PART 6

2493 Words
“Mas Raka” Jawab Dira, Vanya langsung loncat dari tempat tidurnya. Menyambar handuk lalu berlari menuju kamar mandi,lima belas menit kemudian ia telah selesai mandi, namun matanya tidak bisa berbohong mau di apakan pun gadis itu tetap saja terlihat menyedihkan, dengan buru-buru ia berlari menuruni anak tangga,namun sesampainya di penghujung anak tangga ia dikagetkan dengan kemunculan dua orang sekaligus, Raka dan juga Gavin. Vanya mematung,jantungnya berdegub kencang sebab ia tak tau harus bersikap seperti apa dihadapan kedua pria itu. “Maaf ya sayang, aku datang gak ngabarin kamu dulu,hari ini aku mau nganterin ibu ke luar kota, jadi buru-buru deh pengen liat kamu dulu sebelum pergi” Raka mendekati Vanya yang masih mematung di ujung anak tangga, sementara Gavin menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. “Oh iya dia temen kamu apa sepupu kamu? Kami datang nya barengan dia nyari kamu juga” Sambung Raka lalu menunjuk Gavin yang juga masih berdiri sembari memegang sebuah kantong berisi makanan untuk Vanya. “Aku habis ini mau beres-beres juga, gapapa kok kamu temenin ibu kamu aja dulu. Next time bisa ketemu aku” Ucap Vanya tanpa menjawab pertanyaan Raka, tanpa Rasa curiga Raka memeluk Vanya dihadapan Dira dan juga Gavin, lalu mengacak pelan rambut gadis itu. “Yaudah aku berangkat ya, maaf gabisa lama heheh, nanti kalau udah sampai aku kabarin ya sayang” “Iyaa hati-hati” Sekepergian Raka,Vanya lantas duduk di hadapan Gavin,keduanya sama-sama terdiam. Vanya tidak tahu bagaimana caranya membuka percakapan di antara dirinya dengan pria itu, sementara Gavin sesekali ia mencuri-curi pandang ke arah Vanya, gadis itu nampak cantik walaupun tanpa make up meriasi wajah nya. “Saya bawain makanan” Ucap Gavin memulai percakapan “Makasih mas” Jawab Vanya “Makan dulu” “Iya ntaran aja, mas Gavin kenapa gak berangkat kerja?” “Keinget kamu,jadi mampir dulu buat nganterin makanan” Vanya kaget mendengar ucapan Gavin tersebut,ternyata dibalik sikap tempramen dari Gavin Adrian Abimayu terdapat sisi perhatiannya juga. Vanya tidak menyangka Gavin akan sepeduli ini kepadanya,pasalnya beberapa hari yang lalu mereka masih sempat adu mulut perkara foto-foto di rumah Gavin. “Tadi siapa?” Tanya Gavin memberanikan diri, entah kenapa ia penasaran dengan pria yang memanggil Vanya dengan sebutan sayang,Gavin berpikir bahwa orang itu adalah sahabat Vanya, awalnya ia berpikir bahwa pria itu adalah kekasih Vanya namun entah kenapa dirinya seakan menolak jika pria itu adalah kekasih Vanya. “Pacarku” Jawab Vanya pelan, entah kenapa seperti ada perasaan aneh yang menggerogoti tubuh Gavin,suasanya langsung berubah,Gavin menghembuskan napas kasar lalu langsung berpamitan kepada Vanya. Saat di mobil pria itu menyadari sikapnya sendiri,entah mengapa sejak hari dimana ia melihat Vanya menangis, gerak tubuhnya seakan berbeda jika berada di dekat Vanya, bahkan semalam pun saat Vanya pergi dan terlambat pulang sempat-sempatnya ia mengkhawatirkan gadis itu. Sementara itu Vanya membereskan beberapa barang-barangnya untuk dibawa kerumah Gavin,pasalnya hari itu ia tanpa persiapan ia dengan konyol di nikahkan dengan pria berumur 28 tahun itu, Vanya menarik sebuah koper berukuran sedang di bantu oleh seorang pekerja di rumah itu. “Kalau mama nanya , Vanya kemana bilang aja gak tau ya bi” Ucap Vanya sesaat setelah ia masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi “Iya mba Vanya” Jawab wanita paruh baya tersebut Vanya menginjak pedal gas lalu melaju kencang dengan mobilnya,membelah ramainya jalanan kota siang itu.sesampainya di rumah,ia membereskan barang-barangnya lalu mandi setelahnya ia duduk bersantai di ruang televisi. Ia sedikit lupa tentang masalahnya karena semalam ia bertemu dengan Raka, semalam ia dengan bebas menangis di dalam dekapan pria itu. Vanya menoleh ke kiri tak sengaja ia melihat kalender yang terpajang tepat di sebelah tempat tidurnya . “Astaga tinggal beberapa hari lagi. . .” Gumamnya setelah melihat kalender itu, ia menarik napas dalam-dalam lalu membaringkan tubuhnya pada kasur, ia memejamkan matanya sejenak berusaha mengatur rencana agar Raka tidak mencarinya selama sebulan lamanya, dan juga mengatur cara agar dirinya baik-baik saja bersama Gavin di negeri orang.Vanya menutup matanya dan tanpa sadar gadis itu tertidur pulas, saat bangun waktu telah menunjukan pukul tujuh malam, mobil Gavin sudah terparkir rapi di garasi rumah, namun sang pemilik belum terlihat. Vany mengambil bahan-bahan makanan dari dalam kulkas dan mulai memasak untuk dirinya sendiri “Kamu besok ngantor?” Tanya Gavin yang tiba-tiba muncul dari arah tangga “Mas kenapa ngagetin Vanya sih” “Kalau ditanya tuh di jawab” “Kayaknya” Kemudian Gavin mengangguk lalu menyambar kunci mobilnya yang terletak pada sebuah meja di ruang keluarga “Mas mau kemana?” Tanya Vanya “Cari makan” Jawab Gavin tanpa menoleh ke arah Vanya sedikitpun “Makan disini aja , aku masakin ya” Gavin menghentikan langkahnya, lalu berbalik menuju arah Vanya. Gavin dengan entengnya duduk manis menunggu Vanya menyelesaikan masakannya, sesekali ia melirik gadis itu , gadis yang terbilang hampir sempurna, memiliki paras yang cantik,karir yang bagus namun dapat di andalkan juga sebagai seorang istri. Gavin berpikir andai saja yang di sana adalah Airaa, mungkin saja ia akan jauh lebih senang namun entah kenapa melihat  Vanya tersenyum cukup membuat Gavin merasa nyaman tinggal di rumah. “Tadaaaa! Udah jadi dong” Ucap Vanya sembari meletakan dua buah piring berisi makanan untuk nya dan untuk suami nya itu. “Waah kayaknya enak” Ucap Gavin, namun Vanya hanya tersenyum sembari mencicipi sedikit makanan yang ia buat, sesekali mereka mengobrol mengenai masalah pekerjaan,kisah-kisah mereka juga, hingga Vanya akhirnya berani bercerita tentang Raka kepada Gavin,Gavin tersenyum ketika Vanya dengan antusias menceritakan kepada dirinya tentang pria yang gadis itu cintai, Gavin tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi Raka, mungkin jika ia mengetahui kebenarannya ia akan gila. Mereka berdua mengobrol hingga makanan mereka habis dan terus berlanjut hingga waktu menunjukan pukul sebelas malam, setelah itu mereka kembali ke kamar mereka masing-masing. Saat pagi datang, Vanya telah rapih dengan setelan kantor yang pas pada tubuh nya, ia bersenandung kecil sembari menyiapkan sarapan pagi, sementara Gavin masih bersiap di kamarnya,lima belas menit kemudian Gavin telah selesai bersiap bersamaan dengan Vanya yang telah selesai membuat sarapannya.Pagi itu Vanya menyapa Gavin dengan senyum manis, sementara pria itu berdiri mematung dan keheranan karena ini adalah kali pertamanya melihat Vanya menyambutnya sembari tersenyum hangat.mereka berdua sarapan bersama , dan sesekali melontarkan ucapan-ucapan lucu yang membuat keduanya tertawa geli. Hari itu sangat berbeda dari hari-hari biasanya, Vanya dengan santai melajukan mobilnya menuju kantornya, ia memasuki area kantor , memarkirkan mobilnya dengan rapih, memasuki area lobby sesekali ia tersenyum ketika bertemu dengan bawahannya, gadis itu memasuki ruangannya sesekali ia bersenandung ria,mood nya sedang bagus hari ini, karena tidak ada pertengkaran antara dirinya dengan Gavin. Vanya menghela napas ketika melihat setumpuk pekerjaan yang sudah tiga hari ia tinggalkan menunggunya di meja. Dengan cekatan gadis itu menyelesaikan dokumen-dokumen yang harus ia periksa satu per satu hingga sore hari. Sepulang kerja gadis itu kembali teringat bahwa beberapa hari lagi ia akan honeymoon bersama Gavin namun ia belum berbelanja untuk kebutuhannya selama disana, maka dari itu ia berinisiatif untuk membelinya sore itu juga. Saat hendak menginjak pedal gas,sebuah pesan masuk, pesan singkat dari Raka yang mengajaknya bertemu, kebetulan Vanya hendak ke mall maka ia mengiyakan ajakan kekasihnya itu. Sesampainya disana Vanya bertemu Raka terlebih dahulu agar pria itu tidak curiga jika dirinya membeli barang-barang baru, sebenarnya Vanya ingin sekali memberi tahu Raka tentang semua yang terjadi kepadanya namun ia tidak punya keberanian untuk sekedar jujur. Sebenarnya bertingkah seperti itu didepan Raka cukup membuat Vanya tersiksa , ia seperti sedang berselingkuh walaupun kenyataannya memang seperti itu. “Aku lama ya?” Ucap seseorang yang baru saja duduk di hadapan Vanya “Engga kok aku juga baru sampai” Jawab Vanya, gadis itu nampak canggung. “Mau nonton ga?” “Aku lagi capek” “Yaudah kita makan aja ya” Vanya mengangguk cepat,sebenarnya ia juga cukup lapar sekarang ini, Raka menatap wajah Vanya dalam-dalam. Perasaannya tidak bisa di bohongi, ia sangat mencintai gadis itu, hanya saja sejak kepulangannya ia merasa ada yang berbeda dari Vanya,tingkah nya, cara bicara nya,bahkan senyum nya pun sudah tak sama lagi. Namun Raka tetap berpikir positif , mungkin saja ia merasa seperti itu karena ia sudah lama tidak bertemu dengan Vanya. “Kenapa liatin aku kayak gitu?”Tanya Vanya, setelah menyadari bahwa Raka sedari tadi menatap dirinya dalam-dalam. “Engga, aku heran aja kamu kenapa selalu cantik” Jawab Raka, pria itu tidak berbohong sejak bertemu dengan Vanya beberapa tahun yang lalu, kecantikan Vanya memang tidak pernah berubah. Wajah yang sudah cantik sejak lahir semakin bertambah cantik ketika Vanya memakai riasan tipis di wajahnya. “Dih apaan kamu gombal mulu, serius deh aku nanya kok liatin aku sampai segitunya?” “Mau jawaban yang serius atau yang lain?” “Yang serius” “Gak tau kenapa,semenjak aku pulang… aku ngerasa ada yang berubah dari kamu, dari cara bicara kamu,tingkah kamu,sikap kamu,bahkan senyum yang kamu tunjukin ke aku tuh kayak beda banget sayang… ditambah lagi kemarin kamu datang sambil nangis-nangis aku pikir ada yang nge ganggu kamu, atau aku ada salah ya? Aku terlalu sibuk kerja ya? Aku gak perhatiin kamu ya? Atau kamu bosen ya nyaa sama aku? Kalau ada yang nge ganggu pikiran kamu, kalau ada yang kamu gak suka dari aku, atau apapun itu kamu kasih tau aku ya? Biar aku cari jalan keluarnya” Ucap Raka sungguh-sungguh, Hati Vanya semakin tidak baik-baik saja ketika mendengar ucapan Raka yang seperti itu, rasanya ia terlalu jahat telah menyembunyikan sesuatu itu terhadap Raka, padahal pria itu sangatlah baik kepada dirinya, Raka selalu menerima dirinya bagaimanapun kondisi yang sedang ia hadapi. Jika saja masalah ini tidaklah terlalu serius, bisa saja ia langsung memberi tahu Raka, namun kali ini berbeda ia sangat takut untuk memberi tau pria itu,rasanya ia tak sanggup jika Raka melepaskan dirinya,bagaimanapun juga Vanya masih sangat cinta dengan pria itu. “Engga ada kok, aku gal bosan,kamu gak berubah sedikitpun, kamu masih perhatian banget sama aku, aku Cuma lagi ada masalah keluarga, aku juga lagi sibuk-sibuknya kerja aku pengen hidup mandiro tapi keadaan ekonomi aku masih belum terlalu stabil jadi aku lagi sibuk-sibuk nya kejar target, kamu tau kan aku dirumah gak enak banget sama mama sama papa tiri aku, jadi yagitu… maaf yaa aku gak kenapa-kenapa kok” “Kamu gak usah maksain diri kamu sayang… aku tau kok segimana kamu pengen banget pergi dari sana, tapi kamu gak perlu begitu juga nanti kamu sakit,kesehatanmu looh” Sekali lagi Raka sukses membuat hati Vanya semakin sulit untuk memberitahunya tentang semua yang terjadi. “Iya engga kok,eh kita makan dulu yuk itu tadi aku udah mesen makanan sebelum kamu datang kesini”Ucap Vanya mengalihkan percakapan di antara dirinya dan Raka, selama mereka makan, Vanya semakin memikirkan masalahnya, ia tak tahu harus dengan cara apa ia memberi tahu Raka, sementara pria di hadapannya itu sedang fokus memakan makanannya dengan lahap. Raka menghentikan makannya lalu menatap Vanya dalam-dalam “Atau kita nikah aja ya nyaa? Maksud aku tahun ini… keuanganku udah stabil kok, aku udah punya rumah dan apartment pribadi, punya mobil dan punya pekerjaan tetap, gaji aku juga cukup buat ngehidupin kamu dan anak-anak nanti. Lagipula aku juga bakalan naik jabatan, jadi otomatis gaji ku bertambah, gimana nyaa? Daripada kamu capek-capek kerja kayak gini, banting tulang , kamu jarang banget merhatiin kesehatan kamu kalau udah kerja” Ucapan Raka sukses membuat jantung Vanya serasa ingin meloncat keluar dari tempatnya,kali ini ia benar-benar tidak tau harus menjawab apa. “Gimana ? mau ya? Target nikah lima tahun lagi di percepat aja, tahun ini aja ya?” Rasanya Vanya benar-benar ingin menangis saat ini, besar keinginannya untuk menikah dengan kekasihnya itu, namun apa daya saat ini ia telah menjadi istri dari seorang pria yang notabene nya adalah kekasih kakak kandung nya sendiri,Vanya hampir saja menyerah dengan keadaan , ia tidak tahu harus berbuat seperti apa. “aku pikir-pikir dulu ya, aku bilang mama dulu” Jawab Vanya, entah itu adalah jawaban yang tepat atau tidak, Raka terlihat senang ia mengangguk antusias lalu kembali melanjutkan makannya, setelah makan mereka langsung berpisah, Vanya masih tetap duduk diam dalam mobilnya sementara Raka sudah pulang, Vanya tidak jadi berbelanja . kepalanya saat Ini sedang full dengan ucapan Raka beberapa menit yang lalu. Sudah tidak ada jalan keluar sudah pasti hubungan yang ia bangun bersama Raka selama bertahun-tahun lamanya akan kandas begitu saja. Mobil Vanya melesat, melaju dengan kecepatan tinggi membelah keramaian kota malam itu, rasanya ia ingin mati saja daripada harus menghadapi keadaan konyol seperti sekarang ini. Tak butuh waktu lama ia telah sampai di rumah Gavin, mobil Gavin sudah terparkir rapih yang artinya pria itu sudah pulang. Vanya membuka pintu rumah pelan, disana sudah ada Gavin yang menyambutnya dengan senyum hangat. Vanya heran dengan perubahan sikap Gavin kepadanya,namun ia tak ingin ambil pusing, Vanya duduk di dekat pria itu sembari menenangkan dirinya. “Kita makan malam di luar ya? Kebetulan rekan kerja saya lagi buka cabang restaurant baru, jadi yaa saya pengen nraktir kamu” Ucap Gavin bersemangat hingga Vanya tidak tega untuk menolaknya.Vanya mengangguk lemas pertanda ia setuju. “Yaudah kamu siap-siap satu jam lagi kita berangkat ya”Sambung Gavin lalu meninggalkan Vanya sendirian di ruang tamu. Entah kenapa belakangan ini hidupnya serasa di putar balikan, ia bahkan kadang tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Vanya berdiri lalu berjalan pelan menuju kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi bersama Gavin, empat puluh lima menit berlalu, kemudian gadis itu telah selesai dengan memakai dress berwarna pastel dengan riasan pita di kepalanya. Ia berjalan keluar kamar lalu menghampiri Gavin yang sudah selesai sejak tadi. Gavin menatap Vanya dari bawah hingga atas, ia terkesima dengan kecantikan istrinya itu,hampir saja ia memuji Vanya namun kesadarannya segera kembali, ia tidak bisa memuji Vanya sebab ia menjaga perasaan Airaa. “Sudah selesai?” Tanya Gavin,berbasa-basi. Vanya hanya mengangguk menjawab ucapan Gavin. “mas kita berangkat sendiri-sendiri?”Tanya Vanya polos,Gavin terkekeh gemas akan kepolosan gadis itu “Ya enggak Vanya,kita naik mobil saya, yaudah yuk saya sudah lapar ini”Ucap Gavin sambil mendorong pelan tubuh Vanya untuk keluar dari rumah. Keadaan di mobil menjadi hening, harum tubuh Vanya membuat jantung Gavin berdegub kencang. Entah mengapa sejak tadi ia tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu,ditambah harum parfume yang dipakai Vanya semakin membuat Gavin selalu ingin menatap gadis itu. Sementara Vanya hanya diam menatap ramainya jalanan saat itu.sekali lagi Gavin melirik Vanya,dan benar-benar menyadari betapa cantik nya istri nya itu. “Masih jauh ya mas?”Tanya Vanya ketika ia sudah mulai bosan menatap ramainya jalanan “Lumayan… laper banget ya?” Jawab Gavin,Vanya hanya menggeleng. “Bosan doang” “denger lagu aja” “Emang boleh?” “Ya masa gitu aja saya larang” Vanya terkekeh lalu menekan tombol-tombol di mobil Gavin, ia memilih memutar Radio daripada harus memilih lagunya sendiri, “Kok radio?”Tanya Gavin “Gapapa seru aja, biasanya penyiar nya paling tau kita harus dengar lagu apa” Keduanya sama-sama hening hingga suara penyiar radio itu mulai memenuhi sudut demi sudut bagian mobil Gavin “Haloo sahabat 93,67 Fm kembali lagi bersama saya Dian! Hmmm cuaca nya lagi mendung yaa seru banget kalau lagi berdua bareng pacar atau suami! Pasti makin romantis oh iya Dian punya lagu yang romantis nih buat kalian-kalian yang lagi ada persiapan untuk nikah atau ngga buat pengantin baru. Yaudah gak usah lama-lama yaa! Check this out our house by Ed Patrick” Gavin dan Vanya yang sedari tadi sangat canggung mendengar lagu tersebut dengan santai, lagu yang enak didengar,serta suasana yang bisa dibilang cukup mendukung bagi keduanya. “Lagu nya bagus ya” Ucap Gavin “Iya mas romantis banget buat pengantin baru” “Kita kan pengantin baru” Ucapan Gavin sukses membuat pipi Vanya memerah, sebenarnya Gavin tidak mengucapkan sesuatu yang salah hanya saja, jantungnya berdegub kencang dan pipi nya memerah ketika mendengar Gavin berkata seperti itu. “Kok diem?” Tanya Gavin “Gak tau mau jawab apa” Jawab Vanya polos, Gavin semakin gemas dengan tingkah Gadis itu, jika saja ia bertemu dengan Vanya dan menikah dengan Vanya secara baik-baik dan tanpa paksaan mungkin saat ini ia sudah jatuh cinta kepada gadis itu hanya saja, saat ini setengah jiwanya masih bersama dengan kakak dari Vanya, yaitu Airaa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD