05. Cinta Pertama

1130 Words
Sang pembawa acara Boy Wilyono, membuat Ditha dan Wira layaknya sebagai pemeran utama dalam pesta malam ini. Sudah hampir mirip seperti Pasangan Louis and Clark dari film Superman. Boy menceritakan tentang riwayat pendidikan serta prestasi Ditha dan Wira mulai SD sampai berhasil mendapatkan gelar akademik yang bergengsi di Negeri Kanguru itu. Beneran lebai banget deh rasanya. Ngapain dia pakai cerita prestasiku menang lomba makan kerupuk waktu SD? Ngapain pula dia cerita aku menang lomba main game Street Fighter Battle waktu jaman SMP? Sementara untuk Wira, Boy menceritakan ranking dan lomba-lomba olimpiade MIPA yang pernah diikuti dan dimenangkannya. Benar-benar bagaikan langit dan bumi prestasinya. Tapi memang gak ada prestasi akademis yang membanggakan dari Ditha sih. Kalau kayak gini bukannya jadi terlihat berprestasi malah bisa jadi bahan ketakwaan kan? Asem bener kamu! Awas ya, nanti akan aku minta mama buat potong gajimu! Pembawa acara kondang ibu kota itu tak lupa pula memanjatkan doa dan harapan-harapan agar kedua pewaris Sampoerna Group itu bisa mengamalkan ilmunya. Agar keduanya dapat berperan aktif dalam kemajuan serta memberikan inovasi kepada perusahaan raksasa Sampoerna Group di berbagai bidang. Selanjutnya kemeriahan pesta terus berjalan dan semakin meriah dengan sesi ramah tamah dan jamuan makan yang sudah tersedia. Hampir semua tamu mendekat, menyalami, memberi selamat serta mendoakan kepada Ditha dan Wira. Kedua putra putri pewaris Sampoerna Group, tokoh utama pesta. Cukup lama Ditha dan Wira seakan terjebak situasi yang menyebalkan. Keduanya diharuskan untuk bisa melengkungkan senyuman indah di bibir mereka, menyapa siapa saja yang menghampiri. Beramah tamah serta bermulut manis meladeni setiap tamu walaupun dengan sangat terpaksa. Capek banget! Gimana gak capek? Baik Ditha maupun Wira sudah lama merantau ke negeri orang, tentu saja mereka tidak kenal kepada sebagian besar tamu yang menyapa mereka. Sudah begitu, mereka diwajibkan untuk senyam-senyum dan beramah tamah? Capek tahu memasang fake smile selama berjam-jam. "Dith, sini aku kenalin sama teman yang sedang ada proyek kerjasama dengan kita di Surabaya." Seorang pria berbadan bongsor dan berpenampilan necis layaknya seorang gentleman, menghampiri Ditha. Dia adalah Tyo Sampoerna, kakak pertama Ditha. "Baik, Mas Tyo." Ditha langsung beranjak menghampiri Tyo dengan wajah sumringah. Hore! Makasih Mas Tyo kamu bagaikan malaikat penyelamat jiwaku! Ditha merasa bahagia karena kakaknya itu telah sengaja menyelamatkan dirinya dari prosesi menyebalkan yang serasa tak ada habisnya. Mereka berdua meninggalkan Wira yang masih harus beramah-tamah dengan para tamu. Wira pasrah saja tidak menolak dijadikan tumbal begitu oleh kakaknya, yang penting Ditha bisa selamat. See? Dia adalah seorang sister compleks stadium akhir kan? Semangat Mas Wira, Doaku menyertai kamu! Prasetyo Sampoerna adalah pimpinan tertinggi dari Sampoerna Group saat ini. Diusianya yang masih tiga puluh tahun Tyo sudah menjadi CEO yang membawai beberapa perusahaan dibawah nama Sampoerna Group yang berbasis di kota Kediri. Sementara Pambudi Sampoerna, putra kedua dari keluarga mereka juga sudah membawai cabang perusahaan yang ada di kota Pasuruan. Mungkin sebentar lagi adalah giliran Ditra dan Wira harus ikut terjun juga ke dunia bisnis yang sudah lama digeluti oleh keluarga mereka itu. Untuk memimpin cabang perusahaan yang ada di kota-kota lainnya. Papa mereka sebagai pimpinan Sampoerna Group yang terdahulu resmi menyatakan mundur dari dunia bisnis dan ingin menikmati saja masa tuanya dengan berkebun atau beternak. Yang namanya berkebun ala sultan ini adalah membuka perkebunan tembakau, sedangkan beternaknya dengan peternakan sapi pedaging. Bahan baku utama untuk industri makanan yang dijalankan oleh perusahaan mereka. "Aku rencananya mau bikin cabang perusahaan di kota Surabaya. Join di satu kawasan bisnis bersama teman lama. Kamu mungkin masih ingat si Ardi Pradana? Dia yang menggagas ide bikin kawasan bisnis ini." Tyo mulai bercerita sambil mereka berjalan beriringan. "Mas Ardi yang temen Mas Tyo jaman kuliah di ITS dulu?" Mata Ditha berbinar demi mendengar nama pria itu, Lazuardi Pradana. Ardi adalah pria yang telah berhasil singgah di hati Ditha dan merebut cinta pertamanya. Atau mungkin bisa juga disebut cinta monyet ya? Karena waktu itu Ditha masih duduk di bangku Sekolah menengah pertama, sementara Tyo dan Ardi sudah kuliah di jurusan arsitektur ITS. "Iya Lazuardi yang itu, Ardi Pradana yang mana lagi memangnya?" Jawab Tyo dengan santainya. "Mas, nanti kalau perusahaannya sudah jadi, biar aku yang pegang di sana ya!" Ujar Ditha bersemangat. Jelas aja semangat kan kalau dirinya yang memegang perusahaan itu berarti bisa sering ketemu Mas Ardi. "Haaah? Kamu?" Tyo sedikit ragu mendengar ucapan sekaligus permintaan Ditha. Bukan hanya karena Ditha baru saja lulus kuliah, tapi lebih kepada adiknya ini adalah seorang wanita. Secara pribadi Tyo lebih suka kalau Ditha tidak usah bekerja saja, lalu kelak akan menikah dengan salah satu anak sultan. Akan tetapi kalau mengingat sifat keras kepala Ditha yang tak mau kalah dari ketiga kakaknya, gadis itu pasti ingin bekerja juga. Kalau sudah begitu Tyo lebih suka agar Ditha bekerja dibawah pengawasannya sendiri di wilayah kota Kediri. Sementara untuk perusahaan di Surabaya biar dipegang oleh Wira saja. "Iya! Aku pasti bisa, Mas!" Ditha meyakinkan kakaknya. "Oke kita liat aja nanti," Tyo mengalah untuk sementara kepada Ditha, tak ingin terlalu lama berdebat. Nanti saja dibahas lagi lebih mendalam tentang pembagian tugas antara Ditha dan Wira ini. Yeyeye! Hore! Wait for me Mas Ardi! "Sekarang kita temuin dulu mereka, perwakilan Pradana dan Hartanto sudah hadir kayaknya." Tyo melanjutkan ajakannya pada Ditha. "Dia datang juga? Ayo cepat kita sapa!" Ditha semakin bersemangat menerima ajakan Tyo. Seneng banget karena akhirnya bisa bertemu lagi dengan Ardi Pradana sang pujaan hati setelah sekian lama berlalu. Bertahun-tahun lamanya lebih tepatnya. Kayak apa wajah Mas Ardi sekarang? Pasti tetap ganteng kan? Ah Mas Ardi, kau yang panas di kening. Dan kau yang dingin dikenang. Bikin meriang hehehe. Ditha sudah ovexcited dan kegirangan dalam hatinya. Mengikuti langkah Tyo dengan sangat amat bersemangat. Berharap dapat bertemu Ardi Pradana. Berharap pula bisa untuk lebih dekat dengan pria itu. Kira-kira sepuluh tahunan yang lalu adalah awal perjumpaan Ditha dengan Ardi. Ardi yang berkuliah satu fakultas dengan Tyo di ITS sering main ke kediaman Sampoerna yang ada di Surabaya. Karena kediaman mereka yang berada dekat dengan lokasi kampus itu. Ardi biasanya datang rame-rame bersama teman-teman kuliah mereka lainnya. Nongkrong bareng, mengerjakan tugas atau proyek dari kampus atau hanya sekedar menghabiskan waktu jeda antar kuliah di kediaman mereka. Bagi Ditha pribadi, yang namanya Ardi Pradana ini terlihat paling menonjol, paling bening dan bikin melting serta merinding untuk dilihat, setan kali! Dia bagaikan mutiara diantara kubangan lumpur. Cowok bening diantara anak fakultas teknik lainnya yang urakan bak preman, tidak rapi dan sangar. Sebaliknya, Ardi terlalu tampan dan bersih dengan segala pesonanya. Gimana gak auto lope-lope sama dia? Bahkan sampai sekarang Ditha juga mengikuti akun sosial media Ardi. Selalu stalking setiap kegiatan dan keseharian Ardi. Semakin lama semakin kagum saja Ditha pada sosok keren pria itu. Ardi yang diusianya yang masih muda telah bisa mendirikan perusahaan sendiri. Ardi yang sekarang telah menjadi pemimpin tertinggi dari Group raksasa Pradana. Aaaarrgh Mas Ardi aku ingin menjadi pasanganmu, melahirkan anak-anak darimu! Eh kejauhan ya mikirnya? Bodoh amat!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD