Bab 14 : Aneh

1393 Words
Hari bangkit dari duduknya dan bergeser ke arah sofa tunggal yang terletak di bagian ujung. Tapi sebelum ia benar-benar mendudukan diri di sana ia sempat mengulurkan tangannya lebih dulu sembari memberi ucapan selamat untuk Jaehyun juga Eunbi.  "Selamat untuk kalian berdua," ucap Hari lirih.  "Terima kasih," Eunbi menyambut uluran tangan Hari dengan senyum canggung.  Suasana hening sejenak juga terasa canggung, Song Hari menundukan kepalanya dalam-dalam membuat beberapa orang yang ada di sana menatap dengan iba.  Baru saja Jaehyun akan bersuara isak kecil dari si gadis Song terdengar lebih dulu. Ia kemudian mengangkat wajahnya setelah sebelumnya menghapus jejak-jejak air mata yang sebenarnya masih bisa terlihat dengan jelas.  Tentu hal yang wajar jika Song Hari menangis. Ia pasti merasa sakit hati juga kecewa atas apa yang terjadi, terlebih persiapan pernikahannya dengan Jaehyun telah mencapai persiapan yang cukup matang.  Namun setelahnya gadis itu tersenyum lebar. Ia tersenyum seolah tidak terjadi apapun. Hari bahkan terlihat baik-baik saja  meski perjodohannya telah dibatalkan. Hal itu kian membuat rasa heran muncul di benak Eunbi. Ia tentu saja heran dengan Hari yang bisa dengan cepat mengubah ekspresinya secara ekstrem. Tapi di sisi lain ia juga berpikir mungkin saja itu hanya tipuan yang dibuat Hari supaya mereka semua menganggap gadis itu benar-benar dalam kondisi baik-baik saja.  "Maaf sebelumnya. Tapi saya rasa saya sudah tidak memiliki kepentingan apapun lagi di sini, jadi saya akan ijin untuk pulang," ujar Hari.  Tuan Han mengangguk kecil. Pria baya itu sekali lagi menyampaikan permintaan maaf pada Hari juga berpesan pada gadis itu untuk menyampaikan permintaan maafnya kepada sang Ayah sebelum ia melakukan permintaan maaf secara formal.  Hari mengangguk, setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan tiga orang lainnya dengan keadaan canggung.  Tuan Han berdiri, pria baya itu sempat melihat sebentar ke arah putranya juga Eunbi. Hembusan napas terdengar jelas dari Tuan Han sebelum pria baya itu beranjak pergi dari sana.  Tidak lama setelahnya Nyonya Han beserta Yoona datang menemui Jaehyun juga Eunbi, pasangan Ibu dan anak itu bertanya perihal apa saja yang terjadi beberapa saat lalu.  Jaehyun menjelaskan dengan apa adanya, ia mengatakan jika perjodohan nya dengan Song Hari telah batal meski belum secara resmi. Maksudnya, pihak keluarga Song belum diberitahu secara formal.  "Semoga ini adalah keputusan terbaik," ucap Nyonya Han lirih.  Setelahnya Eunbi juga Jaehyun berpamitan. Keduanya sempat tersenyum canggung tatkala Nyonya Han menyinggung soal pernikahan. Wanita baya itu  berpesan untuk segera melangsungkan acara pernikahan mengingat usia kandungan Eunbi yang kian bertambah. Wanita baya itu tidak mengetahui jika yang terjadi sebenarnya adalah, Jaehyun juga Eunbi telah menikah meski secara kontrak dan diam-diam. Dalam perjalanan pulang tak ada percakapan berarti yang terjadi. Jaehyun fokus pada kemudi juga jalanan di depannya yang tampak lengang, sedang gadis di sampingnya sempat men curi-curi pandang ke arah pria itu. Ia terlihat ingin bertanya sesuatu tapi ragu.  Sebenarnya Jaehyun sendiri sadar jika Eunbi sejak tadi bertingkah agak aneh, tapi pria itu berpura-pura tidak sadar. Ia menunggu apa yang sekiranya akan dikatakan Eunbi atau ditanyakan oleh gadis itu padanya. Deheman keras Kwon Eunbi jadi hal pertama yang terdengar setelah suasana hening beberapa waktu, gadis itu terus berdehem beberapa kali sembari melirik sekilas ke arah Jaehyun.  Sedang si pria bermarga Han itu hanya mengulas senyum tipis. Sepertinya ia tahu maksud danntujuan Kwon Eunbi sampai berdeham beberapa kali. Gadis itu mencoba menarik perhatiannya, mungkin ia ingin agar Jaehyun yang lebih dulu bertanya sesuatu padanya.  "Ya, Han Jaehyun." Jaehyun melirik sekilas setelah berdehem sebagai sahutan. Eunbi melihatnya beberapa saat sebelum gadis itu benar-benar mengatakan apa yang sejak tadi menganggu benaknya.  "Apa yang kita lakukan pada Song Hari tidak keterlaluan?" Pertanyaan Eunbi membuat Jaehyun tergelitik untuk menyahut, ia penasaran apa yang membuat gadis itu sampai berpikir demikian.  "Maksudmu?" "Apa kau benar-benar tidak menyukai Song Hari? Maksudku kau sebegitu inginnya untuk membatalkan perjodohan kalian. Tapi saat batal tadi kau melihat Hari dengan wajah kasihan, kau terlihat begitu peduli dengannya." Jaehyun diam. Pria itu memikirkan pertanyaan Eunbi dengan baik.  Sebenarnya bukannya ia tidak menyukai Song Hari apalagi membenci gadis itu. Ia juga tidak mau menampik jika dirinya memang peduli dengan Hari, hal itu disebabkan karena mereka pernah menjadi teman baik.  Mereka pernah tumbuh bersama dan berbagi kasih sayang sebagai teman. Jaehyun sendiri tidak mau menjauhi apalagi melupakan kenangan mereka dahulu, karena bagaimanapun juga nama Song Hari termasuk bagian penting dari masa lalunya.  Meski di sisi lain ia juga amat tidak menyukai sikap protective sekaligus egois dari gadis itu sendiri.  "Aku hanya tidak ingin dikekang," jawab Jaehyun pada akhirnya. Ia lebih memilih untuk memendam alasan yang sebenarnya mengapa ia begitu getol berusaha untuk membatalkan perjodohan itu seorang diri.  Eunbi mengangguk saja meski sebenarnya ia masih belum percaya. Jika Jaehyun memang hanya sekadar tidak ingin mendapat kekangan, kenapa ia harus berusaha begitu keras? Ia bisa saja pergi dari rumah untuk sementara waktu atau membicarakan soal pemikirannya pada orang tuanya.  "Lalu apa rencanamu selanjutnya? Keliahatannya Ayahmu tidak terlalu menyetujui keputusanmu itu," tanggap Eunbi lagi.  "Kita pikirkan nanti saja," sahut Jaehyun tidak yakin.  Hal yang selalu menjadi peer untuk Han Jaehyun tiap kali merencanakan sesuatu yang menyangkut soal Ayah-nya, ia pasti akan kesulitan untuk meyakinkan Tuan Han tentang pilihannya. Entah apapun itu.  *** Pagi menjelang di kediaman Han Jaehyun. Eunbi sudah siap dengan tas kecil yang tersampir di pundak. Ia sekali lagi mengecek penampilannya yang saat ini mengenakan sweater berwarna abu-abu juga celana jeans panjang.  Dengan gesit wanita itu menuruni tangga. Didapatinya Jaehyun yang tengah menyantap sarapan sambil menonton televisi. Omong-omong Jaehyun sudah tahu Eunbi bekerja sebagai asisten pribadi Oh Jinwoo. Sewaktu dalam perjalanan kembali dari kediaman keluarga Han, pria itu menginterogasi Kwon Eunbi dengan banyak pertanyaan setelah si gadis Kwon selesai bertanya soal rencana mereka selanjutnya. Hingga mau tak mau Eunbi mengaku. Jaehyun melirik Eunbi sekilas lalu kembali acuh, ia bersikap agak aneh sejak semalam. Lebih tepatnya setelah Eunbi mengaku -terpaksa- jika ia menjadi asisten pribadi Oh Jinwoo.  Eunbi sendiri tidak ingin ambil pusing. Ia melangkah ke arah dapur, lalu menyapa Jin Ahjumma yang tengah membereskan beberapa barang. "Nona ada masalah dengan Tuan Jaehyun?" tanya Jin Ahjumma pelan. Eunbi menggeleng, keduanya memang tidak sedang memiliki masalah 'kan? Yang ada mereka sedang terlibat kerja sama.  "Memang kenapa Bi?" tanya Eunbi penasaran.  "Tidak apa-apa, sejak saya datang pagi tadi Tuan Jaehyun terlihat agak murung. Saya rasa mood Tuan Jaehyun sedang tidak baik," jelas Jin ahjumma pelan.  Eunbi terdiam. Mood Jaehyun buruk? Kenapa? Padahal semalam pria itu baik-baik saja, memang ia jadi agak sedikit lebih tenang dibanding sebelumnya.  Apa ini ada hubungannya dengan batalnya pejodohan antara dirinya dan Song Hari, tapi harusnya Jaehyun merasasenang bukan dengan hal itu? Atau ada hal lain? Eunbi menggelengkan kepalanya kemudian. Ia tidak ingin menebak-nebak atau berspekulasi, lagipula itu bukan urusannya. batinnya "Mungkin sedang ada masalah di perusahaan, aku pergi dulu ya Bi. Ah! Bisa minta tolong buatkan teh melati untuk Jaehyun? Itu bisa membantunya menghilangkan stress," pesan Eunbi yang diangguki Jin Ahjumma. Eunbi melangkah keluar dan tidak mendapati Jaehyun di tempat semula, mungkin pria itu ada di kamarnya, pikir Eunbi. Kwon Eunbi berjalan pelan ke arah halte bus tidak jauh dari rumah Jaehyun. Omong-omong, Jinwoo menawarinya jemputan kemarin, tapi setelah insiden Jaehyun yang mengetahui soal pekerjaannya, Eunbi menolak tawaran pria itu.  Bukannya apa, ia hanya tak ingin terjadi sesuatu. Misalnya ia yang kembali mendapatkan omelan panjang kali lebar Han Jaehyun entah karena apa.  Gadis itu sudah hampir sampai pada halte bus tujuannya. Ia hanya perlu menyeberangi jalanan untuk sampai di halte yang memang ada di arah berlawanan.  Tepat saat Eunbi hendak menyeberang, satu mobil melintas cepat di depannya dengan kecepatan cukup tinggi. Beruntung, gadis itu sempat menghindar sebelum mobil tersebut benar-benar menabrak tubuhnya. Eunbi terjatuh dengan siku juga telapak tangan yang mengeluarkan darah, ia meringis menahan sakit juga perih yang ia rasakan.  Tak berselang lama, satu mobil berhenti tidak jauh dari tempat Kwon Eunbi terjatuh. Itu Oh Jinwoo, setelah memarkirkan kendarannya di sisi jalan pria itu segera berlari menghampiri Kwon Eunbi.  "Kau tak apa? Apa yang terjadi?" tanya-nya cepat.  Eunbi menggeleng, ia hanya meringis. Rasa perih terasa amat menyakitkan, juga darah yang masih saja menetes dari telapak tangannya yang ia jadikan tumpuan saat jatuh tadi.  "Ayo kita ke rumah sakit."  Baru saja Jinwoo akan merangkul bahu Eunbi guna membantu gadis itu berdiri, satu tangan lebih dulu menahan aksinya. Keduanya mendongak, mata Eunbi membola melihat siapa yang baru saja melakukan hal itu.  Dia adalah Han Jaehyun. Pria itu melihat keduanya dengan wajah datar juga aura hitam yang entah kenapa seolah-olah menguar di sekitar pria itu, membuat kesan suram sekaligus menyeramkan disaat bersamaan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD