Jingga berdiri di depan pagar tanpa ingin menoleh ke belakang. Tangannya gemetar. Sosok yang paling tidak ingin ia lihat ada di belakangnya. Aku tidak ingin memutar tubuhku. Apa yang harus aku lakukan? Tiba tiba saja, Jingga merasakan kalau Fathir hanya beberapa senti meter saja di belakang tubuhnya. Ia hanya bisa diam. Pergi Fathir! Pergi! Jangan ganggu hidupku! Ingin rasanya berteriak dan mengucapkan kata kata itu, tapi lidahnya kelu. Kerongkongannya tercekat. Badannya gemetar. Jingga menggenggam erat pagar di hadapannya agar tidak terjatuh lemas ke lantai. Fathir tiba tiba saja menggenggam tangannya. Mau tidak mau Jingga berbalik. "Kamu terlihat segar dan cantik," Fathir bicara apa adanya. Jingga menarik tangannya. Ingin rasanya bicara banyak hal, tapi suaranya seperti