09. Pambudi Sampoerna

1155 Words
"Bu Ditha, gimana kalau kita makan siang bareng? Sambil sekalian kita jalan ke Mall belanja-belanji?" Yasmin menghampiri kubikel Ditha siang itu tepat sebelum waktu pulang kantor. Mumpung sekarang hari Sabtu, kantor cuma setengah hari. Ditha memang pernah meminta bantuan pada Yasmin untuk membantunya berbelanja. Memilih baju-baju kerja dan berbagai keperluan lain yang feminim dan kekinian ala-ala wanita kantoran. Ditha berniat untuk sedikit merubah imagenya dari seorang gadis tomboi, agar menjadi lebih manis dan sedikit enak dilihat. Ini adalah satu upaya biar bisa menggaet pria idaman hati donk pastinya, Mas Ardi Pradana! "Tapi Mas Wira mau jemput aku tadi katanya," Ditha mengingat kalau tadi pagi Wira berjanji untuk menjemputnya dari kantor siang ini. Karena Tyo sedang ada urusan keluar kota, sehingga Ditha tidak ada yang menemani pulang dan pergi ke kantor hari ini. Jadilah Wira yang bertugas menjadi pengawal Ditha. Seharusnya sih Ditha bisa membawa dan mengendarai mobilnya sendiri. Atau dia juga bisa diantarkan oleh driver keluarga Sampoerna yang banyak sekali jumlahnya, tinggal pilih mau yang mana. Akan tetapi yang namanya tiga Herder sister compleks itu selalu saja heboh dan ribet. Mereka merasa tidak tenang kalau bukan salah satu dari mereka yang menemani bahkan mengawasi Ditha secara langsung di setiap kegiatannya. Nyebelin banget kan? Mau sampai kapan mereka begitu? Aku kan udah gede? Sudah seperti paparazi aja kelakuan ketiga Herder kurang kerjaan itu! "Kan bisa dikabari Pak Wira-nya untuk jemput di Mall saja." Yasmin memberikan idenya. "Heemm bener juga sih. Kalau begitu aku kasih tahu dia dulu deh." Ditha mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan pesan singkat kepada Wira. Mengatakan bahwa dirinya keluar bersama Yasmin ke Mall terbesar di kota mereka, Kediri Shopping Center. Wira yang ternyata masih berada di perkebunan tembakau mengiyakan saja untuk menjemput Ditha di Mall. Karena dirinya juga pasti bakal telat kalau harus menjemput sekarang juga ke kantor. Daripada si dedek kesayangan kesal dan bosan nungguin, biar main ke Mall aja. "Ayo kak, tapi nanti kak Yasmin yang nraktir aku makan siang ya." Ditha mengambil tasnya dan berjalan perlahan meninggalkan kubikel tempatnya berkerja setiap hari. "Lho kok saya?" Yasmin mengikuti langkah Ditha. Bukannya dia yang bosnya ya? "Ya karena kamu udah bikin mataku ternoda kapan hari!" Ditha masih ingat kejadian sandwich hidup beberapa hari yang lalu. "Hahaha oke deh, ayo!" Yasmin tertawa karena Ditha masih saja dendam karena masalah itu. Kamu polos sekali Bu Ditha, sangat berbeda dengan ketiga kakak-kakakmu itu. Kedua wanita cantik itu pun berjalan beriringan, menaiki mobil Honda jazz Yasmin dan berakhir di sebuah gerai makanan kekinian yang bernuansa pink. Gerai itu berlokasi di salah satu sudut food court Mall. Mereka memesan beberapa makanan yang nama dan bentuknya aneh dan lucu-lucu, sangat sesuai dengan selera para wanita. "Jadi Bu Ditha beneran ingin mengambil alih cabang perusahaan baru kita yang ada di Surabaya?" Yasmin bertanya kepada Ditha. Kenapa Yasmin bisa menjadi kepo begini? Ya tentu saja karena disuruh oleh Tyo bosnya, untuk mencari tahu alasan Ditha bersikeras mengambil alih perusahaan di Surabaya. Sungguh tugas yang sangat merepotkan bukan? Kenapa gak ditanyain langsung aja sih? Bukannya mereka kakak beradik? "Kamu tahu gak Kak Yasmin? Temennya Mas Tyo yang namanya Ardi Pradana itu ganteng banget lho." Ditha menjawab sambil menggigit sepotong choco strawberry bites. "Haaaa? Pak Ardi Pradana?" Yasmin semakin bingung karena Ditha bukannya menjawab pertanyaan darinya malah memuji kegantengan seorang pria. Tapi memang bos besar Pradana Group itu ganteng banget sih, Yasmin pun mau tak mau harus mengakuinya. "Aku pengen kerja di Surabaya itu biar bisa deket-deket sama dia. Mas Ardi!" Ditha menambahkan ucapannya dengan senyuman polos di wajah. Senyuman khas seseorang yang sedang kasmaran dan mabuk cinta. Yasmin mau tak kamu jadi melongo demi melihat dan mendengar ucapan Ditha. Benar-benar seperti ucapan seorang gadis SMP atau SMA yang sama sekali tidak pernah pacaran. Padahal Praditha Sampoerna ini kan sudah lulus kuliah, lulusan luar negeri lagi. Kok masih sepolos ini sih? Masa iya dia gak pernah pacaran sebelumnya? Tapi kalau mengingat status dan latar belakang keluarga Ditha. Ditambah lagi sifat orang tua dan kakak-kakaknya yang terlalu ketat menjaganya, justru sangat wajar kalau gadis ini belum pernah sekalipun dekat dengan seorang pria. Boro-boro punya pacar, ada yang berani deket-deket dia aja pasti sudah auto diusir kan? "Tapi bukannya Pak Ardi itu seumuran dengan Pak Tyo ya? Gak ketuaan untuk Bu Ditha?" Yasmin kembali bertanya menyelidik. "Justru itu, makin tua makin jadi dia. Gemensin banget kan?" Dita sudah tersenyum-senyum membayangkan wajah Ardi di dalam kepalanya. "Oohh, jadi seleranya bu Ditha itu yang ganteng, cool, prince charming kayak Pak Ardi begitu?" Yasmin ikut membayangkan wajah ganteng sang pimpinan Pradana Group di kepalanya. "Hmmm, bagus sih. Dia memang ganteng banget. Cowok tipenya bu Ditha emang gak kaleng kaleng ya." Yasmin sudah mengira bahwa standar orang ganteng versi Ditha ini memang sangat tinggi. Ya gimana enggak tinggi kalau dia sudah kebiasaan dikelilingi oleh tiga pria ganteng seumur hidupnya? "Iyalah kak, harus cari benih yang super. Jangan kayak ketiga kakak-kakakku, yang aneh itu. Sister complek banget mereka, parah." "Hehehe, kirain Bu Ditha suka yang kayak Pak Tyo, Pak Budi atau Pak Wira." "Ogah! Sebel aku kalau sama yang kayak mereka. Resek semuanya dan mengganggu ketentraman hidupku saja!" Ditha bergidik membayangkan kelakuan-kelakuan ketiga kakaknya yang sering absurd itu kepadanya. "Hahaha," Yasmin makin ngakak menimpali. Tahu benar bagaimana over protective-nya ketiga tuan muda Sampoerna itu kepada adik perempuan kesayangan mereka. "Eh tapi Kak Yasmin jangan kasih tahu Mas Tyo ya tentang ini," pinta Ditha memohon dengan mata berbinar kepada Yasmin. "I, iya ... " Yasmin hanya bisa nyengir kuda menjawabnya. Buah simalakama ini, mau pilih loyal pada Pak Tyo apa Bu Ditha. Tapi kayaknya ini masalah pribadi deh, jadi biar dirahasiakan dulu aja. Kalau Pak Tyo tahu bisa-bisa bakalan gak bolehin Bu Ditha ke Surabaya nanti. Kedua wanita muda itu melanjutkan sesi makan siang mereka dengan lahap. Mengisi perut mereka sampai kenyang sebagai bahan bakar sebelum ritual berbelanja gila-gilaan yang akan mereka lakukan. Butik kenamaan milik Oscar Lalalili menjadi tujuan pertama mereka. Yasmin mengarahkan Ditha ke bagian koleksi busana kerja wanita kekinian yang dipajang di display. Memilih dan mencoba beberapa setel baju sampai kemudian membelinya. "Lho itu bukannya Pak Budi ya?" Yasmin menyeletuk sambil menunjuk suatu arah. Ditha refleks mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Yasmin. Dan benar saja, seorang pria muda yang tampan dengan setelan work suit rapi terlihat berdiri dan sedang memlilih-milih baju. Wajah yang sangat tidak asing bagi Ditha, wajah kakak keduanya Pambudi Sampoerna. Satu hal yang membuat Ditha sedikit heran adalah demi melihat Budi tidak sendirian. Pria itu kali ini sedang bersanding bersama seorang wanita dengan sangat mesranya. Bukannya Mas Budi lagi di Pasuruan ya? Kok gak bilang kalau mau pulang? Ajigile! Abis melihat Mas Tyo dengan Natalie, sekarang malah mergokin Mas Budi? Ditha merasa nasibnya beneran apes banget, seolah malaikat sengaja menunjukkan kelakuan kakak-kakak yang tidak dia ketahui. Ditha mengamati Budi dan gadis yang dibawanya dengan lebih seksama. Keduanya berdiri di salah satu display. Keduanya melihat-lihat baju bersamaan, mengomentari, senyam-senyum dan tertawa-tawa dengan mesranya. Ya ya ya terus-terusin deh Mas! Sultan mah bebas kan ya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD