan yang sama, dan momen yang sama, hanya beda tempat saja.
"Eh, kamu yang waktu itu kan ? bisa kebetulan begini ya," ucap Fara melihat Kafi dan juga gadis yang pernah menolongnya dari gangguan preman.
"Mobilnya mogok lagi, Bu Fara ?" Tanya Kafi sambil keluar dari dalam mobil. Kafi masih mengingat baik wajah dan nama Fara. Karena Fara juga ia berjumpa Arsen yang memintanya untuk bekerja, walau untuk sementara.
"May, coba lihat dulu mobilnya," pinta Kafi pada Maya yang biasa membantu Babe kalau mobil mogok.
"Enggak usah, aku sudah telepon bengkel yang biasa ngurus ini mobil," tolak Fara, karena tidak ingin merepotkan.
"Ibu mau kemana, biar kami antar ?" Tawar Maya pada Fara.
"Panggil saja Fara, terlalu tua rasanya dipanggil Ibu," ucap Fara pada Maya.
"Kak Fara saja, biar lebih sopan," balas Maya yang dibalas anggukan Fara.
"Aku mau cari kopi, setelah itu kembali ke rumah sakit, karena Papiku lagi sakit," jawab Fara setelahnya.
"Wahhh ...kebetulan, kami juga mau ke Coffe shop, barengan saja, tapi maaf, mobilnya bau ikan." Maya terkekeh pelan saat mengatakannya.
"Tidak masalah, " ucap Fara yang akhirnya naik mobil pick up dengan aroma ikan milik Maya. Ia duduk di samping jendela dan Maya berada di tengah. Tidak ada pembicaraan.
Mereka tiba di tempat yang ingin didatangi Maya. Tampak teman-teman Maya sudah berdatangan. Maya bergabung bersama teman-temannya, sedangkan Kafi duduk bersama Fara.
"Roti kacang itu kelihatan enak," tunjuk Kafi pada Fara yang menggeleng pelan.
"Aku memiliki alergi pada kacang dan juga udang." Kafi mengangguk lalu mulai memesan yang lain.
Saat sedang menunggu pesanan datang, kedua netra Kafi tidak sengaja menangkap momen mesra dua pasang sejoli yang baru memasuki Coffe shop. Siapa lagi kalau bukan Luis dan juga Jane.
Luis terlihat kaget, melihat Fara yang duduk disana. Fara tidak menyadari kehadiran Luis. Dengan cepat Luis menyeret Jane agar keluar dari Coffe shop dibawah tatapan heran Kafi.
"Kamu lihat apa ?" Tanya Fara mengikuti arah pandang Kafi. Tapi Luis dan Jane sudah pergi.
"Tidak apa-apa," jawab Kafi sambil menatap Fara.
Mereka menikmati pesanan hingga supir Fara datang menjemput.
"Aku pergi dulu, sampai jumpa lagi." Fara melambai pada Maya lalu segera pergi dibawah tatapan rasa bersalah dari Kafi, yang tidak memberitahu kedatangan Luis dan Jane tadi.
Tapi, itu lebih baik, bukan ? karena itu bukan urusan Kafi.