bc

Tahun Kedua Setelah Putus

book_age18+
734
FOLLOW
2.1K
READ
others
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Katanya Mantan itu bukan sejarah yang harus dikenang. Bukan sastra yang harus diapresiasi. Bukan hewan langka yang harus dilindungi

Dia hanya manusia purba, yang datang dari masa lalu. Sama seperti status Gilang di mata Rani, Gilang hanya mantan kekasihnya yang sayangnya kembali datang dan merusak rencana masa depannya.

chap-preview
Free preview
Prolog
Bahu Chalya Agrania terkulai lesu. Kepenatan merundungnya. Kepadatan manusia menyudutkannya. Ia merelakan kaki jenjangnya berdiri lama di dalam KRL-Kereta Rel Listrik, tangan kirinya memegang erat hand strap di atasnya agar tetap berdiri kokoh menjaga keseimbangan badan. Hand strap saja bisa ia pegang erat-erat, kenapa pasangan tidak bisa ia genggam erat. Tapi itu dulu, iya dulu. Sebelum negara api menyerang. Nasib, nasib. Tiba-tiba dia mengeluhkan masa lalu. Tapi, ah, ya sudahlah. Hiruk pikuk penumpang KRL membuat gadis yang terbiasa disapa Rani itu kesulitan bernapas, oksigen rebutan. Rongga hidungnya terasa sesak. Apalagi aroma ketiak bapak-bapak yang berdiri di sebelahnya berseliweran. Ah, Rani menyesal tidak mampir dulu ke alfamart atau apotek untuk membeli masker penutup wajah. Belum lagi orang-orang yang berdiri di belakangnya terus berdesakan, membuat badannya beberapa kali condong ke depan. Ia mengeratkan pegangannya pada hand strap. Kondisi seperti ini selalu Rani alami di hari kerja, kecuali weekend. Gadis 25 tahun itu memilih tidur seharian. Mencharge badannya agar segar kembali di hari Senin. Ia mendesah. Membenahi letak kacamata bundar yang dipakainya. Menatap jalanan yang seakan bergerak mundur. Gedung-gedung pencakar langit tampak mengabur. Hanya kerlip lampu yang membuat matanya sedikit terhibur. Rani tidak sabar menantikan stasiun pemberhentian selanjutnya. Artinya ia akan terbebas dari situasi pengap ini. Ketika kereta berhenti di Stasiun Palmerah, Rani menunggu giliran turun dari kereta. Ia menatap malas antrean penumpang yang sudah seperti antrean sembako gratis itu. Panjang sekali sampai tidak ada ruang untuknya menyusup. "Huh!" Kembali, Rani mengembuskan napasnya setelah keluar dari kereta. Lalu kaki jenjangnya terayun. Menelusuri stasiun. Di ruang terbuka seperti ini, dia mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Lantas menilik jam tangan silver berlogo fossil di tangannya. Jarum jam pendek sudah menunjuk angka delapan. Astaga! Dia lupa memberi tahu ibunya kalau barusan ia sudah kirim uang. Rani menggeledah tas punggung mininya, mencari ponsel yang sengaja ia tenggelamkan ke dalam tas sebelum pulang dari kantor. Saking seriusnya mencari benda pipih super canggih itu, Rani tak melihat jalan yang dilewati. Brug... "Eh, sori!" Kepala Rani memutar ke belakang dengan spontan setelah mendengar suara itu. Seorang pria baru saja menabraknya, dia berjalan dengan tegap. Hoodie hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya menjadikan Rani tidak mengenal jelas sosok yang baru saja menabraknya, kecuali...., "Suara itu," batin Rani terusik. "Kok kayak kenal. Posturnya juga gak asing buat gue." Mata Rani terus menatap, hingga pria yang menjadi objek matanya itu menjauh dari jangkauan. Rani mendesah tak acuh, bukan sesuatu yang penting. Dia memilih untuk melanjutkan perjalanan setelah mengirim pesan kepada ibu. Keluar dari stasiun, Rani memesan Go-Ride untuk mengantarnya sampai ke kontrakannya. "Mbak Chalya Agrania?" "Iya, betul." "Silakan naik, Mbak. Ini helmnya bisa dipakai." Sampai duduk di atas motor tukang ojek pun, suara pria tadi masih terngiang di telinganya. "Gak, gak mungkin. Pasti cuma mirip aja." Rani menampik pendengarannya kali ini. Ia yakin, ia hanya salah mendengar. Sampai di kontrakan, Rani merebahkan diri di atas kasur single miliknya. Menatap langit-langit putih yang terasa hambar itu. Fisiknya terforsir, sampai badannya benar-benar lemas. Baru saja matanya terpejam, notifikasi masuk di ponselnya. Atas nama Nana, sahabatnya. Nana : Ran, Elea kangen nih. Kapan main ke rumah? Lama banget gak main, udah kayak Mbak Toyib. Rani tersenyum kecut membaca w******p dari sahabat lamanya. Sudah lama ia tak mampir ke rumah Nana. Bukan tidak ingin bertemu dan melepas rindu, tapi Rani punya alasan sehingga ia enggan menemui sahabatnya itu di rumah. Rani : Lo yang ke sini aja ya? Atau ketemuan di mal? Sambil cuci mata gitu, Na. Gue traktir deh soalnya habis gajian. Tapi jangan yang mahal-mahal, soalnya lebih gede duit bulanan lo daripada gaji gue. Nana : Lebih gede harapan gue kalau lo mau main ke rumah. Rani : Nanti ya, Na. Hati gue belum siap. Kita ketemuan di luar rumah aja. Nana : Sedih gue :( Rani : Gue juga :( Nana : Ada yang titip salam buat lo. Rani : Siapa? Nana : Om Yayang. Bergeming. Ia menatap balasan dari Nana cukup lama. Hendak membalas, namun Rani memilih menghapusnya lagi. Sudah cukup. Semuanya hanya masa lalu. Bahkan ini tahun kedua setelah putus. ???

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook