"maaaasss... " lagi dan lagi, pagi itu Rai dibuat kembali terkejut dengan keadaan dapur rumahnya yang kembali berantakan seperti kejadian beberapa hari yang lalu.
Setelah semalam ia mengalami mimpi yang sama dan pagi ini dia mendapati dapur kembali berantakan tanpa diketahui penyebabnya. Rai semakin merasa bahwa ada yang aneh dengan rumah ini.
"iya, kenapa dek?" Pras mendatangi Rai karena mendengar panggilan dari istrinya itu.
"tuh" ucap Rai sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah dapur.
Dapat Pras lihat disana kembali terlihat seperti keadaan beberapa hari yang lalu. Semua peralatan dapur berjatuhan dilantai, lemari - lemari dapur ada dalam keadaan terbuka, yang pasti penampakan dapur pagi itu kembali seperti kapal pecah seperti saat itu.
Setelah melihat dapur dalam keadaan berantakan. Pras kembali menjatuhkan tatapannya kepada wanita di depannya itu. Mereka berdua pun saling berpandangan karena merasa aneh dan tak mengerti kenapa hal serupa bisa terjadi berulang - ulang.
"ya sudah, biarkan saja dulu. Nanti mas yang rapihkan kembali." seperti yang sudah - sudah Pras yang akan kembali merapihkan dapur. Laki - laki itu tak pernah membiarkan istrinya merapihkan dapur yang tiba - tiba berantakan karena hal yang tidak jelas itu karena ia khawatir istrinya akan semakin kepikiran dengan kejadian itu.
Rai hanya mengangguk, mengiyakan perkataan suaminya.
Pras tetap merasa harus bicara dengan istrinya. Ia tidak mau jika suatu hari terjadi hal - hal yang tidak baik kepada istrinya.
Masih ada beberapa menit, waktu yang Pras miliki sebelum akhirnya ia harus berangkat bekerja. Kesempatan itu ia pergunakan untuk bicara dengan istrinya.
"dek, sini deh! Duduk sini!" Pras meminta Rai duduk disampingnya.
Rai duduk mengikuti permintaan Pras itu. Perempuan itu terduduk disamping suaminya.
"dek, kamu bagaimana selama tinggal disini? Apa betah?" Pras bertanya kepada Rai tentang bagaimana sebenarnya perasaan Rai selama ini selama tinggal ditempat baru.
"sejauh ini aku sih betah - betah aja, mas."jawab Rai datar.
"apa kia - kira kita mencari rumah lain saja?" tanya Pras.
"Loh, kenapa harus pindah, mas? Sayang loh. Kita itukan, menempati rumah ini juga karena banyak mendapat kesempatan dari pak Agung. Rasanya tidak enak jika tiba - tiba harus pindah, sedangkan belum jug ada satu bulan kita mengisi." kembali Rai mengutaraka pendapatnya.
"Mas hanya takut kamubtidak nyaman disini. Tapi benarkan selama mas tinggal bekerja dan kamu sendiri dirumah, tidak pernah ada hal aneh - aneh yang terjadi?"
"memang kenapa? Kok kamu tiba-tiba tanya hal itu?" berganti saat ini Rai yang balik mengajukan pertanyaan untuk suaminya itu.
Pras harus menceritaka hal yang dia lihal semalam kepada istrinya.
"nanti pulang kerja mas ceritakan. Sekarang waktunya terlalu mepet, mas harus berangkat" jawab Pras sambil melihat jarum jam ditangannya yang menunjukkan waktunya ia berangkat.
"iya," jawab Rai sambil menganggukkan kepala.
****
Dari semenjak suaminya berangkat bekerja, Rai menghabiskan waktunya hanya di dalam kamar saja dengan memainkan gawainya.
Sebenarnya banyak pekerjaan rumah diluar sana yang sedang menunggu untuk diselesaikan olenya. Tetapi entah memgapa hari ini dia hanya ingin di dalam kamar saja.
"Assalamualaikum.. "
Dari dalam. Kamar Rai mendengar ada suara seseorang mengucapkan salam diluar.
Rai bergegas keluar kamar dan berjalan menuju asal suara.
" waallaikumsalam.. " jawab Rai sambil berlalu menuju pintu depan.
Karena pintu rumah itu didominasi oleh material kaca, jadi secara otomatis Rai dapat melihat siapa yang mengucapkan salam diluar rumahnya itu.
Rai melihat ada seorang nenek dibalik pintu rumahnya, sedang menunggu Rai membukakan pintu untuknya..
Setelah pintu dibuka, Rai tersenyum kepada wanita tua didepannya itu.
"iya, nyari siapa yah, nek?" tanya Rai pada wanita tua dihadapannya.
"maaf mbak-nya saya datang mengganggu. Perkenalkan nama saya Darmi. Orang - orang disekitar sini biasa memanggil saya dengan panggilam mbah Darmi." jawab wanita tua itu memperkenalkan dirinya.
Saat wanita tua dihadapannya itu memperkenalkan diri. Rai seolah pernah mendengar nama yang baru saja ia sebutkan itu. Mbah Darmi? Seolah nama itu tidak asing ditelinganya.
"oh, iya mbah. Silahkan, silahkan masuk." dengan sopan Rai mempersilakan mbah Darmi masuk kedalam rumahnya.
Dua wanita dengan rentang usia yang cukup jauh itu, telah terduduk dibangku sofa ruang tamu dengan saling berhadapan.
"Silahkan mbah, sekiranya ada hal apa yang ingin mbah Darmi sampaikan kepada saya." Rai membuka pembicaraan, mempersilakhan wanita tua dihadapannya itu mengutarakan maksud kedatangannya.
"Begini, mbak. Saya itu dulu pernah bekerja dirumah ini." mbah Dari mulai bicara.
Mendengar penyataan mbah Darmi itu, Rai langsung teringat dengan perkataan pak Yanto saat itu. Bahwa selama rumah ini kosong ada pasangan suami istri yang merawat dan menjaganya. Rai langsung paham bahwa mbah Darmi-lah orang yang saat itu Pak Yanto maksud. Pantas saja, saat mbah Darmi menyebutkan namanya, namanya terdengar tidak asing ditelinga Rai.
"Oh, iya mbah. Sepertinya saya pernah mendengar tentang mbah dari seseorang yang bernama pak Yanto." jawab Rai dengan senyum.
"oh, iya Pak Yanto." sahut Mbah Darmi seolah dia pun mengenal dengan nama yang baru saja Rai sebutkan.
"lalu mbah? Apa ada sesuatu yang bisa saya bantu?" dengan sopan kembali Rai menanyakan maksud kedatangan mba Darmi ke rumahnya?
"maaf sebelumnya jika saya lancang dan kurang sopan, mbak. Saya juga sangat tahu saya ini hanya wanita tua yang tenaganya tidak seperti anak muda. Tetapi saya memberanikan diri datang kesini untuk menawarkan jasa, menawarkan tenaga saya untuk bisa bekerja dengan mbak?" perkataan mbah Darmi terputus.
"Raihanum, panggil saja saya Rai, mbah." ucap Rai seolah mengerti mengapa perkataan mbah Darmi terhenti.
"oh iya, mbak Rai. Barang kali saja, mbak Rai dan suami membutuhkan tenaga sesorang untuk bantu - bantu dirumah ini. Saya bermaksud menawarkan diri. Insya allah semua pekerjaan rumah tangga mbah masih sanggup mengerjakannya. " papar mbah Darmi.
Setelah mendengar penjelasan dari ke datangannya. Rai tidak langsung memberikan responnya. Dia sempat terdiam sejenak. Sebenarnya diabtidak terlalu membutuhkan tenaga orang lain untuk semua pekerjaan dirumah itu, tetapi jujut saja sebenarnya dia membutihkan seseorang untuk menemaninya dirumah. Dia sering merasa bosan selama ini sendiri dirumah ketika Pras bekerja. Bagusnya selama ini suaminya itu belum pernah pulang sampai larut karena lembur. Suatu hari pasti hal itu pasti terjadi dan dia pasti butuhkan orang untuk menemaninya.
"Begini mbah, saya tidak bisa memberi jawaban hari ini. Untuk masalah seperti ini saya harus terlebih dulu membicarakannya dengan suami saya."
"ya, tentu. Tentu mbak Rai harus terlebih dahulu bertanya pada suami." sahut mbah Darmi.
"kalau begitu mungkin besok saya akan memberi jawaban. Mbah tidak perlu datang kesini. Insya allah nanti saya dan suami yang silaturahmi datang ke rumah mbah." jawab Rai dengan sangat sopan.
"baik mbak Rai, kalau begitu saya tunggu. Semoga saja ada kesempatan saja untuk bekerja lagi disini. Sesudahnya saya sangat Berterima kasih katena mbak Rai sudah sangat baik menerima kedatangan saya kesini." ucap Mbah Darmi.
"sama - sama, mbah."
Mbah Darmi pun pamit meninggalkan Rai yang masih berdiri di depan pintu. Entah mengapa wanita tua itu merasa sangat yakin jika dia akan memiliki kesempatan untuk bekerja lagi dirumah itu. Dia merasa perempuan baik hati yang tadi bicara dengannya pasti akan menerimanya bekerja.