1. Halo, Pak Dosen!

1253 Words
Avantika Yessa berlari kencang menyusuri lorong kampus pagi ini. Bukan tanpa alasan dia membuang-buang tenaga disaat perutnya bahkan belum terisi. Jika semalam Yessa tidak bergadang, mungkin dia tidak akan bangun kesiangan dan berakhir lari-larian dari rumah sampai kampus. Gadis itu mengatur napasnya yang tersenggal-senggal tatkala tungkainya sudah sampai di depan ruang kelas yang tertutup rapat. Samar-samar Yessa mendengar suara sang Dosen dari dalam sana. Agaknya Yessa harus menyiapkan mental dan telinga untuk menghadapi Dosennya pagi ini. Tok! Tok! Tok! Yessa memutar kenop pintu dan melengok masuk. Gadis itu menerbitkan senyum terbaiknya untuk menyapa Dosen tampan di depan sana. Berharap senyumnya dapat meluluhkan hati Wisnu yang beku dan keras. Wisnu Abraham, sang Dosen, mendengus samar. Wajahnya menyiratkan ketidaksukaan ketika melihat Yessa yang baru datang. Siapa pun tahu kalau Dosen muda itu paling tidak suka jika ada mahasiswa yang telat datang dan mengganggu waktu mengajarnya. "Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat," ujar Yessa dengan nada sesalnya. Tak lupa dia memasang wajah bersalah. "Tutup pintunya!" Dengan dingin Wisnu memberi perintah. Pekikan samar dari mahasiswa lain terdengar, terkejut karena Wisnu mengizinkan Yessa untuk mengikuti kelasnya meski gadis itu sudah telat hampir 10 menit. Sebuah keterlambatan waktu yang sebetulnya tidak patut diberi dispensasi. Dalam hati Yessa mengucap syukur, ia kira nasibnya akan berakhir di kantin pagi ini. Ternyata senyumnya berhasil membuat Wisnu luluh juga. Buktinya pria itu tidak mengusirnya seperti yang biasa dia lakukan ke mahasiswa lain yang telat masuk kelasnya. Dan Yessa sudah tiga kali menjadi korban usiran Wisnu. Ya, tentu saja ini bukan kali pertama Yessa terlambat datang di kelasnya Dosen horor itu. Kalau Yessa berhasil lolos hari ini, itu berarti Dewi Fortuna sedang berpihak padanya. "Kamu ngapain?" Tanya Wisnu ketika Yessa hendak berjalan menuju meja yang kosong dibaris paling depan. Karena tentu saja kursi dibaris belakang sudah terisi penuh, malah menjadi incara para mahasiswa yang datang lebih awal. Yessa mematung dengan wajah kebingungan. "Mau duduk, Pak," jawabnya dengan ekspresi polos. Wisnu mendengus kasar, "Maksud saya kamu keluar, dan tutup pintunya dari luar!" Detik itu juga tubuh Yessa seperti tersambar petir. Selain menendang Yessa dari ekspektasi gadis itu sendiri, Wisnu juga membuatnya malu di depan teman-teman kelas. Yessa meringis, ia menunduk malu karena kekehan ringan mulai terdengar, mereka menertawakannya. Tak ingin menjadi bahan lelucon lebih lama lagi, segera Yessa beranjak keluar dari ruang kelas. Memang salahnya berharap lebih kepada seorang Wisnu Abraham, Dosen galak dan jutek seantero kampus. Beruntung pria itu memiliki rupa yang menawan, jadi para mahasiswi memaafkan sikapnya yang menyebalkan. Siapa yang tidak terpesona dengan Wisnu? Dia tampan, tubuhnya tinggi, putih dan berwibawa. Yessa saja sempat menaruh hati kepada pria itu, namun tidak bertahan lama karena Yessa langsung tersadar dan menghilangkan perasaannya saat tahu bagaimana sifat Wisnu yang sebenarnya. "Kok lo di sini, Sa?" Yessa yang sedang menyantap sarapannya lantas menoleh, menemukan Dikta yang mendudukan diri di kursi sebrang. "Biasalah, telat," jawab Yessa jengkel. Dikta tertawa kecil, "Kelasnya Pak Wisnu?" Yessa mengangguk dengan wajah cemberut. Yessa sudah terbiasa telat masuk kelas pagi, dan selalu dimaklumi oleh Dosen lain. Tapi kalau gadis itu telat dan berakhir di kantin, itu berarti Yessa baru saja berhadapan dengan Wisnu Abraham. "Lo nggak ada kelas?" tanya Yessa. Dikta menggeleng. "Terus lo ngapain ke kampus pagi-pagi kalau enggak ada kelas?" lanjut gadis itu. "Habis nyetor tugas." Ting! Yessa yang hendak menyahuti ucapan Dikta, menelan kembali kalimatnya ketika melihat notifikasi pesan yang masuk di ponsel miliknya. Unknow: Pagi, saya yang ingin menyewa kamar. Seketika fokus Yessa tertuju penuh ke ponselnya. Gadis itu meraih ponselnya dan mengetik balasan. Yessa: Pagi Unknow: Saya sudah kirim uang DP ke nomor rekening yang tertera. Sisanya akan saya berikan langsung. Mata Yessa sontak melebar. Segera dia mengecek mobile banking miliknya. Gadis itu tidak dapat menahan senyum saat melihat nominal saldonya yang bertambah. Namun terlintas pertanyaan di kepalanya, uang yang calon penyewa kamar itu kirimkan terbilang banyak untuk uang muka. Apa mungkin orang itu mau menyewa kamar dengan jangka waktu yang lama? Unknown: Nanti malam saya bisa langsung pindah, kan? Yessa: Bisa, Kak Yessa jawab dengan cepat, tak peduli mau penyewa kamar di rumahnya itu laki-laki atau perempuan. Dia sangat putus asa dan butuh uang dalam waktu cepat ini untuk membayar uang semesteran yang tenggat waktunya besok pagi. Pokoknya Yessa kencangkan doa saja semoga penyewa kamar di rumahnya adalah orang waras. Yessa: Maaf, Kak, atas nama siapa, ya? Yessa meletakan ponselnya kembali setelah mengirim pesan selanjutnya. "Ngapain lo senyum-senyum sendiri? Habis dichat sama Pak Wisnu?" tanya Dikta menyurutkan senyum Yessa detik itu juga. Yessa berdecih, "Yang ada gue langsung semaput kalau dichat sama dia!" Dikta tertawa geli. Mengingat awal masuk kuliah Yessa pernah tergila-gila pada Wisnu hingga gadis itu bergabung ke dalam fanbase Wisnu. Sayangnya, kewarasan Yessa langsung kembali ketika Wisnu mengajar di kelasnya. Malah sekarang Yessa benci sebenci bencinya ke Wisnu karena insiden beberapa tahun lalu, dimana saat itu Wisnu tanpa perasaan membuang kue tart buatan Yessa di hari ulang tahun pria itu. Iya, Yessa sesuka itu ke Wisnu hingga repot-repot membuat kue tart di hari ulang tahunnya Wisnu. Di mata Yessa saat ini, Wisnu hanyalah pria b******k yang patut untuk ia hindari. * * * Sepulangnya dari kampus, Yessa langsung membereskan kamar lantai atas yang akan dihuni oleh penyewa baru. Penghuni terakhir pindah dua bulan lalu karena sebuah insiden, dan sejak minggu lalu Yessa memutuskan untuk kembali menyewakan kamar kosong itu karena ia sedang terdesak ekonomi. Yessa mematung diambang pintu kamar itu, pandangannya mendadak kosong. Ada banyak memori yang sedang berputar di kepalanya saat ini. Tubuh gadis itu perlahan bergetar, namun Yessa berusaha melawan rasa takut yang ia rasakan. Setelah sedikit lebih tenang, Yessa melangkah masuk dan mulai membersihkan debu dan kotoran yang menempel di lantai. Gadis itu menghela napas lega. Kamarnya sudah kembali bersih dan kinclong. Dengan keringat yang membanjiri tubuhnya, Yessa beranjak turun ke lantai bawah, dia berniat untuk membersihkan tubuhnya sebelum menyambut tamunya yang akan datang nanti malam. Omong-omong, sampai sekarang orang itu belum membalas pesan darinya. Ting Nong~ Kening Yessa mengenyit mendengar bel rumahnya yang berbunyi, siapa yang datang? Mau tak mau Yessa mengganti tujuan langkahnya ke pintu utama. "Nyari siapa, Mas?" tanya Yessa kepada pria yang berdiri memunggunginya di depan sana. Pria itu berbalik badan, dan detik itu juga Yessa terpekik kaget. "Pak Wisnu?" ucap Yessa terkejut. Dahi Wisnu mengernyit, "Kamu?" Wisnu juga terkejut, tapi tidak se-ekspresif Yessa. "Bapak ngapain ke rumah saya?" tanya Yessa masih dengan rasa terkejutnya, karena Yessa rasa ia tidak memiliki keperluan penting dengan pria itu sampai Wisnu harus repot-repot menyandangi kediamannya. "Ini rumah kamu?" Pria bermata coklat itu bertanya balik, membuat Yessa mengangguk dengan cepat. "Lah, saya yang mau menyewa kamar kosong di rumah ini." lanjut Wisnu. Yessa langsung melongo. Dia tidak salah dengar, kan? Jadi yang mau menyewa kamar kosong di rumahnya itu adalah Wisnu? Dosen yang paling dia benci nomor wahid di kampus?! Yessa tertawa sumbang, mencoba menghibur dirinya sendiri, "Bapak pasti salah alamat, deh." Wisnu tak menjawab, dia mengambil ponselnya dari dalam saku celana dan menunjukan roomchat antara dirinya dan pemilik rumah . Dan kini Yessa tidak bisa mengelak lagi. "Avantika Yessa, ternyata benar itu kamu," ucap Wisnu yang kini menunjukan bukti transfer uang yang tertuju ke nomor rekening atas nama Yessa. Yessa meringis, kenapa dia tidak menyadari kalau yang mengirim uang tadi itu Wisnu? Saking senangnya mendapatkan uang, Yessa jadi lupa mengecek mutasi. Lalu, apa yang harus Yessa lakukan sekarang? Uang yang Wisnu berikan sudah ia pakai untuk membayar uang semesteran. Kalau Yessa harus mengembalikannya, mungkin hanya lima persen saja. Itu juga niatnya mau Yessa belikan ketoprak untuk makan malam. DP "Jadi, bagaimana Yessa.., apa saya dibolehkan untuk tinggal di sini?"

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD