Kedua tangannya mendekap tubuh perempuan di hadapannya erat erat. Bibirnya memagut bibir Jingga dengan kuat. Keenan mengelus punggung Jingga berulang kali. Oh, cintaku! Jingga hendak melepaskan ciumannya, tapi Keenan seperti tak ingin ciuman itu berakhir Ia kembali melekatkan bibirnya. Mereka berciuman dengan pergerakan cepat. Kali ini ada desahan yang keluar dari mulut keduanya. Nafas mereka berhembus tak terkendali, Hingga akhirnya Jingga kehabisan nafas, "Oh Keenan.." "Ah.. Maafkan aku," Keenan akhirnya melepaskan dirinya. "Jangan meminta maaf," Jingga mengecup rahang Keenan, "Aku.. Aku menyukainya." Keenan merasakan setiap bagian tubuhnya seperti tersetrum aliran listrik. Ia mengangkat tubuh Jingga dan membiarkannya duduk di atas meja kerjanya. Ia kembali menciumnya. Kali